Hari pertama di London. Karina hanya di antar ke hotel sementara Brian harus langsung bekerja. Gadis itu tidak diberi ijin untuk berjalan-jalan sendiri.Brian meminta Karina menunggunya. Bahkan pria itu memberikan hotel dengan balkon yang amat disukai oleh Karina. Brian sudah memprediksi kalau dirinya akan sangat sibuk.Proyek ini begitu penting baginya.Entah, sampai jam berapa Brian akan bekerja. Yang jelas,Karina akan bersiap. Siapa tahu,sebentar lagi Brian akan pulang.Dia menatap kota London yang sedang hujan deras dengan jendela yang terbuka lebar. Tangan Karina menggusap lengannya karena terpaan angin London yang begitu menusuk. Seandainya mereka bulan madu di Mykonos. Karina pasti akan memamerkan bikininya di depan Brian.Jari manisnya menjanggal. Dia menatap jari itu cukup lama. Cincin emas putih dengan berlian kecil yang Brian pilihkan untuk Karina.Dia mendesah panjang “Aku sudah menikah.” Karina tersenyum setelah menggumamkan kalimat itu.Karina menutup jendela karena tida
Brian sedang berkutat dengan laptop dan ponselnya. Di dalam laboratorium yang sepi dan gelap itu. Brian duduk sendirian dengan tubuh yang membungkuk ke depan.Dia membiarkan dirinya hanyut di dalam pekerjaan yang tidak akan ada habisnya. Bulu di wajahnya sudah tumbuh cukup panjang. Hanya ada beberapa gelas bekas minum dan bungkus protein bar yang belum sempat ia buang ke sampah.Seorang wanita berambut pendek mendekati Brian dan menepuk pundaknya.“Hai beruang kutub.” Tegurnya akrab.Brian menyeringai sambil melirik wanita itu “Ana, sepertinya aku mulai menemukan formulasinya.” Ujarnya tanpa basa-basi.Gadis yang dipanggil Ana itu menyenderkan tubuh di sebelah Brian yang terlihat sumringah. Dia tidak tampak begitu tertarik dengan apa yang dilakukan Brian.“Sebuah pil untuk membuatmu tidak hamil.” Cetus Ana sembari menaikan sebelah alisnya.Brian mengangguk penuh antusias dengan wajah yang berbinar-binar. Dia tidak pernah merasa seleega itu. “Ini pil yang akan menyelamatkan banyak nya
Tubuh Karina serasa kaku seperti seorang robot yang kehabisan baterai.Dia tidak bisa merespon ucapan Brian. Bahkan untuk sekedar menatap pria itu, Karina tidak sanggup. Dadanya sesak dan rasanya dia sulit sekali bernapas.Brian menhela nafas panjang, dia tahu reaksi Karina akan seperti ini. Walau sebenarnya dia belum siap melihat Karina yang tampak tak berdaya itu.Hatinya hancur karena membohongi Karina.Brian mencoba tetap tenang, ia mendekatkan tubuhnya pada Karina.Memunggut piyama gadis itu dan memakaikan dengan benar. Brian khawatir Karina akan kedinginan.Dia menyambar tangan Karina yang mematung.“Sungguh. Aku tidak mencoba merahasiakannya padamu. Tapi…” dia diam sejenak, menimbang-nimbang ucapannya selanjutnya.“Kenapa baru bilang?” Karina menyahut ucapan Brian. Dia menghentakan tangan Brian agar lepas dari tangannya. Untuk kali ini, dia tidak ingin Brian menyentuhnya.Sorot matan
Yang bisa Karina lakukan saat ini adalah bertahan. Dia yang memilih Brian, dia akan mengikuti keingan pria itu untuk saat ini.Kalau ada yang perlu di korbankan dalam rumah tangga ini. Karina bersedia menjadi satu-satunya orang yang mengubur cita-citanya untuk Brian.Sebesar itu rasa cintanya pada Brian. Meski hal itu tidak banyak membawa perubahan.Setelah pembicaraan panjang itu. Karina dan Brian menjadi seperti biasanya. Brian lega akhirnya dia bisa membuat Karina tetap di sampingnya.Meski Karina sudah tidak bisa seceria dulu. Jika bisa, gadis itu ingin mengulang waktu dan mengetahui perosalan ini lebih cepat.Agar dia bisa merubah pilihan Brina.Sayangna,hancurnya hati Karina tidak membuat hati Brian melunak. Pria itu malah bahagia karena akhirnya Karina satu pemikiran dengannya.***Ini adalah hari makan malam dengan Jonathan dan keluarganya. Karina membawa sedikit minuman dari kafenya, dia sudah siap.
Lampu-lampu apartemen sudah mati saat Brian baru pulang dari pekerjaanya. Obat yang ia buat menjadi rebutan beberapa perusahaan. Dia tidak bisa lebih senang dari pada saat ini. Ternyata banyak yang sepemikiran dengan dirinya.Bangga,lega,bahagia dan sedikit perasaan antusias memenuhi dada Brian. Dia sudah menebak kalau sebenarnya yang ia pikirkan adalah sebuah kebenaran.Lagi pula, untuk apa repot-repot membesarkan anak kalau sebenarnya berdua saja sudah lebih bahagia.Semakin lama, Brian semakin tidak paham dengan konsep memiliki anak yang banyak dianut oleh orang lain.Kalau hanya untuk meneruskan garis keturunan. Seharusnya, hanya orang-orang yang memenuhi kualifikasi yang diperbolehkan memiliki anak.Dan dia, tidak termasuk dalam kualifikasi tersebut.Tentu saja Karina sudah tidur. Setelah kepulangan Sarah, gadis itu hanya berdiam diri di ranjang.Dia meringkuk di atas ranjang dengan tubuh yang tertutup selimut putih.Gadis
Setelah Karina memberikan kemabalian uang pada seorang pelangganya. Gadis itu lantas memutar tubuhnya karena merasa pusing.Dia tidak bisa tidur dengan lelap karena memikirkan sesuatu.Beberapa hari ini Brian mengajaknya bercinta tanpa pengaman. Karena merasa aman, sebab Karina meminum pil yang ia beri.Jantung Karina berdegup sangat kencang saat mengingat-ingat kalau dia belum menstruasi bulan ini. Dan dia tidak pernah terlambat sebelumnya.Karina dengan susah payah menelan salivanya sendiri. Kerongkongannya terasa terbakar. Pikirannya mulai tidak fokus.Ia yakin, kali ini dia pasti hamil. Mungkin terdengar bodoh, tapi Karina memiliki firasat yang tidak ingin ia sangkal.Gadis itu meremas perutnya yang seakan ingin mengeluarkan semua isi sarapannya. Karina terduduk di belakang di belakang konter kasir. Dia menutup matanya serapat mungkin.Olivia melihat itu dan ikut berjongkok di sebelahnya “Karina, apa kamu baik-baik saja?&rdq
Brian menginap di apartemen temannya yang pernah ia pinjam bersama Karina. Lagi dan lagi, semua kehidupan Brian sudah terkontaminasi dengan Karina.Dia tidak bisa bersembunyi dari wanita itu.Satu kebohongan akan di tutupi dengan kebohongan lain.Brian yakin, inilah balasannya karena sudah menutupi prinsip hidupnya dengan Karina.Seandainya, Karina mau untuk menghilangkan anak yang sedang di kandungnya itu. Brian akan langsung menyambutnya dengan baik.Karina sedang merapikan bajunya. Dia ingin pergi dari sana, tapi entah kemana. Tidak ke rumah Jonathan tentunya.Tubuhnya berdenyut saat dia merasakan semua tekanan itu. Gadis itu ambruk tepat di sebelah lemari bajunya yang masih terbuka.Kepalanya terbentur lemari, dan dia tidak sadarkan diri.*** Ada foto Karina di layar ponsel Brian. Sebuah panggilan yang terus berulang namun tidak mendapat jawaban dari Brian karena dia masih terlelap.Sementara itu,Karina di bawa kerumah sakit karena kepalanya terhantam lemari cukup keras. Olivia
Empat bulan berlalu..Sekarang sudah akhir tahun lebih tepatnya bulan Oktober, dan satu bulan setelah ulang tahun Karina yang ke 26 tahun.Di mana musim sudah berganti dan sebentar lagi hari-hari akan semakin dingin.Tidak banyak yang berubah pada Karina.Karina dan Brian sudah tidak tinggal bersama. Mereka sepakat menjaga jarak satu sama lain.Tetap saja, Karina masih berharap Brian datang dan memberikan dukungan padanya. Hamil tidak mudah, apalagi dengan semua masalah yang ia hadapi.Berapa kali Karina ingin menyerah. Bukan pada calon bayinya, melainkan pada pernikahannya dengan Brian.Ini sudah terlalu lama. Brian bahkan tidak datang di pesta ulang tahun Karina yang diadakan oleh Jonathan dan Sarah. Karina sudah mengundangnya, meski Brian bahkan tidak memberikan balasan dari pesan Karina.Bahkan semua orang merasa iba pada Karina. Untung saja kesedihan Karina sedikit terobati karena dia sudah tahu jenis kelamin anak yang ia kandung.Kecewa. Jelas Karina kecewa, tapi dia bisa apa. B