Aku menutup mataku saat mengingat hari ini adalah hari terakhir bagi Nick bekerja di kafe ku.Bagaimana hari-hariku tanpa Nick kelak? Apa semua akan baik-baik saja?Pertanyaan itu menjadi sebuah penggangu fokusku hari ini. Apakah semua orang akan merasa sebingung ini saat akan ditinggalkan oleh orang yang berjasa dihidup.Aku mengingat hari pertama bertemu dengan Nick. Di mana dia memberikan hubungan yang terasa mudah saat di dekatnya.Saat bersama Nick, aku bisa melupakan beberapa masalah yang ada.Aku mengelap konter dengan serampangan. Aku benci hari ini.Apalagi,Olivia sudah terlebih tau soal kabar ini, tapi dia diminta oleh Nick untuk merahasiakannya. Kenapa dia sangat penurut pada Nick? Padahal aku adalah bosnya.“Karina, pesanan ini...” Olivia berhenti bicara saat melihatku mengusap air mata. Sedari tadi aku tidak bisa berhenti menangis.Olivia mendekat dan berdiri di sebelah ku “Astaga,Karina. Apa kamu masih sedih soal Nick?”Aku menggeleng dan mendesah kesal “Olivia,masih ba
Di tengah meja makan yang penuh dengan hidangan lezat,.Brian,Jonathan,Sarah dan aku saling duduk berhadapan.Ian harus absen makan malam hari ini karena dia mengikuti sebuah kegiatan sekolah sampai tengah malam. Sarah sudah memastikan semuanya. Dan dia menjamin,Ian tidak sedang mencoba bermain ouija atau hal aneh lainnya.Itu hanyalah kelompok membaca yang sedang nge-trend.“Jadi,sudah sejauh apa hubungan kalian?” tanya Jonathan pada Brian.Aku terkadang benci dengan sifat tegas Jonathan yang tidak tahu tempat. Kami sedang makan, untung saja aku atau Brian tidak tersedak.Kami yang duduk tiba-tiba berhenti menyendokan makanan.Sebenarnya aku tau pertanyaan ini cepat atau lambat akan muncul. Tapi aku masih berharap, jangan sekarang.Sarah menyikut lengan Jonathan pelan “Bisa kita bicarakan itu nanti. Kita sedang makan.” Bisik Sarah, sayangnya aku harus mendengar itu.Brian meletakan garpunya dan melirikku “Aku memikirkan soal pernikahan. Karina menyukai hal resmi seperti itu.” Jawabn
Acara dilanjutkan dengan makan malam bersama keluarga.Malam ini cukup cerah, tidak ada angin yang biasanya datang tidak masuk akal dalam beberapa hari terkahir.Aku sampai berfikir kalau pernikahan Jonathan dan Sarah memang mendapat restu dari semesta. Bisakah aku menyebut hal ini romantis?Kalau kau kenal dengan Jonathan, tidak ada yang bisa dilakukan selain makan. Hobinya memasak memaksa kami menikmai hidangan yang lezat setiap saat.Menu malam ini adalah daging panggang,seafood panggang dan beberapa masakan yang aku tidak tahu namanya. Yang jelas semuanya sangat menggugah selera.Dikelilingi oleh para orang yang begitu mengenalku. Aku merasa begitu tenang. Wajah-wajah familiar dengan candaan yang begitu akrab di telingaku.Aku tidak pernah berharap lebih dari ini.Papa tiba-tiba duduk di sebelahku, mencondongkan tubuh untuk membisikan sesuatu padaku “Apa dia baik padamu?”Mata kami saling bertemu,aku bisa melihat Papa amat penasaran dengan hal itu.Aku tahu pasti papa sangat mengk
Awal bulan Mei di Mykonos. Aku memutuskan pergi dengan Brian. Meski persiapannya sangat mendadak dan sangat singkat, tetapi, aku merasa lega karena semua sempat terselesaikan.Cuaca masih cukup dingin,sekitar 15-20 derajat. Ini sangat cocok untukku, aku memang benci musim panas.Menurutku, sengatan matahari berlebihan dan sangat lengket. Yang membuatku heran, kenapa banyak yang merasa senang di musim panas yang panjang.Aku berdiri di samping pantai dengan angin sepoi-sepoi. Banyak orang yang lewat sembari bergandengan dengan pasangan mereka masing-masing.Kujamin, Mykonos adalah tempat surga untuk bulan madu atau hanya sekedar menghabiskan masa libuaran dengan pasangan.Mykonos pantas dimasukan ke dalam daftar tempat yang wajib dikunjungi.Mungkin karena sudah terlatih di Boston. Aku tidak merasa cuaca di Mykonos terlalu menusuk tubuhku. Ini lebih menyejukan, dengan angin khas pantai yang selalu kencang.Pulau ini memiliki daya tarik tersendiri, laut yang indah,penduduk lokal yang r
Sudah dua hari aku menghabiskan waktu di Mykonos. Tiap menitnya sangat berharga, waktu yang aku habiskan dengan Brian membuatku semakin dekat dengannya.Aku baru tahu kalau dia memiliki kebiasaan tersenyum saat tidur.Atau dia yang kerap menyugar rambutnya. Selama ini aku tampaknya aku tidak terlalu perhatian pada kekasihku.Saat ini aku sedang menunggu Brian mengambil barangnya yang tertinggal di dalam restoran yang baru kita datangi.Dia tidak pernah seperti ini. Aku yakin, Brian lebih malu dari pada siapapun saat tidak sengaja meninggalkan barangnya.Sebab, Brian selalu mengingatkanku. Mulai dari hal kecil seperti ikat rambut,uang koin sampai tas yang kadang kubiarkan tergeletak begitu saja.Yes, kami tinggal satu kamar, dan aku sudah beberapa kali tidur dengannya. Itu bukan hal yang ilegal, jadi aku bebas melakukannya.Kami selalu memakai pengaman. Dia membawa cukup banyak untuk perjalan ini.Aku beersedekap,tersenyum lebar saat Brian keluar membawa dompetnya. Dia meringsi menerta
Setelah bicara panjang lebar dengan Sarah, dia sangat kacau. Sepertinya mereka ribut besar, Sarah jarang memperlihatkan sisi frustasinya seperti ini.Dia bukan aku yang begitu lemah saat menghadapi masalah. Dia wanita paling kuat yang pernah aku kenal.Hari ini aku memutuskan untuk melihat gedungku yang ternyata memang kebakaran cukup parah. Dari depan semua jendela sudah pecah, pintu yang tinggal separuh.Siapa yang harus disalahkan dari insiden ini? Tidak ada, ini murni kecelakaan. Anak remaja yang membuang putung rokok juga pasti tidak akan mengira akan terjadi kebakaran.Untung saja api segera dipadamkan, jadi hanya bagian bawah yang terkena dampaknya.Aku menyapa Ian yang sedang duduk di pinggir tangga jalan masuk kafe. Dia sangat asik dengan ponselnya, aku melihatnya tertawa berkali-kali sebelum menjawab sapaanku dengan anggukan.“Di mana,Jo?” tanyaku.Ian menenggok kanan dan kiri, dia memastikan tidak ada orang di s
Setelah malam panjang itu,Brian meyakinkan ku kalau dia tidak akan lagi melakukan tanpa pengaman. Dari pada aku,Brian lebih terlihat ketakukan.Dia meyakinkanku untuk bertemu dokter untuk meminta pil KB. Aku sudah menyakinkan Brian kalau wanita tidak hamil semudah itu. Kalau itu yang ia takutkan.Hari ini, aku dan Brian akan mulai sedikit demi sedikit, mulai membawa barang kami kembali ke gedungku. Sudah hampir satu bulan aku menginap dirumah kolega Brian.Kafeku sudah delapan puluh persen siap. Tinggal mengecat dan mengisi dengan peralatan baru lagi. Vendor yang dulu mengisi kafeku sudah memberikan penawaran yang cukup bagus.Aku jamin, nantinya kafeku akan lebih baik lagi.Sisi buruknya adalah tabunganku akan langsung habis. Mesin kopi begitu mahal, belum lagi biji kopi yang mengalami kenaikan harga yang signifikan. Aku hanya bisa geleng-geleng saat membayarnya.Tapi tidak apa-apa, karena aku bisa segera membuka kafe dan kembali mengumpulk
Acara penyambutan Keenan Spark.Haru ini,Keenan sudah diperbolehkan pulang. Dua hari ini aku tinggal di rumah sakit karena Jonathan harus mengurus restorannya.Malam ini aku membuat acara ini agar Sarah merasa lebih bahagia. Dua hari ini dia sangat merindukan Jonathan.Sempat kubaca kalau baby blues sangat berbahaya. Aku tidak akan membiarkan orang disekirarku mengalaminya.Aku dibantu Ian dan Brian , mereka merelakan semua jadwal malam minggu mereka untuk membantuku. Ian kecewa karena adik yang lahir ternyata bukan perempuan.Dia berkeluh padaku. Bahkan sudah memikirkan bagaiamana dia akan berkelahi nanti kalau Keenan sudah remaja.Disini, peran Jonathan sangat membantu menenangkan hati Ian. Jonathan sempat mengajak Ian makan malam berdua sehari sebelum bertemu adiknya.Makan malam kali ini, aku membeli dari beberapa restoran. Jonathan perlu istirahat bahkan dari kegiatan yang amat ia sukai.Brian baru saja kemabali d