"Ha ha ha ternyata tidak salah menjadikanmu pelindung putra mahkota dari bayi, waktu inilah kutunggu, wen Pai apakah kamu sudah teringat masa kecilmu, apakah kamu tidak dapat menyadari siapa yang mengajarimu melalui tanda lahirmu itu." Tanya penyihir itu
Mendadak Wen Pai berlutut dan mengalirlah air matanya yang membuat semua orang heran, dan dengan hidmat bersoja lah Wen Pai dalam posisi berlutut.
"Terima kasih saya ucapkan untuk dua tahun yang telah dididik menjadi manusia, kalau tidak saya akan menjadi manusia didikan hewan peliharaan." Jawab Wen Pai dengan suara tersendat.
"mmmm, Memang keji selirmu itu, untung dia sudah meninggal sehingga kamu tidak perlu menghukum dia yang akan membuat Ratu baik kamu sedih, kakakanda Raja." Kata pangeran Hendrik.
"Jika kamu tahu , putra mahkota di culik kenapa kamu tidak menolongnya." Tanya Raja
"Apakah kakak lupa saat itu saya adalah budak kerajaan karena tidak dapat mengeluarkan rantai ini.? Apakah budak ke
"Wen Pai, terangkan kepada kami." Kata putra mahkota menuntut penjelasan Wen Pai. Wen Pai menarik nafas sambil berkata:" trik tambahan yang diberikan kepada budak hanya boleh untuk para budak, seorang pangeran tidak akan mendapatkan itu. Apakah harus saya jelaskan trik trik itu kepada kamu, putra mahkota? Bukankah tadi Jendral Shen sudah berkata :" Jika budak itu kalah dia tidak akan di beri makan selama tiga hari dan hanya akan mendapat minuman yang pahit dan getir itu selama tidak mendapat makanan. Saking getir dan pahit nya budak itu kadang kadang lebih rela menahan lapar sampai mau pingsan dan di saat itu Jendral tetap memaksakan cairan itu di minum dengan membuka mulut budak itu dan dipaksa untuk menelannya, tapi setelah saya sebagai Wen Pai sekarang, yang telah belajar obat obatan ramuan yang berguna untuk badan, saya sangat berterima kasih kepada Jendral Shen dan tuan Kuan Sung KHususnya yang memberikan saya obat kuat yang getir itu untuk membuat badan
Atas perintah Baginda raja, budak yang berumur dua belas tahun dihukum di lapangan tempat menghukum budak, yang budak manapun bisa mengambil batu untuk menimpuk budak itu atau mengambil cambuk untuk mencambuknya, Hukuman itu di jalanin selama tujuh hari digantung di tiang tanpa makan tapi ya diberi minuman ramuan obat obat yang pahit dan getir itu se hari tiga kali agar supaya budak itu tidak meninggal. Pada saat permulaan musim salju, tanpa sehelai pakaianpun, celana yang compang camping karena kena cambukan yang dilakukan setiap hari sepuluh kali cambukan pada tempat tempat pakaian putra mahkota yang robek. Celana yang tipis compang camping karena keseringan dicambuk oleh pengawal putra mahkota yang setiap hari datang bersama putra mahkota. Lalu tujuh hari kemudian, Baginda Raja mengumumkan budak itu meninggal karena tidak tahan siksaan, memang Baginda Raja menghukumnya di hukum di tiang gantungan yang setiap hari di cambuk sampai budak itu meninggal di tia
Mendengar semua itu putra mahkota menghampiri Wen Pai, "maafkan saya, telah mempersulitmu." "Wen Pai , waktu kamu bertarung , kamu menganggap kamu siapa?" Tanya pangeran Hendrik "Sebagai calon putra mahkota, "jawab Wen Pai. "Apakah kamu tidak tahu aturan negara Cin", tanya pangeran Hendrik "Tidak" jawab Wen Pai "Kalian berdua apakah tidak menceritakan peraturan putra mahkota," Tanya pangeran Hendrik lagi "Jika kami menceritakan peraturan putra mahkota, apakah itu tidak membuat bingung Wen Pai" Jawab Jendral dan Tuan Kuan Sung berbarengan. "Bagaiman Raja keputusan di tanganmu?" Tanya pangeran Hendrik. "Nanti saja kita meminta persetujuan guru guru calon putra Mahkota, jika mereka menganggap itu kesalahan Wen Pai sebagai budak masalah itu selesai, tapi jika mereka mau sebagai putra mahkota, ya , terima saja toh yang berulah adalah Wen Pai, untuk menolong saudara angkatnya, benar itu bukan, Wen Pai?" Tanya Raja kepad
Wen Pai berjalan dari istana jenderal ke gerbang depan untuk menuju ke jantung pasar. Dikawal pengawal pribadi nya yang juga di suruh memakai baju kuli. Begitu bertemu dengan mandor Tan, Wen Pai langsung bekerja dengan dibantu Hutom, mereka berkerja sampai sore. Ketika sore para pangeran bersama Putra mahkota datang menjemput Wen Pai untuk di bawa ke kamar kaca. Ketika sampai di depan kamar kaca., Wen Pai menyuruh Hutom tunggu di depan pintu. "Apapun yang terjadi, kamu jangan masuk ke dalam kamar kaca, mengerti kan?" Perintah Wen Pai. "Ya, pangeran ,"jawab Wen Pai. "Ha, pangeran, sejak kapan kamu menjadi pangeran ",tanya pangeran yang lain sambil memukul kepala Wen Pai. Wen Pai menghindari pukulan itu yang membuat pangeran itu, makin marah. "Sudah bukankah kamu mau menyiksa nya di dalam kamar kaca ,hayo cepat masuk", ajak pangeran Subwen. Wen Pai masuk ke dalam kamar kaca dan membisiki putra mahkota, "jangan maj
Sesudah membaurkan garam kasar sihir, ketiga orang itu, penasehat dan kedua anaknya yang merupakan ajudan jendral meninggalkan jendral Shen yang seperti lagi termenung dengan Wen Pai yang keletihan dan kesakitan, terutama di telapak tangan nya dan luka luka terbuka lainnya.Melihat Wen Pai merasakan kesakitan dan keperihan di luka robeknya yang dengan sengaja di bikin terbuka lagi oleh mereka , dengan menggosokan garam kasar itu berulang ulang sehingga darahnya keluar lagi."kami tinggalkan Wen Pai disini, jika kamu mau menghukumnya lagi, hukumlah dengan yang kasar dan se kejam kejamnya. Jangan takut dia tidak dapat meninggal dan kami bisa menyembuhkan dia dengan siksaan yang lebih berat lagi, kami bisa membuat badannya terlihat sehat dengan sihir, padahal tubuh aslinya penuh dengan luka, seperti tergambar di kaca, ha ha ha, kalian mengira tubuh yang kalian lihat adalah hanya pantulan kaca sebenarnya itulah tubuh asli Wen Pai.""Tentu tidak ada yang membilang ki
"Bukankah kita punya pengganti enam tahun, hai, tujuh belas tahun, kamu besok mau pergikan, hayo hari ini buat kami senang, setelah itu tidak tahu kapan baru kami bisa ber senang senang dengan kamu." Kata para pengeran"Ya, kamu tadi membuat kami para pangeran menunggumu, kamu tahu apa hukuman untuk budak yang disuruh tunggu majikannya."Wen Pai hanya diam dan tidak menjawab sedikit pun.Tapi sebelum mereka masuk, didepan pintu rahasia menunggu disana dengan tidak sabar ketiga penyihir dengan Jendral Shen yang terlihat marah."Hai, kemana saja kamu,budak tidak tahu diri, kenapa baru sekarang sampai, bukankah dari tadi pekerjaanmu selesai, kamu berani pergi sendiri tanpa permisi lagi ya, mentang mentang sudah dewasa, mana rotan?" Tanya Jendral kepada ajudan dua.Begitu rotan sampai di tangan , di pukulkannya di telapak tangan kanan dan kiri Wen Pai tanpa berhenti sampai ajudan satu menghentikannya."Sudah, sudah mari kita pulang, Jendral suda
Jendral melihat perbuatan mereka dengan acuh dan dibiarkannya mereka menyiksa Wen Pei dengan senangnya, dia tidak bereaksi sama sekali, sampai ketiga penyihir itu tidak tahan melihat itu, lalu ajudan satu berkata kepada penasehat:" Ayah kamu memakai sihir apa, sampai Jendral sama sekali bereaksi, padahal biasanya dia pasti meninggalkan kami berdua untuk menyiksa Wen Pai? Sebenarnya penasehat juga tidak menyangka Jendral bisa seperti itu tersihirnya. "Sudah kita cepat selesaikan siksaan ini, kalau kelamaan nanti Jendral menjadi tolol, kita tidak bisa menggunakannya lagi." kata penasehat itu kepada anak anaknya. Wen Pai hanya dapat pasrah melihat keadaan Jendral dan kekejaman para penyihir jahat ini. "Cepat kita selesaikan penyiksaan ini, saya rasa cukup sihir yang kita berikan kepada Wen Pai ini, sekarang dia sudah ingat dirinya, jadi gampang kalau kita mau menghukumnya, tinggal kita menyuruh para pangeran terutam pangeran yang memakai baju biru
Jendral Shen besar, Kuan sung dan Wen Pai menghadap raja.Raja dan Ratu sedang sarapan pagi, Raja memerintahkan mereka masuk.Jendral Shen besar menerangkan bahwa, jika hukuman Wen Pai diteruskan sampai lima setengah bulan dengan cambuk rahasia , Energi Wen Pai akan terkuras habis.Raja menyuruh keluarkan cambuk itu, begitu melihatnya, Raja kaget, karena itu memekai kulit langka dan di ujung nya diberikan senjata runcing sihir, itulah yang menguras tenaga dalam Wen Pai."siapa yang membuat cambuk ini?" Tanya raja."Penasehat saya, Tuanku Raja." jawab Jendral Shen.Selama itu Wen Pai berlutut tidak berani memandang Raja dan Ratu.Raja lalu menyuruh hukuman dihentikan.Ratu menanyai Wen Pai:" Cin Wen Pai sudahkah kamu sarapan?""Belum, Ibunda Ratu," Jawab Cin Wen Pai."Mari, sini, duduk disini, kita sarapan bersama?" Kata Ratu sambil menunjuk tempat duduk di sisi kiri dari ratu.Wen Pai tidak bera