Bukannya menanggapi kalimat Cecep, Aldo malah mengalihkan topik dengan memuji teman Dyta yang juga merupakan temannya sejak menjalani masa-masa sulit itu.
“Hah?” Cecep sontak menoleh pada lengan tangan kirinya dimana Aldo mendaratkan pandangan. Ternyata yang dimaksudkan Aldo keren itu adalah mengenai tato kepala singa yang terlihat jelas ketika ia mengangkat tangan.
Wajar Aldo begitu antusias, Cecep terkenal culun bagaimana bisa sekarang malah memiliki tato, garang begitu pula. Jelas sangat menarik perhatian.
“Oh … kamu bisa aja. Biar terlihat lebih berani saja, biar nggak dianggap lemah terus sama orang-orang,” kekehnya.
“Hahah … bener juga. Kamu memang terlihat lebih macho dengan gambar itu!” puji Aldo sekali lagi.
Yah walaupun dalam hati Aldo sedang berpikir, “Tetap aja kamu ditindas kayak tadi.” Miris ia rasakan.
“Iya sudah, aku pergi dulu. Kalau ketemu lagi lain waktu a
Pekikan Aldo begitu kencang, tentu berhasil membuyarkan lamunan Dave, tapi juga tidak sampai terkejut yang terlalu berarti.“Maaf, Tuan.”Usai mengucapkan permintaan maaf ia bergegas berlarian cepat menuju ke arah Aldo.“Ngelamunin apa sampai bengong begitu?” kepo Aldo sekali lagi.“E ….”Dave tampak bingung harus jawab apa, membuat Aldo curiga saja.“Apa yang kamu sembunyikan?” cecar Aldo sedikit memiringkan kepala.Masalahnya, Dave sendiri belum jelas dengan pemikirannya yang tadi. Kalau dia serta merta mengungkapkan yang ada di kepalanya, urusan mungkin akan ribet seandainya apa yang dipikirkan tidaklah benar.Seperti biasa, Dave juga bukan orang yang ceroboh. Sebelum menyampaikan informasi apapun dia selalu harus memastikan dulu krediblenya. Kalau sudah pasti, baru dia akan membeberkan semuanya.“I-itu … aku tiba-tiba keingat perempuan yang hampir na
”Habis ini kamu pasti nggak akan katrok lagi, nggak akan udik liat cewek seksi!” kekeh Aldo membuat sopir taksi meliriknya dari spion atas. Aldo yang menyadarinya secepatnya memperbaiki diri.“Ehem. Kita ke Royal Morgan, Pak!” titahnya mengalihkan perhatian sang sopir.“Siap, Bos.”Usai itu suasana kembali menghening. Aldo jadi teringat lagi pada kejadian yang barusan terjadi. Dan, situasi begini juga selalu mengingatkan dia pada masa-masa sulitnya dulu. Boro-boro ada perempuan yang menggodanya seperti tadi, melihatnya saja mereka semua akan mengipas-ngipas tangan menghina dia bau keringat. Hanya Dyta yang mau dekat-dekat dengannya. Aldo merenung miris."Duit memang nggak bisa membeli segalanya, tapi duit berpengaruh besar terhadap status sosial," batinnya lirih."Aku bersyukur bisa menemukan cewek kayak Dyta sebelum aku berhasil seperti sekarang. Jika tidak pasti akan sangat sulit membedakan mana yang benar-bena
Aldo sampai memutar tubuhnya mengikuti laju mobil Dave yang sedang mencari tempat parkir di depan gedung Royal Morgan yang hampir full terpakai, barangkali dia salah lihat pikirnya. Usai memastikan dengan lebih teliti, dia pun bisa memastikan penglihatannya tidak salah. Itu memang mobil Dave!“Dia ngapain di sini? Bukannnya ke hotel?!”Sejenak Aldo agak tertegun, “Atau mungkin dia bawa cewek itu kemari?”Manik Aldo bahkan membesar. Apalagi mengingat Dave yang yang terlampau polos soal beginian, Aldo jadi begitu yakin mungkin memang benar dugaannya. Dave membawa perempuan kecentilan itu ke kantor! Tentu membuatnya panik. Aldo sampai menggigit sudut bibirnya sekilas menandakan betapa gregetannya dia.“Kalau kamu sampai ngelakuin hal ini Dave, serius bakal aku kasih pakai ruang pribadiku buat kau dan dia, aku kunci kalian berdua di dalam! Bila perlu aku cekokin obat kuat sekalian!”Aldo tampak menyipitkan mata meras
Dia tidak peduli lagi apa tanggapan kepala Ob itu, tepatnya tak mau tahu. Diletakkannya kembali gagang telepon pada tempatnya, memperbaiki posisinya baru memberi jawaban pada orang yang mengetuk pintu di luar sana.“Masuk!”Jegrek!Dan … tebakan Aldo benar. Dave muncul dari balik pintu.“Hai, Dave …,” sapa Aldo segera sambil beranjak dari posisi duduk.Pria di depan pintu tampak menyentuh hidung karena bau pengharaum ruangan yang disemprot Aldo tadi sungguh terlalu berlebihan begitu menyengat menyerbu hidungnya. Jika di ruangan kerja Aldo saja masih tercium, entah bagaimana kabarnya di dalam ruang istirahatnya sana.“Tuan, apa pengharum ruangan yang baru beli kemarin bocor? Kenapa berlebihan begini?” komen Dave menerka sembari melangkah memasuki ruangan. Yah, mungkin begitu. Jika ia tentu dia harus membuangnya segera lalu beli lagi yang baru sebelum Aldo marah.“Nggak kok, wangi
Suatu siang, Aldo yang baru saja mendapatkan kabar dari Dave bahwa orang suruhan mereka telah berhasil membuat Recky membuka mulut perihal kerjasamanya dengan Dimas. Ia memutuskan untuk mendatangi penjara saat ini.Kriet!Pintu berbunyi cukup membuat gigi ngilu saat dibuka. Aldo dan Dave memasuki sel dimana Recky dan Robert dikurung. Pandangan mereka langsung menangkap dua sosok di depan sana.Kedua tubuh tersebut dalam posisi berdiri tegak dengan tangan terangkat yang terikat menggantung, masih untung kaki mereka menapak pada sebuah kursi panjang. Darah segar tampak mengalir dari pelipis, sudut bibir, hidung … pakaian begitu kotor penuh bercak merah, demikian gambarannya. Keadaan kedua orang itu sangat memprihatinkan.Dan sebenarnya, ini baru penyiksaan pertama yang diterima mereka. Tak disangka, mereka langsung mengakui perihal kerjasama itu. Mungkin orang-orang suruhan Aldo terlalu kejam menyiksa mereka. Atau … mereka terlalu lemah! Akan
Pastinya penyiksaan belum akan segera selesai, Aldo berbohong berkata akan melepaskan mereka atas siksaan ini jika mereka mengakui dalang kasus keracunan.Lagipula bukan itu yang dimaksudkan olehnya, entah anak buahnya salah mendengar perintah atau bagaimana, tanpa diberitahukan mereka, Aldo bahkan sudah mengetahui semua itu dari Dave. Buat apalagi dia menanyakan perihal tersebut?“Berikan tongkat setrummu,” pinta Aldo pada anak buah di sampingnya.Robert yang tadinya lunglai, mengeryit menahan sensasi sakit bercampur pusing antara sadar dan tidak akibat pukulan Aldo tadi seketika menegakkan kepala serta memasang wajah tegang, dia selalu yang paling ketakutan. Penakut, tapi otaknya tidak dipakai ketika mencelakai Aldo dulu.“Jangan, jangan apa-apakan kami … tolong jangan lakukan itu, Do!” ujar Robert saat melihat Aldo meraih tongkat setrum yang disodorkan anak buahnya.Aldo tertawa seringai singkat saja. Dia bahagia s
“Yang memperkosa Alya adalah ….” Recky memberi sedikit jeda pada kalimatnya, Aldo yang sudah tak sabar menggertak geram. “Adalah siapa!” Recky menelan ludah, setelahnya mengambil napas, dan membuka mulut lagi, dia akan segera menyebutkan nama orangnya. Namun belum sempat ia mengungkapkan, kejadian mengejutkan terjadi. “Aargh!” Recky tiba-tiba mengerang kesakitan, selanjutnya Robert juga. Lalu mereka berdua terdiam lemas. Aldo tentu nampak heran melirik mereka berdua bergantian. Juga menoleh ke arah Dave yang ikut keheranan. Tak hanya mereka, semua orang tampak keheranan. Akan tetapi kebingungan mereka tak bertahan lama saat tanpa sengaja salah satu dari anak buah Aldo melihat kejanggalan pada tubuh kedua pengkhianat itu, ada cairan merah yang mengalir dari dada kiri mereka masing-masing. “Tuan, lihat itu!” serunya agak panik. Semua orang seketika memutar lagi kepala mereka, ikut menatap ke arah pandangan anak buat tersebut. Dan
“Dyta hilang? Bagaimana bisa?”Aldo masih terhubungan dengan pengawalnya melalui alat komunikasi saat ini.“I-iya, Tuan … maksud saya nona pergi dari mansion, dia menghilang … kami mencari dia kemana-mana tapi tidak ketemu!” suara pengawal itu terdengar cepat tapi cukup jelas.Merasa penjelasan pengawalnya itu terkesan berbelit-belit Aldo jadi tambah murka.“Apa maksudmu? Katakan dengan benar!” sergahnya. “Dyta hilang atau pergi?”“Pergi, Tuan … e … hilang.”Lagi-lagi pernyataan pengawal membuat naik darah, entahlah … mungkin karena panik pengawal itu jadi gagap dan tak tahu bagaimana cara menjelaskannya. Intinya Dyta tak ada di mansion sekarang, membuat panik semua pengawal di sana.“Brengsek! Apa kerja kalian? Sampai Dyta bisa luput pengawasan kalian?!” Fine, begitu simpul Aldo. Kelalaian para pengawal!“Maafkan ka