Saat pintu lift terbuka kembali, pasangan itu telah berada di lantai dasar Mall. Seorang satpam menyambut kedatangan mereka. Namun bukan kesan baik yang didapat.
“Gimana ceritanya kalian bisa menerobos masuk ke dalam sini? Kami sedang tidak menerima tamu luar hari ini karena akan menyambut tamu spesial. Cepat pergi!” sergah pria berseragam putih kombinasi hitam itu.
Petugas keamanan tersebut hanya mengusir dengan kata-kata, tapi juga mendorong Aldo hingga mundur beberapa langkah serta menabrak pintu lift yang sudah tertutup kembali.
“Kamu nggak apa-apa?” Dyta nampak panik.
Aldo mengeleng kecil, dan memperbaiki posisi berdirinya. Kemudian ia fokus pada satpam yang mencari masalah dengannya. Ia tetap bersikap kalem.
“Kalau aku bilang tamu spesial itu adalah kami, apa kamu masih punya nyali sebesar ini buat menghalangi jalan kami?” menegur dengan sangat elegan.
Petugas keamanan pemilik nama Sutrisno itu refle
“Do, makasih ya kamu udah ngasih aku kejutan yang luar biasa hari ini,” ucap Dyta dengan wajah berseri-seri.“Tidak perlu berterima kasih, melihatmu begitu bahagia sudah cukup bagiku.”Dyta merasa terharu mendengar kalimat Aldo, ia sontak memeluk lengan kekarnya erat sekali, sambil menyandarkan kepala pada bahu Aldo tanpa berhenti melangkah. Satu hal yang ia rasakan, sangat nyaman.Aura kebahagiaan juga terpancar jelas di wajah pria dengan model rambut mohawk tersebut mendapatkan reaksi demikian dari Dyta terhadapnya. Sesuai dengan ungkapannya, ia senang.Saat ini Dyta dan Aldo sedang berjalan menelusuri trotoar, menikmati senja yang hampir lenyap. Acara nonton serta kumpul keluarga barusan selesai sejak 1 jam yang lalu, tapi keasyikannya masih terasa dan terbayang-bayang di benak Dyta.Sesaat lalu, ketika pintu bioskop terbuka, Dyta yang awalnya mengira tempat itu dalam keadaan kosong seperti mall yang tak ada orangnya, ter
Aldo menatap datar wajah jutek Dyta, yang tetap terlihat cantik walau sedang cemberut. Gemas … sisi liar Aldo bangkit tanpa diminta. Ingin rasanya ia mendekap erat perempuan itu, kemudian mengecup seluruh wajahnya. Jika saja bukan di tempat umum seperti ini.PRANG!Suara keras khas benda berbahan kaca terjatuh membuyarkan lamunan Aldo, juga Dyta.“Aldo! Ini beneran kamu, kan?”“Ya ampun, aku nyariin kamu kemana-mana, nggak nyangka kita bakal ketemu disini.” Seorang perempuan yang menyapa Aldo terlihat menangkupkan tangan pada pipinya seakan mendapatkan sebuah kejutan besar.Jika Aldo terlihat biasa saja usai menatap sejenak perempuan cantik yang hampir sebanding dengan kecantikan Dyta itu, perempuan tersebut justru berusaha mendapatkan perhatian darinya.“S-sory … kamu kebasahan ya? Aku nggak sengaja numpahin minuman ini. Biar aku bantu bersihkan.”Sebelum ikut berjongkok, ia terlebih
Seharian Aldo mengurung diri di dalam ruang kerja mansionnya, hari ini masih weekend ia tidak ke kantor. Ia juga tidak bertemu dengan Dyta, justru hal itu pula yang membuat dia begitu lama berada di dalam ruangan tersebut. Katanya, kekasihnya itu sibuk melayani keluarganya yang belum kembali ke kampung halaman setelah acara di bioskop kemarin, tapi Aldo tetap galau karena dari belasan chat yang dia kirim, perempuan itu hanya membalas satu kali itu saja. Saat ia mencoba menghubungi melalui panggilan suara maupun panggilan video, Dyta juga tidak menjawab. Sungguh tidak seperti biasanya. Aldo hanya khawatir Dyta sakit, dan tidak mengabarinya. Hal ini pernah terjadi beberapa waktu lalu. Tok … tok! “Siapa?” tanya Aldo saat mendengar suara ketukan. Walau dia sendiri sebenarnya bisa menebak pasti itu Dave karena dia yang menghubunginya barusan. “Ini saya, Tuan. Dave.” Benar saja terkaannya. “Masuk!” titah Aldo sembari menyimpan kembali kotak
Orang-orang berkumpul memenuhi teras gedung 3 tingkat tempat dimana perusahaan Recky berada, tali merah menyala masih melintang pada gagang pintu kaca, di tengah-tenganya terdapat bunga buatan. Acara gunting pinta tampaknya belum dimulai.“Pak Recky, ini sudah jam 10 lewat 15,” ucap seorang pria sembari melirik arlogi. “Kita sudah terlambat 15 menit, atau perlu memulai sekarang?”“Sebentar lagi ….” Recky ikut melirik jam tangan. “Kita harus menunggu sampai tamu spesial kita datang.”“Kalau dia tidak datang gimana, Pak?”“Sembarangan! Dia pasti datang! Royal Morgan sudah mengirim surat persetujuan kerja sama dengan perusahaan kita, mereka juga bilang Tuan Morgan akan hadir pada saat acara peresmian. Kita tunggu sebentar lagi.”Suara bisik-bisik segera terdengar di antara orang banyak itu setelah Royal Morgan disebut. Mereka semua membicarakan perusahaan raksasa milik Aldo
Rio sampai terbelalak mendengar ucapan Recky yang dengan lantang mengusir Aldo.Ekspresi Rio memang berbeda sendiri dari yang lainnya. Selain terkejut dengan sambutan Recky, sesaat kemudian ia juga dibuat terheran-heran menyaksikan respon dari para tamu."Jadi dia beneran Aldo Eduard? Yang pernah membuat perusahaan keluarganya bangkrut karena kebodohannya itu?" Pak Nas menimpali, ekspresinya itu seperti mendapat kejutan.Robert yang juga berada di sana tersenyum miring kemudian menanggapi. "Bener banget, Pak Nas. Dia itu sampah tak berguna!" singkapnya sambil menatap tajam Aldo seakan ia benar-benar manusia paling hina.Sejenak semua orang ikut menatap hina Aldo, kebisingan seketika terjadi.Aldo diperlakukan seperti ini, rasanya Rio gregetan, tak bisa terima. Benar-benar tak pantas. Akan tetapi dia bisa apa? Aldo sudah memperingatinya saat di perjalanan, apapun yang terjadi nanti dia hanya perlu diam saja.Awalnya dia tidak mengerti apa dim
“Tuan Aldo kenapa masih diam saja?” Rio semakin gemas melihat Aldo yang terus mematung seperti tak ada niat membela diri. Padahal itu kesempatan yang baik sekali.Dia ingin bertindak, tapi tidak berani. Alhasil hanya bisa memendam seribu bahasa yang hendak meledak.Jika yang lainnya terlihat panik, ada yang menarik perhatian Rio. Yakni kedua pria yang ketika itu sedang berhadapan dengan Aldo. Mereka seperti sedang berperang dalam diam. Mengerikan!Hanya Recky dan Robert yang nampak cukup tenang. Seakan tidak ada hal apapun yang sedang terjadi. Mereka sedang menatap Aldo tajam kaya akan ketidaksukaan. Jika di dalam buku silat, tatapan mereka itu mengandung kilat yang menyala-nyala.“Ada masalah apa di antara mereka dengan Tuan Aldo?” Rio bertanya-tanya. Dari sekian banyak orang-orang disana, interaksi mereka memang yang paling mencolok sedari tadi.“K
Yang ditunggu-tunggu sejak tadi sepertinya akan segera terungkap, semua orang menantikan jawaban tersebut. Suasana menjadi tegang seketika. Mereka semua fokus pada Rio, menatapnya penuh selidik, juga sesekali melirik Aldo yang tiba-tiba telihat sangat berwibawa. Siapa Aldo sebenarnya? Mereka begitu penasaran. Recky hampir nyengir, memangnya siapa Aldo? Dia hanya seorang babu! Rasanya begitu menggelikan mendengar kalimat Rio yang terdengar mengancam. Nyatanya semua orang sampai tegang. “Heh! Atau karena kau manajer baru di Royal Morgan, sehingga kau tidak tau siapa si miskin ini? Menggelikan! Memangnya dia mengaku sebagai apa padamu, huh?” seringai Recky. “Bu-bukan siapa-siapa,” gagap Rio menerangkan. Recky tersenyum penuh kemenangan berpikir kalau pria itu takut padanya. Padahal saja, Rio gugup karena Aldo sedang menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Ia sadar betul telah melakukan kesalahan fatal. Aldo memintanya cukup d
Selama ia menjadi eksekutif Mega Murni, Ia belum pernah dihubungi oleh Tuan Morgan, Sekarang ada kebetulan seperti ini, bagaimana ia tidak menuduh Aldo sebagai dalang dari semua ini? Recky mengeluarkan gawainya penuh keraguan dari dalam saku celana mengkilap saat terkena silau lampu, celananya itu ditafsir mencapai belasan juta. Orang kaya baru gayanya memang sangat mencolok, Aldo memakluminya. Entah siapa yang aneh, orang kaya yang selalu berpakaian kumuh dan murahan atau yang mengenakan pakaian mahal. Semua orang kini memperhatikan Recky, wajahnya yang tegang sangat menarik perhatian. “Siapa yang nelepon, Bro?” berkata sambil mengintip layar.“Tuan Morgan,” ringkas Recky. Robert sudah lebih dulu melihat nama yang tertera di layar padahal. Ia menelan ludah. Sedangkan orang-orang banyak saling menoleh, kemudian melirik Recky dan Aldo bergantian, Tuan Morgan menghubungi Recky … ada apa ini? Mereka bertanya-tanya dalam kebisuan. Mungkinka
“Anda tidak terlihat seperti badut, Nona … tapi sangat cantik, gaun ini benar-benar cocok untuk Anda,” puji si perias. “Ayo Nona kita turun sekarang!”“Tapi aku nggak mungkin berpenampilan begini, apa yang akan dikatakan orang-orang? Di rumah sakit tapi mengenakan pakaian begini.”“Tidak perlu menghiraukan ucapan orang lain, karena mau seperti apapun kita tetap saja akan ada yang nyiyirin hidup kita, kayak saya,” lirih sang perias yang merupakan janda itu. Dia telah menceritakan semuanya pada Dyta selama prosesi berdandan berlangsung, Dyta jadi ikut prihatin.“Mbak benar, jangan dengarkan nyinyiran orang lain, toh mereka juga tidak menghidupimu. Semangat ya, Mbak!”Si perias tersenyum mendengarnya, lain yang dipikirkan Dyta lain pula yang dipikirkan sang perias, “Kalau begitu ayo kita turun sekarang!”Ia bergegas menarik tangan Dyta agar beranjak dari posisi duduk.
Sekuat apapun Aldo berusaha menahan diri untuk tidak terlihat lemah di hadapan Dyta, tetap saja dia tidak dapat melakukannya. Terlalu sulit melewatinya, Aldo tak sanggup. Keadaan Dyta sangat mengkhawatirkan, bagaimana bisa dia menyembunyikan perasaannya itu.Akhirnya tetap meledak, Aldo justru menangis histeris di hadapan Dyta yang terbaring lemah, menangisi kekasihnya itu sambil sesekali melontarkan kalimat berikut secara berulang-ulang."Dyta … kamu nggak boleh ninggalin aku, aku nggak akan bisa hidup tanpamu. Kamu harus bangun, Dyt! Bangun!""Bangunlah, aku mohon, Dyt!"Siapapun jika mengalami kondisi demikian kemungkinan besar akan seperti Aldo pastinya, ini merupakan cobaan paling berat seumur hidupnya, terancam kehilangan separuh napas adalah yang paling menyakitkan. Jika ditinggal selingkuh saja mampu membuat Aldo hampir gila, apalagi ditinggal pergi selamanya, rasanya jauh lebih menyakitkan. Aldo tak siap, dia benar-benar tidak siap.
Para tim medis saja dibuat terkejut bukan main, barusan keadaan Dyta masih stabil, tapi dalam sekejap sudah seperti ini jelas sangat membingungkan.“Gimana, Dok? Apa yang terjadi dengan Dyta?”“Entahlah … tapi kondisinya benar-benar menurun sekarang.”“Sus, tolong pasangkan lagi semua peralatan tadi!” alih sang sang dokter pada timnya.Perasaan Aldo jangan ditanya lagi, ketakutan dan kepanikannya bertambah berkali-kali lipat sekarang ini.“Tolong, Dok … tolong selamatkan Dyta! Lakukan apa saja, yang penting Dyta harus selamat!” cecarnya.“Kami pasti akan melakukan yang terbaik, itu sudah bagian dari tugas kami.”Sang dokter juga memerintahkan agar Aldo keluar dari ruangan tersebut, para tim medis tentu tidak akan dapat bekerja maksimal jika dia terus-terusan bersikap panik seperti tadi. Pasien pun akan merasa terganggu.“Nggak, Dok! Aku harus menema
Tanpa disangka sedikitpun, ternyata Cecep bukanlah lawan yang bisa diremehkan. Kemampuannya melebihi Recky dan Robert, apalagi Aldo sudah sangat kelelahan saat ini jelas membutuhkan perjuangan luar biasa dalam menumbangkan lawannya ini. Aldo sendiri telah babak belur, barulah berhasil menjatuhkan Cecep.“Sekarang terima kematianmu, Bangsat!”Aldo yang awalnya cukup lega berhasil menumbangkan Cecep harus kembali dibuat terkejut, pria itu memang belum mati, Aldo masih harus membereskannya, hanya saja ia membutuhkan jeda untuk mengambil napas. Hal tak terduga lainnya justru terjadi.Pria itu tiba-tiba mendapatkan senjata, dan sedang mengarahkannya ke arah Aldo. Matanya hampir meloncat keluar saking terkejutnya dia. Bagaimana tidak, nyawanya sungguh sedang terancam.Aldo benar-benar kelelahan sampai tidak dapat mengelak saat ini, beranjak dari posisi tersungkur bahkan agak sulit dia lakukan. Dia benar-benar kehabisan tenaga buat menumbangkan Cecep
Suasana di sana saat ini lumayan mengerikan, mayat tergeletak dimana-mana, baik itu anak buah Aldo maupun para musuh, jumlah mereka hampir sama banyaknya. Ada yang tewas karena luka tembak, maupun baku hantam.Aldo pun baru menyadari ternyata yang satu-satunya yang tersisa hanya dia seorang, tentunya cukup mengejutkan dia. Akan tetapi dia tidak akan mundur, satu lawan satu mana mungkin dia akan menyerah.Aldo baru akan melanjutkan langkahnya, suara tembakan membuatnya seketika mundur. Kurang seinci lagi dia hampir tertembak.“Aku seperti mengenal tembakan ini!” batin Aldo agak panik. Ia juga mengingat sesuatu, “Sniper handal itu!”Yah, dia orang yang terlibat pada kejadian di penjara beberapa waktu lalu. Drama penembakan Recky dan Robert saat itu.“Sial! Jadi dia ada disini!Jelas merupakan sebuah kegawatan. Aldo bergegas mencari tempat persembunyian dan bersikap waspada. Namun hal ini tetap tidak akan mengurung
Ketika mereka berdua tiba di hadapannya, Aldo justru berhasil menangkap tangan Robert yang hendak menyerang bagian perut, mematahkan tangannya itu tanpa ampun. Suara erangan mengaum keras.Sementara saat tendangan Recky yang mengincar kepalanya hampir menyentuhnya, Aldo juga dengan gesit menangkap kaki bajingan satu ini, lalu turut melayangkan sebuah tendangan mematikan tepat ke arah junior Recky.Sesaat Robert bangkit lagi, awalnya dia hendak menembak Aldo, tapi segera digagalkan Aldo dengan menendang senjata di tangannya hingga terhempas. Selanjutnya pertarungan sengit sempat menghiasi pertempuran seakan mereka seperti tandingan yang seimbang, hingga Aldo kembali berhasil menjatuhkan lawannya itu. Bagaimanapun dia tidak mungkin menang, dia bukanlah lawan Aldo, apalagi tangannya sedang terluka.Aldo bahkan menghajarnya cukup fatal kali ini, melampiaskan seluruh emosi yang menguasai jiwanya, sampai pria itu tak mampu bangkit lagi.Sambut-menyambut silih b
Perasaan Aldo benar-benar hancur melihat keadaan kekasihnya itu, sedikitpun dia tidak pernah menyangka hal setragis ini akan terjadi terhadap Dyta. Padahal sebentar lagi mereka akan menjadi pasangan paling berbahagia, tapi keadaan justru berbalik seperti ini.Sakit sekali pastinya, Aldo yang tak kuasa menahan diri. Untuk pertama kalinya ia tak memedulikan keadaan sekeliling, tangisannya meledak sudah sambil menggenggam tangan Dyta.“Maafin aku, Dyt … seharusnya aku tidak membiarkan kamu pergi sendirian, aku yang patut disalahkan!”“Dyta, bangunlah! Bangun, Sayang!”Ternyata Aldo sungguh tidak dapat mengontrol dirinya untuk bersikap tenang sehingga dokter harus memperingatkan dia, mengatakan bahwa orang yang sedang koma seharusnya disupport, bukan ditangisi seperti ini. Sebab walau Dyta sedang tak sadar tapi dia bisa mendengar semua yang dikatakan Aldo saat ini.Akhirnya Aldo harus berusaha tegar, menahan emosinya yang
Betapa terkejutnya Aldo mendapatkan kabar yang disampaikan oleh Dave barusan. Tanpa berpikir panjang dia langsung beranjak dari tempat duduknya dan pergi dari ruangan rapat begitu saja. Dia tentu harus menuju rumah sakit saat itu juga.Aldo pergi seorang diri, lagipula Dave harus mengambil alih meneruskan rapat yang sedang berlangsung. Keadaan Aldo tentu sangat tidak stabil, ia mengemudi dengan sangat brutal. Namun keberuntungan selalu memihak padanya di jalanan. Aldo berhasil tiba di rumah sakit dalam keadaan selamat.Usai memarkirkan kendaraannya secara sembarangan tak memedulikan apapun lagi, Aldo bergegas berlarian menuju ke dalam rumah sakit secepat mungkin.Baru saja dia menginjakkan kaki di pintu lift menuju ruangan VVIP, panggilan untuknya telah terdengar karena mobilnya yang parkir seenak jidat itu, tapi Aldo tetap tak menghiraukannya, bukannya kembali ke depan, Aldo justru melangkah memasuki lift.Mau mobilnya itu diderek atau diapapun, dia tak
Lain halnya dengan Dave yang segera mengiyakan kalimat Aldo, Dyta justru dibuat terkejut bukan main.“S-sekarang? Kenapa kalian para pria suka sekali seenaknya begini sih?!” rutuk perempuan itu kesal.Bagaimana tidak, barusan menghadapi Cecep yang bertingkah seenak jidat memaksa menikahinya, sekarang giliran Aldo yang melakukan hal serupa.“Kamu kok kayak nggak senang gitu, memangnya kamu keberatan nikah sama aku?”Aldo agak salah mengerti.“Bukan begitu, tapi menikah kan bukan main-main, Do … kita perlu menyiapkannya dengan mateng! Gimana bisa seenaknya aja begini, mau nikah ya nikah aja gitu!”“Kau pikir nggak akan bikin kaget kedua orang tuaku apa? Terus papi sama mami kamu, bisa-bisa mereka jantungan mikirin ide gilamu itu!”Dyta ngambek lagi, ia membuang muka keluar jendela sambil memeluk tangan. Ternyata mereka telah memasuki kawasan mansion Aldo berada.“Oh, ak