Yang ditunggu-tunggu sejak tadi sepertinya akan segera terungkap, semua orang menantikan jawaban tersebut. Suasana menjadi tegang seketika.
Mereka semua fokus pada Rio, menatapnya penuh selidik, juga sesekali melirik Aldo yang tiba-tiba telihat sangat berwibawa.
Siapa Aldo sebenarnya? Mereka begitu penasaran.
Recky hampir nyengir, memangnya siapa Aldo? Dia hanya seorang babu! Rasanya begitu menggelikan mendengar kalimat Rio yang terdengar mengancam. Nyatanya semua orang sampai tegang.
“Heh! Atau karena kau manajer baru di Royal Morgan, sehingga kau tidak tau siapa si miskin ini? Menggelikan! Memangnya dia mengaku sebagai apa padamu, huh?” seringai Recky.
“Bu-bukan siapa-siapa,” gagap Rio menerangkan. Recky tersenyum penuh kemenangan berpikir kalau pria itu takut padanya. Padahal saja, Rio gugup karena Aldo sedang menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Ia sadar betul telah melakukan kesalahan fatal.
Aldo memintanya cukup d
Selama ia menjadi eksekutif Mega Murni, Ia belum pernah dihubungi oleh Tuan Morgan, Sekarang ada kebetulan seperti ini, bagaimana ia tidak menuduh Aldo sebagai dalang dari semua ini? Recky mengeluarkan gawainya penuh keraguan dari dalam saku celana mengkilap saat terkena silau lampu, celananya itu ditafsir mencapai belasan juta. Orang kaya baru gayanya memang sangat mencolok, Aldo memakluminya. Entah siapa yang aneh, orang kaya yang selalu berpakaian kumuh dan murahan atau yang mengenakan pakaian mahal. Semua orang kini memperhatikan Recky, wajahnya yang tegang sangat menarik perhatian. “Siapa yang nelepon, Bro?” berkata sambil mengintip layar.“Tuan Morgan,” ringkas Recky. Robert sudah lebih dulu melihat nama yang tertera di layar padahal. Ia menelan ludah. Sedangkan orang-orang banyak saling menoleh, kemudian melirik Recky dan Aldo bergantian, Tuan Morgan menghubungi Recky … ada apa ini? Mereka bertanya-tanya dalam kebisuan. Mungkinka
Rio tertegun, miris ia rasakan. Orang-orang ini benar-benar tidak punya hati ternyata. Ia menebak, Aldo menyamar seperti ini mungkin bertujuan menyingkap karakter yang sesungguhnya dari manusia-manusia itu.Rio tak menyangka, orang-orang yang rata-rata berpendidikan tinggi seperti mereka memiliki karakter seburuk ini.Sebab mereka bersembunyi di balik wajah elegan nan polos seperti malaikat. Baru sekarang Rio paham, penampilan tidak selalu mencerminkan hati.Sementara itu, di dekat panggung, Recky menyeringai. Akhirnya yang diharapkan terjadi juga.Walau dia tidak bisa menyakiti Aldo secara langsung karena syarat mutlak yang mengikat, melihat yang lainnya memperlakukan Aldo seperti ini sudah membuatnya sangat puas. Inilah yang dia inginkan. Semua orang membenci Aldo seakan dia mengidap virus menular dan mematikan."Keterlaluan! Mereka tidak seharusnya memperlakukan Anda seperti ini, Tuan," lirih Rio.Aldo tersenyum, "abaikan saja
Sementara itu, Resti yang tidak mengerti apapun justru tergelak kecil,"Apa maksudmu?"Aldo sedang mengancam Recky? Yang benar saja.Ia tidak percaya, gembel seperti Aldo menghina seorang direktur utama perusahaan tempatnya berpijak. Jelas sangat menggelikan."Kau pikir kau siapa? Sadar nggak sih kalau kamu itu hanya seorang OB?! Recky sampai harus kehilangan proyek besar gara-gara kamu?! Haha.""Hello!" berkata dengan nada mengayun. "Lagian Recky tidak sebodoh kamu! Harus kehilangan 5 proyek besar sekaligus karena gob ….""Cukup!" potong Recky dengan nada tinggi membuat Resti terlonjak.Untung Recky menghentikannya, raut Aldo telah berubah padahal. Aldo sedang sensitif sebenarnya, usai mendapatkan kabar dari Dave mengenai perbuatan Dyta semalam. Ia hanya mencoba bersabar sejak tadi.Tapi kesabarannya itu sudah menipis sejak Robert memperlakukan dia layaknya binatang tadi. Ditambah sekarang Resti juga terus menghujat
Recky seketika menoleh padanya, ketika ia mengatakan kalimat paling mengerikan itu. Apa yang dikatakannya? Dia siapa berkata begitu lancang? Lalu apakah ucapannya begitu berkuasa, saat ia bilang batal berarti batal? Recky jelas tak percaya.“Haha ….” Ia tergelak singkat. “Menggelikan! Heh! Kau hanya seorang babu, apa kau sadar itu?”Orang-orang banyak ikut menyeringai.“Entah … benar-benar sok berkuasa! Haha … tidak sadar diri!” timpal pengusaha perempuan yang tadi sempat menghujat Aldo.“Syndrome Star, Jeng … aduh … kepedean banget!” sambung temannya. Mereka ini benar-benar sejoli dalam hal seperti ini.“Dasar tidak tau malu! Kalau saya jadi dia, saya akan menutup wajah saya dengan batok!” sambung pengusaha pria yang belum pernah bersuara sebelumnya. Ia merasa perlu ikut campur kali ini setelah mendengar kalimat yang terdengar begitu sombong dari mulut s
“Tunggu!” tahan Recky saat mereka hampir mencapai ambang pintu. Aldo dan Rio menghentikan langkah mereka dan berbalik. Semua orang kini memperhatikan Recky menghampiri mereka. Ekspresi Recky sangat dingin, semua orang berpikir mungkin akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Mungkin Recky akan menghajar Aldo. Ketegangan seketika menghiasi lobby. Yang paling berantusias tentu saja Robert dan Resti. “Hajar aja, Bro … biar mampus!” panas Robert. “Bener. Dia harus dikasih pelajaran biar tau diri!” sambung Resti ikut menambah api. Wajah Recky memang terlihat berhiaskan amarah menggebu-gebu. Aldo sendiri sudah memasang ancang-ancang, jika saja pria itu sungguh menyerangnya dia tentu tidak akan tinggal diam. Begitupun dengan Rio yang ikut mengantisipasi. Begitu-begitu, Rio pernah belajar karate, walau dia selalu menjadi anak bawang yang tak terhitung keberadaanya. Bisa apa dia memang? Yang penting pernah belajar karate. Tiba di had
Semua orang menantikan kelanjutan kisah pertemanan Aldo dan Recky, mereka sangat penasaran. Ada apa sebenarnya? Benarkah Recky adalah teman pengkhianat itu?Mereka menunggu klasifikasi lebih lanjut, baik itu dari Recky ataupun berharap Aldo lebih memperjelas tuduhannya.Sementara, kedua pria itu sedang terjebak dalam perang tatap. Cukup dalam, Aldo menatap penuh kebencian bundaran hitam yang memantulkan bayangannya. Kepahitan memang menjadi luka paling menyakitkan.Aldo berkata jujur, tidak ada bagian sekecil apapun yang dia lupakan tentang luka batin yang pernah digoreskan oleh Recky dan gengnya terhadap dia.Ia justru mengingat semuanya sangat detail, sangat-sangat detail, hingga seekor semut yang pernah hinggap dan menggigitnya di bawah pohon mangga lalu dia bunuh, pada saat sedang duduk berdua dengan Dyta sebelum mendapat kabar dari Alya bahwa ia disekap oleh orang tak dikenal masih tersimpan di memorynya.Terhitung 46 detik aksi saling m
Selain perempuan itu, kedua pria di depan juga tanpa sengaja melihat kartu tersebut saat mereka hendak melirik si cantik di belakang Aldo. Hanya saja mereka tidak tahu tentang benda ini. Salah satu dari mereka memperhatikan Aldo secara seksama. Ia sedang menilai penampilan Aldo yang menurutnya terlihat norak. Seolah-olah seperti orang miskin yang sok kaya, begitu pikirnya. Pria itu lalu menoleh ke arah mobil yang Aldo tumpangi, dia melihat Dave di bagian kursi kemudi. Dengan gamblang ia memberi penilaian bahwa Aldo pasti menumpangi transportasi online. Ia pun semakin yakin dengan pemikirannya, bahwa Aldo sebenarnya orang miskin, tapi memaksa modis agar terlihat seperti orang kaya. Ia menyunggingkan senyuman tak suka. “Sok keren!” cibirnya menyerupai berbisik. Aldo tentu bisa mendengar gumamannya, dan dia tahu pria berbaju biru dongker itu sedang mengatai dia. Sebab sedari tadi orang itu terus melihatnya secara intens. Sekarang juga, ketika ia
Bagaimana Aldo tidak terkejut, perempuan itu adalah perempuan yang bertemu dengannya di ATM tadi. Aldo hanya tidak menyangka saja, ternyata dia bekerja di tempat seperti ini. Apalagi mengenai pakaiannya itu, tadi penampilannya sangat sopan, sekarang justru berubah 360 derajat. “Hai!” sapa perempuan itu sambil tersenyum. “Nggak nyangka bakal ketemu kamu di sini. Oh iya ….” Perempuan itu terlihat merogoh tas pinggang seperti ingin mengambil sesuatu. Yup, ia sedang mengambil dompet yang dia temukan. Karena hal ini pula ia menghampiri Aldo padahal dia sedang melayani tamu saat ia tanpa sengaja melihat keberadaan Aldo. “Ini milikmu, kan?” Aldo tentu saja cukup kaget, “Itu dompetku, kok bisa ada di kamu?” Aldo meraba seluruh saku yang ada. Perempuan cantik itu memperlebar senyumannya, Dave sampai tak berkedip terpesona dengan kecantikannya. “Jadi kamu belum sadar kehilangan dompet? Aku menemukannya di ATM tadi.” “Oh ….”