“What, suka? Kamu ada-ada aja deh, yang ada aku takut sama dia.”
Aldo mengernyit, “Kamu serius? Memang wajah Dimas seserem itu? Alya juga terlihat ketakutan setiap lihat dia.”
“Beneran?”
“Iya …,” sahut Aldo sambil mencubit-cubit dagu. “Whatever, lupakan dia. Mending bahas tentang kita,” alih Aldo kemudian. “Oh iya, kamu seharian ini ngapain aja?”
Malah hal tidak begitu penting yang dibahas oleh Aldo. Selanjutnya mereka pun larut dalam cerita masing-masing.
***
Sesuai dengan janjinya pada Dyta, Aldo akan kembali pada kehidupannya yang real. Malam ini ia tak lagi menginap di kontrakan sederhana yang dia tempati selama beberapa hari terakhir. Dia akan pulang ke mansionnya, hanya kegiatan di kantor dia masih harus bersandiwara sebentar lagi sampai ia benar-benar menuntaskan musuh-musuhnya.
Ting!
Notifikasi sebuah pesan masuk menjadi perhatian Aldo ketika
Suara Aldo yang terdengar tak asing membuat manajer itu memiringkan kepala, lalu menggeleng kecil.“Seharusnya aku tidak terlalu banyak berinteraksi sama OB miskin itu, lama-kelamaan bukan hanya suaranya, tapi baunya juga menempel.”Tidak ingin membuat Tuan Morgan menunggu terlalu lama, Haris memasuki ruangan segera.Jegrek!“Selamat pagi, Tuan!” sapa Manajer Haris sopan. “Sesuai dengan janji, saya ingin melaporkan tentang OB baru yang suka membuat ulah di perusahaan ini.”Saat itu ia masih belum melihat wajah Aldo, selain hanya puncak kepalanya saja. Sebab Aldo duduk memunggung di kursi kebesarannya.Karena tak mendapatkan jawaban apapun, Haris agak gugup juga, ia berpikir mungkinkah Tuan Morgan dan Aldo memiliki hubungan baik, lalu big bosnya itu tidak suka ia menjelekkan Aldo di depannya. Namun, hal itu justru membuatnya semakin bertekad untuk menyingkirkan Aldo dari perusahaan tersebut.“T
Cekrek!Haris memotret Aldo yang masih duduk manis di atas kursi kebesaran.“Kita lihat seperti apa reaksi Tuan Morgan saat melihat foto ini. Aku yakin, dia akan langsung mengeluarkan perintah untuk memecatmu,” kata Haris penuh keyakinan.Aldo menaikkan alis, serta menertawai manajernya itu di dalam hati. Yang benar saja tingkah manajer itu jelas begitu menggelitik.Usai menyisipkan foto Aldo pada kotak pesan, Haris menggeser jari jempolnya pada tombol kirim.Ting!Aldo tidak men-silent ponselnya, pesan yang dikirimkan Haris barusan masuk. Walau mungkin hal ini bisa saja sebuah kebetulan, tapi entahlah … Haris merasa ada yang salah, ini terlalu insidental. Tepat pada saat ia mengirim pesan, notifikasi gawai Aldo juga berbunyi.Ia sontak melirik Andini. Perempuan itu terlihat agak bingung melihat raut wajahnya yang berubah tegang. Andini jelas tidak peka akan apa yang dipikirkan Haris.Hingga sejenak, karena s
Selanjutnya hanya terdengar suara derap langkah Dave memasuki ruangan tanpa lupa menutup lagi pintu ruangan Presdir.Ia menatap tajam Haris dan Andini saat melewati mereka."Selamat pagi, Tuan!" Dave menyapa Aldo. "Maaf saya agak telat. Ini surat pemecatan yang Anda minta."Mendengar surat pemecatan, Haris sontak mengangkat wajahnya. Sedangkan Andini sudah lebih dulu melakukannya sejak Dave menyapa Aldo."Tuan … tolong jangan pecat saya, semua ini hanya salah paham. Saya minta maaf sudah bersikap lancang," mohon Haris memelas sembari menatap Aldo dan Dave bergantian dengan keduanya telapak tangan yang didekatkan bersikap memohon.Andini tidak melakukan hal yang sama, ia hanya terbengong seperti merenungkan kejadian yang sedang berlangsung."I-ini …." Kalimat Andini terjeda sejenak karena serak, ia berdehem memulihkan pita suaranya."Pak Haris, Anda bisa menjelaskan semua ini? Bukankah dia Tuan Morgan, t
Deg!Mendengar pernyataan Dave, Andini sampai mundur 2 langkah. Apalagi tatapan Aldo juga begitu dingin, Andini dapat melihat jelas aura kepemimpinan Aldo sekarang, membuatnya reflek menunduk.“M-maafkan saya, Tuan!” ucapnya gagap. Sedikitpun dia tidak berani melihat Aldo, walau hanya mengintip dari sudut atas mata.“Saya juga meminta maaf yang sebesar-besarnya, Tuan Morgan. Tolong jangan pecat kami,” sambung Haris juga sambil menundukkan kepala.Sekian detik Aldo diam, menatap dingin puncak kepala kedua karyawan kurang ajarnya itu. Sebenarnya bukan masalah memaafkan atau tidak, lagian dia juga tidak menyimpan benci terhadap mereka walau mereka menghina dia, jadi tidak ada yang perlu dimaafkan. Ada alasan lain di balik semua ini.“Terlambat!” seru Aldo. “Dave, berikan surat itu pada mereka.“Baik, Tuan,” lembut saja Dave menjawab sambil membungkuk.Keributan tentu segera memenuhi s
Usai menyelesaikan masalah Haris dan Andini, Aldo dan Dave tetap tinggal di dalam ruangan presdir beberapa saat lagi. Aldo hendak membahas hal yang cukup penting dengan asistennya itu, yakni tentu saja mengenai para cecunguk pengkhianat di masa lalu. Namun sebelum dia bersuara, Dave lebih dulu berbicara.“Tuan, ada hal penting yang ingin saya sampaikan pada Anda tentang Recky.”“Oh … kebetulan sekali, aku baru akan menanyakan tentang mereka. Ada hal penting apa, Dave?”“Hm begini, 3 hari lagi Recky akan meresmikan perusahaan pertamanya. Royal Morgan mendapat undangan khusus.”“Oh iya?” Aldo menyeringai.“Benar, Tuan. Dia juga mengirim permohonan kerja sama pada kita.”“Kita harus memanfaatkan kesempatan ini, Dave. Kamu pasti tau kan apa yang harus dilakukan?” Aldo menyipitkan mata ketika mengatakan itu.“Tentu.”“Bagus. Aku percayak
“Terima kasih atas kerja samanya, Nona,” ucap Aldo usai menandatangani File yang akhirnya diserahkan Resti dengan sangat terpaksa.Ekspresi Aldo terlihat sombong, Resti menatapnya dengan tatapan malas.“Sial, aku yakin kamu pasti dukunin Tuan Morgan,” tuduhnya sambil merapikan dokumen. Aldo hanya mengangkat alis.“Lihat saja, aku akan menyingkirkan kamu dari sini!”Resti bergegas keluar setelahnya. Dia tidak ingin berlama-lama tinggal di ruangan itu berhadapan dengan Aldo. Sungguh membuatnya muak.Seorang OB yang seharusnya bekerja sebagai tukang bersih-bersih, justru diberikan tugas sepenting ini oleh direktur utama, benar-benar tidak masuk akal. Bagaimana tidak ia sampai berpikir Aldo mendukuni big bosnya itu. Brak!Resti membanting pintu sedikit kencang setelah keluar dari ruangan presdir membuat Aldo terlonjak.“Kampret! Kalau bukan karena masih ada misi, aku pasti udah
Sesungguhnya pria bertuksido itu jauh lebih terkejut lagi melihat penampilan Aldo daripada keterkejutan yang ditunjukkan oleh Sella, bagaimana bisa orang nomor satu perusahaan ini mengenakan seragam OB? Ia sampai memiringkan kepala di bawah sana.Pantas saja saat ia bertanya pada orang-orang bahwa ia mencari Tuan Aldo, mereka semua menatap heran padanya.Tidak ada yang menjelaskan secara langsung, mereka hanya menjawab seperlunya bahwa Aldo mungkin berada di ruangan karyawan lainnya. Begitu seterusnya hingga ia memasuki ruangan Sella. Dan menemukan Aldo berseragam OB seperti sekarang ini.Sementara itu, Aldo menatap puncak kepala pria itu yang tak lain adalah Rio, dia adalah salah satu karyawan terbaik milik Royal Morgan group yang didatangkan langsung dari perusahaan pusat. Dia yang akan menggantikan posisi Haris.“Kamu terlalu berlebihan, Bro. Masa jaya itu sudah berlalu, kamu masih memperlakukan aku seolah-olah aku ini seorang presdir. Lihat, aku
“Loh, dia bukannya yang pernah tinggal di kontrakan depan sana? Yang pernah diusir warga itu … inget nggak Jeng?” lontar seorang dari mereka. Ternyata mereka berdua masih merupakan tetangga Aldo 5 tahun lalu.“Oh … yang namanya Aldo, kan? Yang katanya pelihara jin penglaris bukan?”“Iya bener. Iya ampun, Dyta ... kamu masih menjalin hubungan dengan dia?”Kedua perempuan tersebut menatap hina Aldo dan Dyta.“Entah … pacaran itu sama yang kaya gituloh Dyt … eem biar punya mobil bagus kayak beginian nih,” tunjuk perempuan kedua sembari mengusap lembut mobil Aldo. Temannya segera menanggapi.“Halah … tampang modelan dia emang laku? Mana ada orang kaya yang mau sama cewek norak kayak dia, euh. Liat aja tuh,” ditariknya ujung pakaian Dyta. “Dress murahan Jeng!”“Bener juga ya.” Perempuan kedua mencubit-cubit dagu. “Kalau dil