Sesungguhnya pria bertuksido itu jauh lebih terkejut lagi melihat penampilan Aldo daripada keterkejutan yang ditunjukkan oleh Sella, bagaimana bisa orang nomor satu perusahaan ini mengenakan seragam OB? Ia sampai memiringkan kepala di bawah sana.
Pantas saja saat ia bertanya pada orang-orang bahwa ia mencari Tuan Aldo, mereka semua menatap heran padanya.
Tidak ada yang menjelaskan secara langsung, mereka hanya menjawab seperlunya bahwa Aldo mungkin berada di ruangan karyawan lainnya. Begitu seterusnya hingga ia memasuki ruangan Sella. Dan menemukan Aldo berseragam OB seperti sekarang ini.
Sementara itu, Aldo menatap puncak kepala pria itu yang tak lain adalah Rio, dia adalah salah satu karyawan terbaik milik Royal Morgan group yang didatangkan langsung dari perusahaan pusat. Dia yang akan menggantikan posisi Haris.
“Kamu terlalu berlebihan, Bro. Masa jaya itu sudah berlalu, kamu masih memperlakukan aku seolah-olah aku ini seorang presdir. Lihat, aku
“Loh, dia bukannya yang pernah tinggal di kontrakan depan sana? Yang pernah diusir warga itu … inget nggak Jeng?” lontar seorang dari mereka. Ternyata mereka berdua masih merupakan tetangga Aldo 5 tahun lalu.“Oh … yang namanya Aldo, kan? Yang katanya pelihara jin penglaris bukan?”“Iya bener. Iya ampun, Dyta ... kamu masih menjalin hubungan dengan dia?”Kedua perempuan tersebut menatap hina Aldo dan Dyta.“Entah … pacaran itu sama yang kaya gituloh Dyt … eem biar punya mobil bagus kayak beginian nih,” tunjuk perempuan kedua sembari mengusap lembut mobil Aldo. Temannya segera menanggapi.“Halah … tampang modelan dia emang laku? Mana ada orang kaya yang mau sama cewek norak kayak dia, euh. Liat aja tuh,” ditariknya ujung pakaian Dyta. “Dress murahan Jeng!”“Bener juga ya.” Perempuan kedua mencubit-cubit dagu. “Kalau dil
Suara alarm mobil mengejutkan mereka semua. Baik Dyta maupun kedua perempuan yang asyik bersua foto reflek menoleh pada Aldo, menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.“J-jadi … ini beneran mobilnya?”“Entahlah Jeng.”“Nggak, nggak mungkin. Aldo punya mobil semewah ini?” Dyta ikut berkata-kata seorang diri, ekspresinya terheran-heran, sungguh tidak bisa dipercaya.Jelas ini tidak masuk akal, mobil yang mendapatkan julukan singa itu termasuk unlimited, hanya ada 15unit saja yang dikeluarkan oleh perusahaan, dan masing-masing memiliki perbedaan tersendiri. Juga digadang-gadang mencapai 40 miliar, pemiliknya rata-rata merupakan pengusaha kelas kakap.Dari raut wajah ketiga perempuan itu tak ada kadar terkesiap yang lebih besar, sama saja. Semuanya kaget bukan main, karena mereka tak sedikitpun menyangka mobil itu adalah milik Aldo.Tak menghiraukan apapun lagi, Aldo lalu berjalan penuh keyak
Mobil Aldo telah memasuki kawasan mall, pemandangan tak biasa langsung terlihat. Sebenarnya bahkan sudah terasa sejak radius beberapa meter, sebab banyak sekali para petugas yang berjaga-jaga di bibir jalan, lalu jalanan begitu sepi dan dengan mudahnya dilalui mobil Aldo.Tak hanya itu, orang-orang banyak juga berkumpul di satu titik, sudah seperti akan menyaksikan parade saja. Pastinya hal itu membuat Dyta heran. Hanya saja ia mencoba mengabaikannya.Namun, keanehan semakin terlihat setelah mereka tiba di mall. Di depan mall sendiri telah dipenuhi para pengawal. Tempat itu seperti baru saja disterilkan. Tak ada siapapun yang berlalu-lalang, yang ada hanya para pria bertubuh tegap dengan seragam khusus.Mereka semua juga membungkukkan badan saat melihat mobil Aldo seakan sedang melakukan penyambutan pada sang penguasa.Belum lagi setelah mobil Aldo masuk ke dalam basement, beberapa petugas parkir langsung mengerumuni si singa, dan membantu memarkirkannya.
Saat pintu lift terbuka kembali, pasangan itu telah berada di lantai dasar Mall. Seorang satpam menyambut kedatangan mereka. Namun bukan kesan baik yang didapat.“Gimana ceritanya kalian bisa menerobos masuk ke dalam sini? Kami sedang tidak menerima tamu luar hari ini karena akan menyambut tamu spesial. Cepat pergi!” sergah pria berseragam putih kombinasi hitam itu.Petugas keamanan tersebut hanya mengusir dengan kata-kata, tapi juga mendorong Aldo hingga mundur beberapa langkah serta menabrak pintu lift yang sudah tertutup kembali.“Kamu nggak apa-apa?” Dyta nampak panik.Aldo mengeleng kecil, dan memperbaiki posisi berdirinya. Kemudian ia fokus pada satpam yang mencari masalah dengannya. Ia tetap bersikap kalem.“Kalau aku bilang tamu spesial itu adalah kami, apa kamu masih punya nyali sebesar ini buat menghalangi jalan kami?” menegur dengan sangat elegan.Petugas keamanan pemilik nama Sutrisno itu refle
“Do, makasih ya kamu udah ngasih aku kejutan yang luar biasa hari ini,” ucap Dyta dengan wajah berseri-seri.“Tidak perlu berterima kasih, melihatmu begitu bahagia sudah cukup bagiku.”Dyta merasa terharu mendengar kalimat Aldo, ia sontak memeluk lengan kekarnya erat sekali, sambil menyandarkan kepala pada bahu Aldo tanpa berhenti melangkah. Satu hal yang ia rasakan, sangat nyaman.Aura kebahagiaan juga terpancar jelas di wajah pria dengan model rambut mohawk tersebut mendapatkan reaksi demikian dari Dyta terhadapnya. Sesuai dengan ungkapannya, ia senang.Saat ini Dyta dan Aldo sedang berjalan menelusuri trotoar, menikmati senja yang hampir lenyap. Acara nonton serta kumpul keluarga barusan selesai sejak 1 jam yang lalu, tapi keasyikannya masih terasa dan terbayang-bayang di benak Dyta.Sesaat lalu, ketika pintu bioskop terbuka, Dyta yang awalnya mengira tempat itu dalam keadaan kosong seperti mall yang tak ada orangnya, ter
Aldo menatap datar wajah jutek Dyta, yang tetap terlihat cantik walau sedang cemberut. Gemas … sisi liar Aldo bangkit tanpa diminta. Ingin rasanya ia mendekap erat perempuan itu, kemudian mengecup seluruh wajahnya. Jika saja bukan di tempat umum seperti ini.PRANG!Suara keras khas benda berbahan kaca terjatuh membuyarkan lamunan Aldo, juga Dyta.“Aldo! Ini beneran kamu, kan?”“Ya ampun, aku nyariin kamu kemana-mana, nggak nyangka kita bakal ketemu disini.” Seorang perempuan yang menyapa Aldo terlihat menangkupkan tangan pada pipinya seakan mendapatkan sebuah kejutan besar.Jika Aldo terlihat biasa saja usai menatap sejenak perempuan cantik yang hampir sebanding dengan kecantikan Dyta itu, perempuan tersebut justru berusaha mendapatkan perhatian darinya.“S-sory … kamu kebasahan ya? Aku nggak sengaja numpahin minuman ini. Biar aku bantu bersihkan.”Sebelum ikut berjongkok, ia terlebih
Seharian Aldo mengurung diri di dalam ruang kerja mansionnya, hari ini masih weekend ia tidak ke kantor. Ia juga tidak bertemu dengan Dyta, justru hal itu pula yang membuat dia begitu lama berada di dalam ruangan tersebut. Katanya, kekasihnya itu sibuk melayani keluarganya yang belum kembali ke kampung halaman setelah acara di bioskop kemarin, tapi Aldo tetap galau karena dari belasan chat yang dia kirim, perempuan itu hanya membalas satu kali itu saja. Saat ia mencoba menghubungi melalui panggilan suara maupun panggilan video, Dyta juga tidak menjawab. Sungguh tidak seperti biasanya. Aldo hanya khawatir Dyta sakit, dan tidak mengabarinya. Hal ini pernah terjadi beberapa waktu lalu. Tok … tok! “Siapa?” tanya Aldo saat mendengar suara ketukan. Walau dia sendiri sebenarnya bisa menebak pasti itu Dave karena dia yang menghubunginya barusan. “Ini saya, Tuan. Dave.” Benar saja terkaannya. “Masuk!” titah Aldo sembari menyimpan kembali kotak
Orang-orang berkumpul memenuhi teras gedung 3 tingkat tempat dimana perusahaan Recky berada, tali merah menyala masih melintang pada gagang pintu kaca, di tengah-tenganya terdapat bunga buatan. Acara gunting pinta tampaknya belum dimulai.“Pak Recky, ini sudah jam 10 lewat 15,” ucap seorang pria sembari melirik arlogi. “Kita sudah terlambat 15 menit, atau perlu memulai sekarang?”“Sebentar lagi ….” Recky ikut melirik jam tangan. “Kita harus menunggu sampai tamu spesial kita datang.”“Kalau dia tidak datang gimana, Pak?”“Sembarangan! Dia pasti datang! Royal Morgan sudah mengirim surat persetujuan kerja sama dengan perusahaan kita, mereka juga bilang Tuan Morgan akan hadir pada saat acara peresmian. Kita tunggu sebentar lagi.”Suara bisik-bisik segera terdengar di antara orang banyak itu setelah Royal Morgan disebut. Mereka semua membicarakan perusahaan raksasa milik Aldo