Selanjutnya hanya terdengar suara derap langkah Dave memasuki ruangan tanpa lupa menutup lagi pintu ruangan Presdir.
Ia menatap tajam Haris dan Andini saat melewati mereka.
"Selamat pagi, Tuan!" Dave menyapa Aldo. "Maaf saya agak telat. Ini surat pemecatan yang Anda minta."
Mendengar surat pemecatan, Haris sontak mengangkat wajahnya. Sedangkan Andini sudah lebih dulu melakukannya sejak Dave menyapa Aldo.
"Tuan … tolong jangan pecat saya, semua ini hanya salah paham. Saya minta maaf sudah bersikap lancang," mohon Haris memelas sembari menatap Aldo dan Dave bergantian dengan keduanya telapak tangan yang didekatkan bersikap memohon.
Andini tidak melakukan hal yang sama, ia hanya terbengong seperti merenungkan kejadian yang sedang berlangsung.
"I-ini …." Kalimat Andini terjeda sejenak karena serak, ia berdehem memulihkan pita suaranya.
"Pak Haris, Anda bisa menjelaskan semua ini? Bukankah dia Tuan Morgan, t
Deg!Mendengar pernyataan Dave, Andini sampai mundur 2 langkah. Apalagi tatapan Aldo juga begitu dingin, Andini dapat melihat jelas aura kepemimpinan Aldo sekarang, membuatnya reflek menunduk.“M-maafkan saya, Tuan!” ucapnya gagap. Sedikitpun dia tidak berani melihat Aldo, walau hanya mengintip dari sudut atas mata.“Saya juga meminta maaf yang sebesar-besarnya, Tuan Morgan. Tolong jangan pecat kami,” sambung Haris juga sambil menundukkan kepala.Sekian detik Aldo diam, menatap dingin puncak kepala kedua karyawan kurang ajarnya itu. Sebenarnya bukan masalah memaafkan atau tidak, lagian dia juga tidak menyimpan benci terhadap mereka walau mereka menghina dia, jadi tidak ada yang perlu dimaafkan. Ada alasan lain di balik semua ini.“Terlambat!” seru Aldo. “Dave, berikan surat itu pada mereka.“Baik, Tuan,” lembut saja Dave menjawab sambil membungkuk.Keributan tentu segera memenuhi s
Usai menyelesaikan masalah Haris dan Andini, Aldo dan Dave tetap tinggal di dalam ruangan presdir beberapa saat lagi. Aldo hendak membahas hal yang cukup penting dengan asistennya itu, yakni tentu saja mengenai para cecunguk pengkhianat di masa lalu. Namun sebelum dia bersuara, Dave lebih dulu berbicara.“Tuan, ada hal penting yang ingin saya sampaikan pada Anda tentang Recky.”“Oh … kebetulan sekali, aku baru akan menanyakan tentang mereka. Ada hal penting apa, Dave?”“Hm begini, 3 hari lagi Recky akan meresmikan perusahaan pertamanya. Royal Morgan mendapat undangan khusus.”“Oh iya?” Aldo menyeringai.“Benar, Tuan. Dia juga mengirim permohonan kerja sama pada kita.”“Kita harus memanfaatkan kesempatan ini, Dave. Kamu pasti tau kan apa yang harus dilakukan?” Aldo menyipitkan mata ketika mengatakan itu.“Tentu.”“Bagus. Aku percayak
“Terima kasih atas kerja samanya, Nona,” ucap Aldo usai menandatangani File yang akhirnya diserahkan Resti dengan sangat terpaksa.Ekspresi Aldo terlihat sombong, Resti menatapnya dengan tatapan malas.“Sial, aku yakin kamu pasti dukunin Tuan Morgan,” tuduhnya sambil merapikan dokumen. Aldo hanya mengangkat alis.“Lihat saja, aku akan menyingkirkan kamu dari sini!”Resti bergegas keluar setelahnya. Dia tidak ingin berlama-lama tinggal di ruangan itu berhadapan dengan Aldo. Sungguh membuatnya muak.Seorang OB yang seharusnya bekerja sebagai tukang bersih-bersih, justru diberikan tugas sepenting ini oleh direktur utama, benar-benar tidak masuk akal. Bagaimana tidak ia sampai berpikir Aldo mendukuni big bosnya itu. Brak!Resti membanting pintu sedikit kencang setelah keluar dari ruangan presdir membuat Aldo terlonjak.“Kampret! Kalau bukan karena masih ada misi, aku pasti udah
Sesungguhnya pria bertuksido itu jauh lebih terkejut lagi melihat penampilan Aldo daripada keterkejutan yang ditunjukkan oleh Sella, bagaimana bisa orang nomor satu perusahaan ini mengenakan seragam OB? Ia sampai memiringkan kepala di bawah sana.Pantas saja saat ia bertanya pada orang-orang bahwa ia mencari Tuan Aldo, mereka semua menatap heran padanya.Tidak ada yang menjelaskan secara langsung, mereka hanya menjawab seperlunya bahwa Aldo mungkin berada di ruangan karyawan lainnya. Begitu seterusnya hingga ia memasuki ruangan Sella. Dan menemukan Aldo berseragam OB seperti sekarang ini.Sementara itu, Aldo menatap puncak kepala pria itu yang tak lain adalah Rio, dia adalah salah satu karyawan terbaik milik Royal Morgan group yang didatangkan langsung dari perusahaan pusat. Dia yang akan menggantikan posisi Haris.“Kamu terlalu berlebihan, Bro. Masa jaya itu sudah berlalu, kamu masih memperlakukan aku seolah-olah aku ini seorang presdir. Lihat, aku
“Loh, dia bukannya yang pernah tinggal di kontrakan depan sana? Yang pernah diusir warga itu … inget nggak Jeng?” lontar seorang dari mereka. Ternyata mereka berdua masih merupakan tetangga Aldo 5 tahun lalu.“Oh … yang namanya Aldo, kan? Yang katanya pelihara jin penglaris bukan?”“Iya bener. Iya ampun, Dyta ... kamu masih menjalin hubungan dengan dia?”Kedua perempuan tersebut menatap hina Aldo dan Dyta.“Entah … pacaran itu sama yang kaya gituloh Dyt … eem biar punya mobil bagus kayak beginian nih,” tunjuk perempuan kedua sembari mengusap lembut mobil Aldo. Temannya segera menanggapi.“Halah … tampang modelan dia emang laku? Mana ada orang kaya yang mau sama cewek norak kayak dia, euh. Liat aja tuh,” ditariknya ujung pakaian Dyta. “Dress murahan Jeng!”“Bener juga ya.” Perempuan kedua mencubit-cubit dagu. “Kalau dil
Suara alarm mobil mengejutkan mereka semua. Baik Dyta maupun kedua perempuan yang asyik bersua foto reflek menoleh pada Aldo, menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.“J-jadi … ini beneran mobilnya?”“Entahlah Jeng.”“Nggak, nggak mungkin. Aldo punya mobil semewah ini?” Dyta ikut berkata-kata seorang diri, ekspresinya terheran-heran, sungguh tidak bisa dipercaya.Jelas ini tidak masuk akal, mobil yang mendapatkan julukan singa itu termasuk unlimited, hanya ada 15unit saja yang dikeluarkan oleh perusahaan, dan masing-masing memiliki perbedaan tersendiri. Juga digadang-gadang mencapai 40 miliar, pemiliknya rata-rata merupakan pengusaha kelas kakap.Dari raut wajah ketiga perempuan itu tak ada kadar terkesiap yang lebih besar, sama saja. Semuanya kaget bukan main, karena mereka tak sedikitpun menyangka mobil itu adalah milik Aldo.Tak menghiraukan apapun lagi, Aldo lalu berjalan penuh keyak
Mobil Aldo telah memasuki kawasan mall, pemandangan tak biasa langsung terlihat. Sebenarnya bahkan sudah terasa sejak radius beberapa meter, sebab banyak sekali para petugas yang berjaga-jaga di bibir jalan, lalu jalanan begitu sepi dan dengan mudahnya dilalui mobil Aldo.Tak hanya itu, orang-orang banyak juga berkumpul di satu titik, sudah seperti akan menyaksikan parade saja. Pastinya hal itu membuat Dyta heran. Hanya saja ia mencoba mengabaikannya.Namun, keanehan semakin terlihat setelah mereka tiba di mall. Di depan mall sendiri telah dipenuhi para pengawal. Tempat itu seperti baru saja disterilkan. Tak ada siapapun yang berlalu-lalang, yang ada hanya para pria bertubuh tegap dengan seragam khusus.Mereka semua juga membungkukkan badan saat melihat mobil Aldo seakan sedang melakukan penyambutan pada sang penguasa.Belum lagi setelah mobil Aldo masuk ke dalam basement, beberapa petugas parkir langsung mengerumuni si singa, dan membantu memarkirkannya.
Saat pintu lift terbuka kembali, pasangan itu telah berada di lantai dasar Mall. Seorang satpam menyambut kedatangan mereka. Namun bukan kesan baik yang didapat.“Gimana ceritanya kalian bisa menerobos masuk ke dalam sini? Kami sedang tidak menerima tamu luar hari ini karena akan menyambut tamu spesial. Cepat pergi!” sergah pria berseragam putih kombinasi hitam itu.Petugas keamanan tersebut hanya mengusir dengan kata-kata, tapi juga mendorong Aldo hingga mundur beberapa langkah serta menabrak pintu lift yang sudah tertutup kembali.“Kamu nggak apa-apa?” Dyta nampak panik.Aldo mengeleng kecil, dan memperbaiki posisi berdirinya. Kemudian ia fokus pada satpam yang mencari masalah dengannya. Ia tetap bersikap kalem.“Kalau aku bilang tamu spesial itu adalah kami, apa kamu masih punya nyali sebesar ini buat menghalangi jalan kami?” menegur dengan sangat elegan.Petugas keamanan pemilik nama Sutrisno itu refle