"Bagaimana, dokter?" tanya Leon dengan wajah khawatir."Tidak apa-apa, pak. Sudah berhasil diatasi. Karena kondisinya sehingga membuat istri anda sempat mengalami masa kritis tetap dia sudah melewati masa-masa itu dan semoga dia bisa tetap siap menghadapi jadwal operasi yang akan dilakukan besok," kata dokter itu sambil tersenyum."Terima kasih, dokter." Leon menarik nafas lega setelah mendengar kata-kata dari dokter itu.pSetelah itu dokter mengatakan istilah-istilah medis tentang keadaan Saras istilah-istilah yang tidak dimengerti oleh Leon.Leon cuma bisa mengangguk-angguk dan beberapa kali memastikan kalau keadaan Saras benar-benar sudah membaik."Berdoa saja supaya kondisi istri Anda makin membaik, ya?" pungkas dokter itu."Iya, dok. Terima kasih, dok."Setelah itu, dokter meninggalkan Leon. Leon kembali duduk di tempatnya menunggu tadi.Mengingat keadaan Saras, maka Leon putuskan untuk memberitahu Tuti supaya dia bisa memohon pada Tante Lisa untuk mengambil cuti setidaknya hingg
Sebelum menjawab pertanyaan Mochtar ini, Leon nampak celingukan.Setelah Leon merasa posisi dia dan Mochtar agak jauh dari orang-orang lain, sehingga orang-orang lain tidak bisa mendengar pembicaraan antara dia dan Mochtar, maka Leon memulai ceritanya."Papa masih ingat dengan Udin, kan?" tanya Leon."Udin? Ini Udin yang mana ya? Oh iya. Udin yang reseh itu, kan? Yang saudara jauhnya Wina itu, kan? Yang datang dari kampung terus cuma jadi benalu di rumahku, nggak mau kerja, maunya cuma makan tidur mulu tapi karena kata Wina dia itu yatim piatu dari desa, maka aku terpaksa membiarkan Udin tinggal di rumah hingga sebulan lebih.""Iya, pa. Udin yang itu.""Untung saja dia tiba-tiba pergi ke luar negeri. Kata Wina mau kerja di Kapal. Kalau gak kan gondok juga lihat orang satu itu."Leon terdiam mendengar kata-kata Mochtar itu."Terus kenapa? Ada apa dengan Udin?""Sebenarnya, dia tidak kerja di kapal luar, pa.""Hah? Terus?""Ada suatu peristiwa yang menyangkut dirinya.""Peristiwa apa?"
"Apa maksudmu, Alicia?" Leon mengerutkan keningnya sambil menatap Alicia.Baru saja Alicia akan menjawab, tiba-tiba mata Alicia dan Leon sama-sama terarah ke arah pintu emergency room karena dokter yang sebelumnya kini sudah berdiri di depan pintu dan nampak mengangguk ke arah Leon.Leon langsung mendekati dokter itu. "Bagaimana, dokter? Bagaimana keadaan istriku?""Dia sudah baikan. Dia cuma sempat shock tadi dan dia akan segera dikembalikan ke kamar tapi kata perawat dia akan dipindahkan ke kamar VVIP karena sudah ada pembayaran lebih lanjut untuk pemindahan istri anda ke VVIP.""Oh. Iya. Makasih, dokter.""Oke. Bapak tunggu aja di sini nanti ada perawat yang akan segera membawa istri anda ke ruang VVIP.""Iya, makasih, dokter.""Sama-sama. Aku tinggal dulu, ya?""Iya, dokter." Leon agak bingung karena sebelumnya saat bersama Rossi, Leon tidak meminta Rossi untuk memindahkan Saras ke VVIP.Kemudian Leon menatap ke arah belakang, menatap ke arah Alicia yang tadi sempat bilang kalau A
Muncullah beberapa dokter dan perawat yang minta izin untuk memeriksa kondisi Saras lebih lanjut.Nanea memberi isyarat kepada Leon untuk keluar dari kamar VVIP ini.Leon langsung mempersilakan para dokter dan perawat itu untuk melakukan tugas mereka. Setelah itu, dia putuskan untuk duduk di luar.Baru saja Leon duduk, Leon melihat seseorang dari kejauhan sana yang sebelumnya duduk di depan ruang VVIP yang lain, kini mendatangi Leon.Leon langsung mengangkat tangannya saat melihat kedatangannya karena orang itu adalah Brian, kenalan Leon yang juga kerap kali menunggui istrinya. Dialah orang yang pertama kali menunjukkan tentang klub malam Tante Lisa kepada Leon."Woi, Leon. Akhirnya pindah juga ke tempat terbaik. Aku sudah heran, sih, penghasilan kamu itu kan langsung berlimpah dalam beberapa hari saja kamu kerja tapi kok masih juga belum pindah ke VVIP ini kek aku."Leon cuma tertawa. "Sebelumnya ada masalah, Brian, yang bikin aku belum bisa mindahin istriku ke sini tapi sekarang mas
Orang itu semakin dekat dan semakin dekat sehingga membuat Leon agak takut.Perubahan di wajah Leon itu bisa dilihat oleh Bryan. "Kamu kenapa, sih? Kok kayak lihat hantu?" Bryan menoleh ke arah belakang.Bryan melihat seorang gadis belia yang mungkin masih berumur 20 tahun sedang berjalan menuju ke arah Leon.Begitu sampai di dekat Leon dan Bryan, gadis itu berkata kepada Leon. "Aku ingin bicara."Leon gelagapan sebentar melihat keberanian gadis ini. "Ehm ... gak bisa, Leticia. Aku sedang bicara dengan temanku." Leon menunjuk ke arah Bryan."Kalau memang penting, aku bisa pergi, kok." Bryan langsung berdiri tapi dengan cepat tangannya sudah ditarik Leon.Leon bahkan setengah menyentak lengan Bryan sehingga Bryan kembali dipaksa duduk di samping Leon.Gadis yang baru datang yang ternyata adalah Leticia itu, bisa melihat apa yang terjadi. Ini membuat dia agak berang.Leon sendiri, sengaja menghambat Bryan untuk pergi karena Leon tidak mau dekat-dekat dengan Leticia. Karena gadis itu men
"Aku tidak bisa," jawab Leon akhirnya."Kenapa tidak bisa?" tanya Leticia dan Brian hampir bersamaan."Jawabannya kan sudah jelas." Leon menunjuk ke arah pintu kamar tempat Saras dirawat.Bersamaan dengan itu, para dokter dan perawat yang tadi memeriksa Saras, baru saja keluar dari kamarnya Saras.Leon kemudian menghampiri mereka untuk menanyakan kondisi Saras dan menurut mereka, kondisi Saras cukup bagus. Setelah itu, mereka langsung pamitan kepada Leon dan pergi. Hanya ada Nanea yang masih berada di dalam kamar tempat Saras dirawat.Leon baru saja hendak masuk ke kamarnya Saras ketika Leticia menarik tangan Leon sementara Bryan menutup kembali pintu kamar tempat Saras dirawat."Kayaknya kamu tidak terlalu mendengar jelas perkataanku tadi, Kak Leon. Aku kan bilang kamu tidak perlu bertanggung jawab," kata Leticia sambil menatap tajam ke arah Leon."Iya, Leon. Lagipula, kan pekerjaan kamu begitu," timpal Brian.Leon cepat-cepat memberi isyarat mata kepada Brian untuk tidak keceplosan.
Leon menatap dalam-dalam ke arah kedua bola mata Leticia kemudian dia berkata, "jawabanku tegas sekarang, kalau aku tidak mau memenuhi kemauanmu.""Tidak mau?" tanya Leticia memastikan. Dia sepertinya tidak percaya dengan kata-kata Leon ini."Iya. Aku tidak bisa, Leticia. Maafkan aku tapi aku tidak bisa.""Tapi ...""Sudahlah. Carilah seorang pacar di kampusmu. Pasti ada banyak cowok ganteng di sana. Iya kan?""Tidak ada yang seperti kamu, Leon.""Pasti ada. Hanya kamu yang tidak mencarinya dengan baik. Jadi, sekarang pergilah." Leon mulai tegas karena dia tidak mau memenuhi permintaan Leticia ini.Leticia menatap Leon. Matanya nampak berkaca-kaca. Dia memalingkan wajahnya cepat-cepat agar Leon tidak melihat air mata yang jatuh di pipinya.Setelah itu, Leticia pergi dengan bahu berguncang. Tampaknya penolakan yang dilakukan Leon ini cukup menyakiti hatinya.Leon menatap terus hingga Leticia tidak terlihat lagi. Kalau saja kejadian ini terjadi kemarin atau satu hari sebelumnya, mungkin
"Aku bisa dan aku akan memutuskan hubungan denganmu," tegas Leon.Alicia nampak tertawa dingin kemudian dia mulai membuka tasnya sambil berkata, "aku akan buktikan kepada kalian berdua kalau kalian tidak bisa begitu saja menyingkirkan aku."Leon langsung berdiri untuk mengetahui apa yang akan dikeluarkan oleh Alicia itu.Ternyata yang dikeluarkan Alicia itu adalah sebuah handphone."Aku baru saja mendapatkan video dan foto-foto pembunuhan yang kamu lakukan di masa lalu kepada seseorang bernama Udin." Alicia menatap tajam ke arah Leon."Dari mana kamu tahu soal itu?" tanya Leon sambil mengerutkan keningnya.Alicia kembali tertawa dingin. "Aku mendengarnya saat istri lumpuhmu itu bercerita tentang apa yang menimpanya. Bercerita tentang mamanya yang menyerahkan dia ke tangan orang-orang yang menganiaya dia.""Kamu mendengarnya?""Ya. Aku mendengarnya sendiri. Bahkan aku juga mengikuti kamu yang keluar untuk menelpon ibunya Saras dan janjian ke tempat ibunya Saras. Karena itu aku tahu di
Tapi tentu saja Nathan tidak bisa memilih-milih pelanggan. Tugasnya hanya melayani pelanggan dan memuaskan pelanggan dan karena Nathan sudah diutus untuk ke sini, itu berarti Tante Ayu sudah membayar kepada Tante Lisa dan mau tidak mau Nathan harus melayani tante gemuk ini.Ayu menatap Nathan dari ujung kaki sampai ujung kepala. Dia langsung menelan salivanya. "Ini baru enak. Tongkrongannya betul-betul luar biasa, betul-betul mirip dengan yang diceritakan Lisa," batin Ayu.Setelah itu, Ayu mengerling ke arah Tasya. Dia lihat Tasya masih sedang melotot ke arah Nathan. "Woy! Tasya! Kamu ngapain di sini? Kerja sana di bawah."Tasya yang sebenarnya masih sedang menatap ke arah tubuh kekar Nathan sambil menelan ludah, langsung gelagapan. "Iya, bu. Aku segera pergi, bu. Aku segera pergi."Setelah itu, Tasya segera berjalan cepat menuju ke arah lift dan menekan tombol lift. Ternyata lift tidak rusak.Nathan membatin. "Ternyata lift tidak rusak. Nampaknya dia memang sengaja membawaku naik lew
Kita bicarakan nanti soal itu, yang penting, saat ini aku milikmu seutuhnya. Kamu boleh melakukan apapun yang kamu mau padaku, oke?" bujuk Eva sambil mulai menggoyangkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan untuk menandingi pergerakan Nathan.Dan bujukan Eva itu berhasil membuat Nathan untuk sementara waktu tidak menuntut jawaban dari Eva dan untuk sementara waktu, Nathan tidak meminta jawaban yang konkrit dari Eva karena goyangan Eva yang luar biasa membuat Nathan sudah melupakan hal yang lain itu.Kali ini keduanya bekerjasama dengan sangat apik untuk sama-sama mendatangkan kenikmatan bagi keduanya. Nathan dengan goyangan ke atas dan ke bawah dan langsung ditanggapi oleh Eva dengan goyangan kekiri dan ke kanan bahkan kadang-kadang memutar.Eva membuat Nathan merasa juniornya dimanjakan betul-betul, Nathan merasa terbang ke awang-awang dalam rasa yang sukar untuk dia ucapkan.Goyangan yang dilakukan Eva ini semakin mendatangkan rasa nikmat bagi Nathan sehingga Nathan semakin terlena, semaki
Sekarang ini, gantian Nathan yang mendesah. Matanya terpejam merasakan permainan lidah yang saat ini sedang dilakukan Eva di permukaan juniornya.Nathan menengadahkan wajahnya ke atas, ke arah kepala ranjang dan kali ini gantian dialah yang meremas-remas sprei ranjangnya karena dia merasakan sensasi yang begitu luar biasa yang dia rasakan karena bibir dan mulut Eva yang memanjakan juniornya.Nathan berdesah semakin liar, dia begitu terjebak dalam nikmat oleh permainan yang sedang dilakukan Eva ini.Sebenarnya kalau Nathan mau, dia bisa mendapatkan hal yang seperti ini dari wanita lain tetapi mereka semua itu, tidak special bagi Nathan sehingga rasanya tidak sehebat ini.Nathan tidak sembarangan memberikan tubuhnya untuk wanita lain, dia cuma ingin melakukan hal seperti ini dengan wanita yang istimewa di hatinya atau dibayar dengan nilai tinggi dan Eva adalah satu-satunya wanita istimewa di hatinya yang dia izinkan untuk menyentuh tubuhnya dan dia akan merasa suatu rasa nikmat yang lua
Ternyata Nathan mengambil es batu di kulkas kamarnya Eva. Setelah itu, dia kembali ke ranjang sambil tersenyum ke arah Eva. Kemudian dia mulai meneteskan es batu itu ke butir merah muda sebelah kiri milik Eva.Eva merasakan rasa dingin yang membuainya saat cairan es batu itu jatuh di butir merah muda miliknya.Setelah beberapa tetesan, tiba-tiba bibir Nathan kembali menyerang ke arah butir merah muda milik Eva yang ranum ini.Nathan mulai menjilati butir merah muda yang terkena cairan es batu itu dan ini membuat Eva tersentak ke atas, dia merasakan rasa dingin yang amat sangat, bercampur dengan rasa geli sebagai akibat dari jilatan lidah Nathan yang membuat hasrat Eva naik jauh tinggi ke atas.Eva merasakan suatu kenikmatan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Tindakan Nathan yang memasukkan es batu dalam permainannya, membuat Eva makin ketagihan dan terbuai tak berdaya dalam rasa nikmat yang tak tertahankan yang membuat dia hanya bisa pasrah, pasrah akan apapun yang Nathan ingin
Akhirnya Nanea menjerit kuat sehingga dia harus menutup mulutnya dengan tangannya karena takut penghuni apartemen sebelah akan mendengar suara teriakannya.Nanea berhasil mendapatkan kepuasan keduanya pada malam ini.Dan seperti janji dari Nathan kepada Nanea, maka setelah memberi dua kepuasan, Nathan langsung merebahkan tubuhnya di samping Nanea untuk tidur.Nanea sebenarnya masih ingin merasakan lebih daripada ini tapi ini saja sudah sangat memuaskan baginya. Karena itu, dia mulai memeluk tubuh Nathan dan mengusap-usap dada bidang perkasa milik Nathan.**Hari ini, Nathan putuskan untuk menemui Eva. Setelah di pertemuan sebelumnya, Nathan menolak berhubungan intim karena kelelahan, hari ini, dia langsung meminta saat bertemu dengan Eva.Eva pun langsung mengiyakan ide dari Nathan ini dengan penuh sukacita.Bibir keduanya mulai saling pagut, lidah mereka mulai saling taut. Pertautan lidah mereka membuat hasrat keduanya mulai naik sehingga tangan Nathan mulai menyentuh buah dada ranum
Nanea bergerak semakin cepat menjepit benda besar yang ada di dalam tubuhnya, benda yang membuat dia semakin pontang-panting dalam rasa nikmat yang luar biasa yang membuat dia kesulitan bernafas saking nikmatnya.Nanea terus menggoyangkan pinggulnya ke kanan dan ke kiri dan kadang memutar, menjepit benda besar yang keluar-masuk dalam tubuhnya.Tubuh Nanea dalam posisi duduk di atas Nathan dengan posisi tubuh yang tegak sambil memainkan batang penuh kenikmatan yang kini benar-benar membawa dirinya masuk dalam kenikmatan yang tiada taranya itu.Nanea memegang buah dadanya. Dia ingin memberi stimulus yang lebih kepada dirinya dengan cara meremas-remas buah dadanya agar supaya dia bisa merasakan dua kenikmatan sekaligus, yang satu di bawah dan yang satu di atas.Nanea mengangkat kepalanya untuk melenguh semakin kuat. Tangannya meremas buah dadanya dan mulai memilin tonjolannya.Sementara gerakan Nanea semakin cepat naik turun di atas tubuh Nathan, menikmati gesekan yang terjadi antara mil
Tapi tepat saat Nanea hendak masukkan batang perkasa milik Nathan, pada saat itulah Nathan langsung meronta sehingga Nanea langsung terjatuh ke belakang.Nanea berpegangan pada pinggir kasur. Untung saja dengan sigap Nathan telah duduk untuk memegang tangan Nanea sebelum Nanea jatuh ke bawah.Tanpa sengaja Nathan sudah mendekap tubuh Nanea karena dia takut Nanea jatuh dan kepala belakangnya membentur lantai.Saat Nathan memeluk tubuh Nanea ini, Nathan baru menyadari kalau Nanea sudah berada dalam keadaan tanpa sehelai benang pun.Nathan langsung melepaskan diri dari Nanea dan berusaha untuk mencari pakaiannya.Nanea yang hasratnya masih naik tinggi walaupun sempat turun sedikit waktu dia hampir jatuh tadi, kini berdiri untuk mendekati Nathan. "Please, aku tidak akan mengatakan ini kepada siapapun, Nathan.""Aku tidak bisa aku takut kamu mengatakan ini kepada pacarku." Nathan tahu apa yang diinginkan Nanea."Aku tidak akan mengatakan ini, Nathan. Aku cuma seorang wanita yang kesepian.
Nanea mulai menyentuh bagian tengah dari benda itu dan ini membuat benda yang sebelumnya hanya mengintip itu, kini mulai keluar dari kurungan segitiga pengaman yang mengungkungnya.Benda itu ingin bebas, apalagi ketika Nanea mulai aktif membelai-belai benda itu. Benda itu mulai membesar dan membuat Nanea sangat kaget karena ukurannya, melampaui apa yang pernah dia bayangkan.Suatu hari, Nanea memang pernah memperhatikan bagian celana Nathan dan dia melihat tonjolan besar pertanda milik Nathan memang besar.Nanea juga pernah secara sengaja menabrakkan tubuhnya pada tubuh Nathan sambil mengambil kesempatan untuk menggesek buah dadanya di dada Nathan dan juga menyentuh batang kemaluan milik Nathan dan dia mendapatkan kesan kalau batang kemaluan itu, memang besar.Karena itu, Nanea mulai membayangkan besar dan indahnya juniornya Nathan itu tapi, semua yang pernah dibayangkan oleh Nanea itu, tidak mirip dengan aslinya. Karena ternyata, aslinya jauh lebih besar yang Nanea bayangkan.Karena
Setelah menghela nafas sekali, akhirnya Nathan mengikuti perintah lembut dari Nanea ini.Nathan segera membuka bajunya di depan tubuh Nanea dengan membelakangi Nanea.Nanea langsung menelan ludah melihat punggung kokoh Nathan karena selama ini dia beberapa kali menghayal bisa melihat tubuh polos Nathan dan sekarang, akhirnya apa yang dia impikan akan segera terjadi secara nyata.Dada Nanea berdebar-debar saat Nathan mulai membuka celana panjangnya.Sesaat kemudian, semuanya semakin sempurna saat Nathan telah tampil di depan mata Nanea dengan hanya memakai segitiga pengaman di bagian inti tubuhnya.Rasa-rasanya Nanea ingin berteriak meminta Nathan untuk segera membuka segitiga itu sekarang juga, tetapi Nanea takut Nathan akan mulai menolak lagi seperti sebelumnya.Karena itu, untuk sementara, Nanea harus puas dengan apa yang dilihatnya ini."Berbaringlah di tempat tidurku," bisik Nanea sambil merapatkan tubuhnya sehingga tubuhnya sempat saling tempel sesaat dengan tubuh Nathan.Nanea s