Pertanyaan Leroy itu membuka pikiran semua karyawan. Karena segala keputusan di kantor cabang, pastinya harus mendapatkan persetujuan dari kantor pusat. Bondan merasa Leroy mengancam posisinya sebagai manajer restoran. "Kamu ragu sama kredibilitas saya?" tanyanya, kesal. Raut wajah Bondan berubah merah padam dengan kedua mata melotot. Dia bisa merasakan darahnya mendidih. "Anda tau nggak, Pak Bondan? Seseorang bisa dikatakan kehilangan kredibilitas dalam berbagai situasi, terutama kalo sikap atau perkataannya nggak konsisten sama apa yang dipercayai orang lain." Kata-kata Leroy barusan mampu membuat Bondan mati kutu. Bondan sedikit gugup. Jika biasanya para karyawan selalu patuh padanya, tetapi tidak dengan Leroy. Melihat adanya peluang untuk menjatuhkan Bondan, Leroy tidak berhenti berbicara. "Pak Bondan mau contoh? Nggak jujur, nggak konsisten, perilaku nggak etis, kurang kompeten, dan nggak bisa tepati janji." Semua yang Leroy sebutkan itu sangat melekat di diri Bondan. Bond
Wajah pucat Bondan menegang. Dia menoleh ke arah Leroy. Benaknya langsung dipenuhi dengan senyum sinis Leroy."Nggak bisa gitu, Bu Gina," tolak Bondan. "Saya ini manajer restoran cabang kota Aston. Saya punya penilaian sendiri tentang kinerja para karyawan."Gina menatap ke arah Bondan dan tersenyum sarkas. "Terus, kenapa kalo kamu manajer restoran?! Apa saya nggak bisa pecat seorang manajer yang nggak kompeten kayak kamu?!"Bagaimana pun juga, Bondan memiliki koneksi orang dalam di Aston Pizza. Dia dengan cekatan merogoh saku celana dan mengeluarkan handphone. Dia mencoba menghubungi seseorang kenalannya.Namun sampai beberapa saat, orang yang dihubungi Bondan tidak menerima panggilan teleponnya juga. Bondan menjadi marah karenanya. Bondan dengan percaya diri berkata, "Bu Gina, kamu cuma orang baru di Aston Pizza. Sedangkan saya? Saya udah kerja bertahun-tahun dari karyawan magang, karyawan kontrak sampai karyawan tetap. Dan, saya bisa di titik sekarang karena kerja keras."Ada seny
"Jangan sentuh saya!" Bondan berteriak saat kedua satpam menarik tangannya. "Saya bisa jalan sendiri." Dia menghempaskan tangan satpam. Detik itu juga, handphone Bondan berdering. Dia segera menerima panggilan telepon masuk. "Radityo Wicaksono," ujar Bondan membaca nama si penelepon dengan senang. Bondan tersenyum sumringah. Dia melirik Gina sinis, lalu mengaktifkan mode loudspeaker. Dia berdiri berhadapan dengan Gina seolah sedang menantangnya.Bondan bertanya, "Radityo, kamu ke mana aja? Akuー"Bondan sengaja bicara keras-keras agar Gina dan semua orang bisa mendengarnya. Namun belum sempat menyelesaikan perkataannya, Radityo membentak Bondan."Dasar brengsek! Gara-gara kamu, hari ini aku dipecat dari kantor pusat Aston Pizza. Apa kamu udah puas sekarang, hah?!"Maksud hati ingin berbangga diri, tetapi Bondan justru mendapatkan kalimat makian dan tuduhan.Bondan gugup. Dia membalikkan badan dan memelankan suaranya.Bondan kebingungan. "Jangan sembarangan kamu, Radityo! Kenapa kamu
Hari berikutnya di kota Moco. Sesuai dengan perintah Leroy, Adipati akan mengambil tindakan tegas kepada Matteo pagi ini. Adipati melangkah masuk ke ruang makan di mana Matteo sedang sarapan ditemani oleh seorang pelayan. Begitu melihat Adipati, nafsu makan Matteo menghilang. Tidak lama, Issac datang dengan terburu-buru. Matteo meletakkan roti saus kacangnya di piring. Lalu, dia meminum air jeruk. Dia tidak berbicara sama sekali dengan Adipati ataupun Issac. Sekarang, kedua orang kepercayaan Leroy sudah berdiri di sisi kiri Matteo. Adipati mengangguk saat pelayan menatapnya. Kemudian, pelayan tersebut pergi dari ruang makan. Sekarang, di ruang makan hanya ada mereka bertiga. Adipati meletakkan sebuah dokumen di atas meja makan. "Tuan Matteo, silakan bubuhkan tanda tangan Anda di dokumen ini!" Tidak ada salam sapa ataupun senyuman di wajah Adipati dan Issac. Semua orang di rumah keluarga Opulent sudah berbalik memihak Leroy. Jadi, mereka tidak menghormati Matteo lagi. Matte
"Tunggu dulu!" Matteo berusaha mencari tahu. "Saya nggak pernah nyuruh HRD berhentikan kamu dari posisi sekretaris. Kok bisa kamu berhenti gitu aja tanpa persetujuan saya?!"Mendadak otak Matteo mencerna penjelasan Via dengan cepat. Dia merasa tidak melakukan apa-apa terhadap wanita itu. Dia juga tidak meminta seorang HRD memberhentikan Via. Lalu, mengapa Via tidak lagi menjadi sekretarisnya?Terdengar helaan napas panjang Via. "Ini murni keinginan saya, Tuan.""Jangan bercanda kamu, Via!" tegur Matteo. "Kamu itu Sekretaris andalan saya. Kamu udah lama kerja di bawah kontrol saya. Kalo ada masalah, kita bisa omongin baik-baik.""Maaf, Tuan, keputusan saya udah bulat." Via terus berbicara. "Semua berkas udah tersusun rapi di meja kerja Anda. Selamat tinggal dan terima kasih, Tuan.""Tunggu, Via! Kamuー"Sambungan telepon terputus. Wajah Matteo merah padam. Tiba-tiba, dia teringat sopirnya."Jangan-jangan semua ini bagian permainan Adipati!"Matteo menekan kontak sang sopir sambil marah
"Dasar mesum!" teriak Assad. Dia bangun dari kursi, lalu mengambil tongkatnya.Buk! Buk! Buk!Karena ajakannya tadi, Assad memukuli punggung Bastian dengan tongkat. "Aduh, Kakek!" Bastian berteriak. "Ampun, Kakek! Ampun!"Gina menahan tawa saat melihat wajah Bastian memerah menahan sakit juga menahan malu. Ezra yang berada di negara lain pun menertawakan tingkahnya. "Kakek, ini namanya penganiayaan." Bastian mencoba membela diri. "Kakek, tolong berhenti! Jangan bikin aku malu di depan Tuan Muda!"Mendengar kata-kata pembelaan dari Bastian justru membuat Assad semakin marah. Assad melotot. "Malu kata kamu?! Kamu masih punya muka di depan Tuan Muda, hah?!"Assad memukuli punggung Bastian lagi.Buk! Buk! Buk!Bastian berdiri, mencoba menghindari amukan Assad. "Kakek, aku ini Presdir OpH. Semua orang pasti ketawa kalo liat Anda memperlakukanku kayak anak kecil gini.""Ha! Ha! Ha!" Tiba-tiba saja Assad menganggapnya lucu. Saat Leroy menatapnya, Assad buru-buru meminta maaf atas nama Ba
Pagi hari berikutnya di Bukit Aston Village.Leroy sudah duduk di depan laptop dengan kemeja merah anggur lengan panjang. Rambutnya tersisir rapi. Sesekali dia menyesap kopi sambil mencermati surat kontrak mega proyek di layar laptop."Hemm!" Leroy bergumam. "Jay, meeting dimulai jam berapa?"Ruang kerja Leroy memiliki desain klasik dengan meja kayu besar, kursi kulit yang nyaman, dan rak buku yang penuh dengan koleksi buku. Ruangan ini dilengkapi dengan komputer, printer, dan peralatan kantor lainnya. Jendela besar memberikan pencahayaan alami yang cukup dan pemandangan hijau yang mengelilingi mansion. Dekorasi ruangan ini mencakup lukisan seni klasik dan tanaman hias untuk menambah suasana yang inspiratif dan produktif.Jay melirik jam di tangannya sekilas. "Jam 09:00 waktu kota Moco, Tuan. Itu artinya beda satu jam lebih lambat dari kota Aston.""Oke. Masih ada waktu 10 menit buat baca-baca isi surat kontraknya sebelum aku tanda tangan nanti." Leroy angguk-angguk. "Masih ada selem
Leroy dan Jay bersantai di dalam ruang billiard, tepatnya di area lounge dengan sofa empuk dan meja, tempat yang sempurna untuk bersantai.Jay Qasam, yang mendengar penjelasan Leroy berpikir bahwa Bastian Mamahit adalah seorang pemain. Dia meneguk bir kalengnya lagi. Sementara Leroy meletakkan rokok di asbak, lalu membuka bir kaleng. Jay yang semakin penasaran, langsung bertanya, "Saya pernah denger nama Pagoda Beats. Tapi sebatas yang saya tau, itu tempat kasino. Bener nggak, Tuan Muda? Apa Tuan Bastian penjudi?"Pagoda Beats terletak di kota Celestial, Venom. Pagoda Beats adalah salah satu kasino termegah dan terbesar di dunia. Kasino ini tidak hanya menawarkan pengalaman berjudi yang luar biasa, tetapi juga berbagai fasilitas mewah lainnya yang populer.Leroy menjawab, "Iya. Pagoda Beats adalah kasino sekaligus tempat pelacuran berkedok wisata. Ha! Ha! Ha!""Tuan Muda ngapain ke sana sama Tuan Bastian?" tanya Jay lagi. "Ada dua kalah judi dan berutang banyak?""Nggak. Tian emang p
Sebulan kemudian, di dalam kapal pesiar Opulent Majesty."Tuan Muda, tenanglah!"Itu adalah kata-kata menenangkan dari Adipati. Dia dan Jay berdiri di belakang Leroy yang memunggungi mereka."Paman, mana permen jerukku?" Leroy menjulurkan tangan meminta permennya.Adipati langsung memberikan satu buah permen padanya. Tanpa membalikkan badan, Leroy membuka bungkus permen."Tuan Muda, Anda ganteng banget pakai tuxedo begini!" Bastian memuji Leroy.Di kapal pesiar mewah inilah acara pernikahan Leroy dan Alexa akan digelar. Seminggu sebelumnya, Leroy dan Alexa telah mengucapkan janji suci pernikahan di rumah mewah Leroy yang berada di kawasan Opulent Manor Residences. Setelah dokter menyatakan kondisi kesehatan Eddy membaik, Leroy segera menggelar pernikahan dengan Alexa. Karena dia tidak ingin menundanya lagi. Plak!Assad memukul bokong Bastian dengan tongkatnya.Assad menegur cucunya. "Tian, jangan terus-terusan menggoda Tuan Muda!"Leroy mengenakan jas linen dengan warna pastel yang
"Kak, aku mohon pengampunan kamu." Leroy dan Alexa berjalan melewati keluarga David Donsu. Mereka mendengar suara Dita yang lemah. Lalu, keduanya menghentikan langkah. Bastian langsung berteriak, "Jaga Tuan dan Nyonya Muda!"Bastian tidak ingin keluarga Donsu menyentuh kedua tuannya. Jadi, dia memerintahkan para pengawal memblokir jalan.Dalam sekejap, Leroy dan Alexa sudah dikelilingi pengawal Geng Naga Merah. Leroy terlihat santai saat kedua mantan mertua dan mantan iparnya berlutut meminta pengampunan.Di sebelah kiri Dita, David dan istrinya menunduk, menatap lantai. "Kami berdua juga mohon pengampunan kamu, Roy." Di belakang mereka, Bahran memaksakan diri untuk berlutut. Hayden menjadi kesal.Hayden berkata dengan emosi, "Kakek, jangan begini! Kitaー"Bahran diam saja. Lalu, Grigory mengambil alih situasi. "Tuan Hayden, cepat berlutut!" pintanya. Hayden diam saja. Dia melihat seluruh anggota keluarga Donsu sudah berlutut mengikuti gestur tubuh Bahran.Grigory berkata lagi, "M
"Kamu pikir, kamu siapa?!"Alexa membalas ajakan Angeline. Dia tertawa sinis. "Kamu?!" Angeline menghentakkan kaki. Saat Angeline ingin bicara, Chika sudah bicara lebih dulu. "Eh, Nona! Kamu itu cuma pelakor," ujar Chika, tanpa tahu malu. "Cewek yang dicintai Tuan Leroy dari dulu sampai sekarang cuma Bu Angel. Sadar diri, dong!"Alexa tidak sedikit pun terprovokasi. Dia justru tertawa.Di masa lalu, Chika sama sekali tidak pernah menghormati Leroy. Tapi sekarang, setelah mengetahui identitas Leroy, Chika berusaha menjilatinya. Alexa bertanya dengan santai. "Suamiku, memang bener begitu?""Nggak."Hanya dengan menjawab satu kata, Alexa paham bahwa Leroy tidak ingin mengungkit masa lalu."Gina, karena dia udah menyebarkan hoax, tampar mulutnya 20 kali!" perintah Alexa, ketus.Usia Alexa 22 tahun. Dia wanita muda yang pemberani. Ditambah lagi, kedudukannya saat ini sebagai Nyonya Muda keluarga Opulent. Siapa yang berani cari mati padanya?"Baik, Nyonya." Gina langsung menampar mulut
"Apa?! Mama masuk rumah sakit dan Dokter nggak berani menangani?!"Detik itu juga, handphone Mario berdering. Denadaーadik bungsunya, menelepon. Pandangan Mario dan Angeline saling beradu. Dalam suasana hati yang tidak menentu, Mario berusaha menstabilkan emosi yang kian meningkat."Mama muntah darah. Aku ikut Charles dan Alric bawa Mama ke beberapa rumah sakit dan semuanya menolak."Dari nada bicara Denada, Mario tahu kondisi ibu kandungnya pasti tidak biasa. Apalagi ibunyaーJennings White, memiliki sakit pencernaan yang menahun. Mario Narawangsa adalah anak dari pasangan Henry dan Jennings. Anak pertama mereka bernama Charles Narawangsa, anak ke-2 Mario, anak ke-3 Alric dan anak ke-4 Denada."Apa kata mereka?" tanya Mario, khawatir."Mereka bilang ...." Suara Denada lenyap dan berganti suara isak tangis. Mario mulai panik. "Nada, pihak rumah sakit bilang apa?! Kenapa mereka nggak mau menangani Mama?""Mario, kamu memang pembawa bencana!"Itu adalah suara Charles. Dia dan Mario mema
"Vera, kamu ngapain di sini?!" Bahran tidak bisa menahan diri saat melihat wanitanya datang. Tapi, mengapa Vera memanggil Leroy dengan sebutan Tuan Muda juga? Bahran ingin menghampiri Vera, tetapi Hayden segera berteriak. "Grigory, jaga Kakek!" Romeo menatap anak pertamanyaーEdwin Donsu. "Lindungi Mama dan Zilla!" "Oke, Pa," sahut Edwin. "Ma, Zilla, ayo ke belakang!" Jay langsung berteriak, "Jangan ada yang beranjak! Atau kaki kalian akan dipotong!" Romeo dan keluarganya membeku. Mereka akhirnya pasrah. Begitu juga dengan keluarga Moiz dan David Donsu. Sebagian lantai ballroom sudah kotor karena darah Samuel. Wajah Samuel mulai memucat. Namun, pengawal Geng Naga Merah masih tidak melepaskannya. Jika Geng Naga Merah mampu memotong jari Samuel, tentu saja mereka juga mampu memotong kaki keluarga Donsu. Vera menatap sinis Bahran. "Aku ke sini bukan untuk kamu, Bahran. Jangan lupa, kita udah putus setahun yang lalu!" Benar! Vera telah memutuskan hubungannya dengan Bahran secara
"Kepala naga merah!"Seseorang berteriak. Para tamu undangan saling pandang. Begitu juga dengan kedua mempelai pengantin.Hayden menarik tangan ayahnya agar menjauh dari para pengawal. Kedua matanya memelototi lambang di dada para pengawal.Hayden menatap Bahran dan Austin. "Mundur!" teriaknya. Sebagai seorang CEO Donsu Group, Hayden tentu sudah bertemu lebih banyak orang. Jadi, dia sering mendengar tentang Geng Naga Merah yang populer itu.Karena Hayden sudah berkata seperti itu, maka Bahran hanya bisa menyuruh Grigory melakukan perintahnya. Sedangkan anggota keluarga Donsu lainnya hanya bisa patuh.Angeline tidak mengerti. Jadi, dia bertanya kepada Bahran. "Kakek, ini pesta pernikahanku dan Mario. Kenapa Kakek malah mengikuti perintah Hayden?" "Bu Angel, tenang dulu!" pinta Chikaーsang asisten, yang sejak tadi bersamanya. Mario gelisah. Dia terlahir dari keluarga kaya kelas satu. Maka, dia sudah pasti mengerti maksud Hayden.Mario mengguncang kedua bahu istrinya. "Angel, kamu ngga
"Clara, kamu udah nggak punya tempat di keluarga Donsu."Zumi melangkah maju mendekati Clara. Dia menatap sendu Clara seolah sudah lama menahan rasa rindu di hatinya. Clara melirik Bahran. "Tapiー"Bahran sama sekali tidak melirik Clara. Dari sikapnya itu, semua orang paham bahwa Bahran benar-benar sudah tidak memedulikannya.Grigory berkata, "Nona Clara, mulai hari ini, keluarga Donsu memutuskan hubungan denganmu."Grigory mengumumkan status Clara sesuai dengan keinginan Bahran.Clara tidak berdaya. Sekarang, dia harus ke mana?Tanpa tahu malu, Clara melirik mantan pacarnya. "Ando!" panggilnya. Ando tidak menoleh sedikit pun pada Clara. Tapi, Clara tidak akan berhenti berusaha memenangkan hatinya. Clara berjalan dengan cepat ke arah Ando. Lalu, meraih tangannya. "Ando, gimana pun juga, kita udah pernah tidur bareng sekali. Aku mau minta pertanggung jawaban kamu."Ando melepaskan tangan Clara, dan menatapnya jijik."Hah?! Yang bener aja! Jangan fitnah kamu!" seru Ando, tidak terima
Bruk!Bastian mendorong Clara ke hadapan Alexa. Orang tua dan kedua kakaknya terkejut. Mereka langsung menghampiri Clara. "Clara!" Sarah meneriaki nama anak perempuan satu-satunya. Lalu, memeluknya.Austin menatap Bastian. Dia geram. "Berani-beraninya kamu sentuh anakku!" Austin hendak mencengkram jas Bastian. Namun, Bastian menghindar dengan cepat."Paman Austin, benarkah Clara anak kandung kamu?" Leroy bertanya dengan santai. "Apa maksudnya?!" Sarah gugup. Namun, dia tetap memeluk Clara. Leroy berdiri dengan kedua tangan berada di belakang. "Nggak ada maksud apa-apa," jawabnya, datar. "Cuma mau mastiin aja."Tiba-tiba seorang laki-laki keluar dari kerumunan. Dia berjalan menuju Clara. Leroy dan seluruh keluarga Mamahit memahami arti perubahan sikap Sarah. Sedangkan Alexa mencoba memahami situasi.Pria itu berteriak, "Sarah!" Suasana semakin tegang. Para tamu undangan mulai berbisik. "Siapa dia?""Iya. Siapa pria itu?""Tapi, wajahnya mirip banget sama Clara. Lihat aja hidun
"Aku ngaco?!"Ekspresi wajah negatif Gina muncul. Kedua alis Gina mengernyit. Lalu, dia menampilkan senyum yang dipaksakan.Gina melirik Bahran sinis. "Gimana kalo aku langsung panggil Bu Vera Wang aja? Anda pasti merindukan dia kan, Tuan Bahran?""Aーapa?!" Ujung-ujung jari Bahran bergetar. "Nggak! Jangan bilang dia ada di sini?!"Gerakan tubuh Bahran tampak gelisah. Bibirnya terkatup rapat. Jelas tergambar bahwa Bahran tidak suka dan tidak nyaman dengan permainan Gina. Gina menoleh ke pengawal keluarga Mamahit di belakangnya. "Bawa dia masuk!""Baik, Nona." Salah satu pengawal pergi. Jantung Bahran benar-benar kacau dibuatnya. Hayden tidak menyangka bahwa perempuan yang disukainya bersekongkol menjatuhkan keluarga Donsu. Hayden mendekati Gina. "Cukup, Gina!" Gina menatap Hayden sinis. "Apa?! Bukannya kamu sengaja deketin aku supaya bisa naik strata sosial kelas satu?!"Gina tidak menyembunyikan perasaannya lagi. Karena dia benar-benar sudah tidak tahan dengan kesombongan Hayden.