"Kamu ke mana aja, Roy?!"Saat Leroy hendak melayani pembeli, dia mendengar suara manajer bertanya padanya. Dia menoleh dan melihat Bondan berdiri tidak jauh di belakangnya."Pak Bondan, akuー" Leroy segera mengatupkan saat Bondan menyelanya. "Aku pikir, kamu sekarat. Makanya nggak masuk-masuk kerja." Pandangan Bondan menyapu seluruh tubuh Leroy. "Eh ternyata, kamu segar bugar gini!"Sejak hari pertama Leroy bekerja, Bondan memang tidak pernah menyukainya. Kalau bukan karena koneksi Ramisa, Leroy mungkin saja tidak akan pernah bekerja di Aston Pizza Delivery. Namun sekarang, Ramisa sudah tiada. Jadi, Bondan mulai mencari-cari kesalahan Leroy.Aston Pizza dan Aston Pizza Delivery masih berada di bawah perusahaan yang sama yaitu PT Lion Pizza Tbk. Satu hal yang membedakannya adalah konsep pelayanannya. Dengan adanya perkembangan inovasi tersebut, pembeli dapat memilih antara makan di restoran atau pesan antar.PT Lion Pizza Tbk adalah perusahaan publik yang bergerak dalam bidang ritel
"Nggak bisa, Dimas!" tolak Leroy. "Selama ini, aku udah anggap kamu kayak Abang sendiri. Sekarang, aku nggak bisa biarin kamu diperlakukan nggak adil kayak gitu."Leroy dan semua orang di Aston Pizza tahu bahwa Dimas adalah karyawan berprestasi. Dimas selalu mendapatkan penghargaan sebagai karyawan terbaik selama 3 tahun berturut-turut. Karena itulah, status Dimas berganti, yang semula karyawan kontrak menjadi karyawan tetap.Dimas menepuk pundak Leroy. "Ini udah takdir aku, Roy. Rezeki aku di Aston Pizza udah stop sampai di sini. Aku bersyukur banget bisa kenal kamu, Boy."Di mata Dimas, Leroy seperti adik laki-lakinya yang wafat muda di usia 18 tahun. Itulah mengapa, panggilan Boy selalu melekat pada Leroy. Dan karena Dimas juga, semua teman di Aston Pizza memanggil Leroy dengan sebutan Boy."Tetap aja nggak bisa kayak gitu, Dimas! Kamu nggak mencuri, nggak bolos kerja, nggakー"Leroy menghentikan ocehannya. Dia melihat Dimas seperti sedang menatap seseorang atau mungkin sesuatu di b
"Leroy dipecat?!" "A-apa?! Leroy dipecat?! Kok bisa?!" "Hah?! Nggak mungkin!" "Idiot! Nggak tau malu! Udah salah, bukannya minta maaf malah pecat Leroy yang udah usaha memperjuangkan hak-hak karyawan!" "Nasib Leroy apes banget kayak Dimas." Semua itu adalah tanggapan karyawan Aston Pizza yang ada di sana. Selain melihat kejadian secara langsung, mereka juga mendengar dengan jelas kata-kata Bondan yang memecat Leroy. Bondan dengan bangga berkata, "Karena kamu bukan karyawan tetap, jadi kamu nggak dapet pesangon kayak Dimas. Kamu cuma dapet 2 bulan gaji aja." Bondan menyeringai lebar. Terlihat satu buah gigi palsu di antara deretan giginya yang lain. "Tuh, kan! Aku bilang apa, Roy? Kamu kenapa nggak mau ikutin saran aku?" Dimas bertanya dengan nada menyesal. Dimas menatap Bondan. Dia melangkah maju mendekati Bondan dan Edo. Dimas berkata dengan kerendahan hati, "Pak Bondan, tolong batalin keputusan Anda. Roy nggak salah. Dia masih terlalu muda untuk ngerti dunia kerja, Pak. K
Pertanyaan Leroy itu membuka pikiran semua karyawan. Karena segala keputusan di kantor cabang, pastinya harus mendapatkan persetujuan dari kantor pusat. Bondan merasa Leroy mengancam posisinya sebagai manajer restoran. "Kamu ragu sama kredibilitas saya?" tanyanya, kesal. Raut wajah Bondan berubah merah padam dengan kedua mata melotot. Dia bisa merasakan darahnya mendidih. "Anda tau nggak, Pak Bondan? Seseorang bisa dikatakan kehilangan kredibilitas dalam berbagai situasi, terutama kalo sikap atau perkataannya nggak konsisten sama apa yang dipercayai orang lain." Kata-kata Leroy barusan mampu membuat Bondan mati kutu. Bondan sedikit gugup. Jika biasanya para karyawan selalu patuh padanya, tetapi tidak dengan Leroy. Melihat adanya peluang untuk menjatuhkan Bondan, Leroy tidak berhenti berbicara. "Pak Bondan mau contoh? Nggak jujur, nggak konsisten, perilaku nggak etis, kurang kompeten, dan nggak bisa tepati janji." Semua yang Leroy sebutkan itu sangat melekat di diri Bondan. Bond
Wajah pucat Bondan menegang. Dia menoleh ke arah Leroy. Benaknya langsung dipenuhi dengan senyum sinis Leroy."Nggak bisa gitu, Bu Gina," tolak Bondan. "Saya ini manajer restoran cabang kota Aston. Saya punya penilaian sendiri tentang kinerja para karyawan."Gina menatap ke arah Bondan dan tersenyum sarkas. "Terus, kenapa kalo kamu manajer restoran?! Apa saya nggak bisa pecat seorang manajer yang nggak kompeten kayak kamu?!"Bagaimana pun juga, Bondan memiliki koneksi orang dalam di Aston Pizza. Dia dengan cekatan merogoh saku celana dan mengeluarkan handphone. Dia mencoba menghubungi seseorang kenalannya.Namun sampai beberapa saat, orang yang dihubungi Bondan tidak menerima panggilan teleponnya juga. Bondan menjadi marah karenanya. Bondan dengan percaya diri berkata, "Bu Gina, kamu cuma orang baru di Aston Pizza. Sedangkan saya? Saya udah kerja bertahun-tahun dari karyawan magang, karyawan kontrak sampai karyawan tetap. Dan, saya bisa di titik sekarang karena kerja keras."Ada seny
"Jangan sentuh saya!" Bondan berteriak saat kedua satpam menarik tangannya. "Saya bisa jalan sendiri." Dia menghempaskan tangan satpam. Detik itu juga, handphone Bondan berdering. Dia segera menerima panggilan telepon masuk. "Radityo Wicaksono," ujar Bondan membaca nama si penelepon dengan senang. Bondan tersenyum sumringah. Dia melirik Gina sinis, lalu mengaktifkan mode loudspeaker. Dia berdiri berhadapan dengan Gina seolah sedang menantangnya.Bondan bertanya, "Radityo, kamu ke mana aja? Akuー"Bondan sengaja bicara keras-keras agar Gina dan semua orang bisa mendengarnya. Namun belum sempat menyelesaikan perkataannya, Radityo membentak Bondan."Dasar brengsek! Gara-gara kamu, hari ini aku dipecat dari kantor pusat Aston Pizza. Apa kamu udah puas sekarang, hah?!"Maksud hati ingin berbangga diri, tetapi Bondan justru mendapatkan kalimat makian dan tuduhan.Bondan gugup. Dia membalikkan badan dan memelankan suaranya.Bondan kebingungan. "Jangan sembarangan kamu, Radityo! Kenapa kamu
Hari berikutnya di kota Moco. Sesuai dengan perintah Leroy, Adipati akan mengambil tindakan tegas kepada Matteo pagi ini. Adipati melangkah masuk ke ruang makan di mana Matteo sedang sarapan ditemani oleh seorang pelayan. Begitu melihat Adipati, nafsu makan Matteo menghilang. Tidak lama, Issac datang dengan terburu-buru. Matteo meletakkan roti saus kacangnya di piring. Lalu, dia meminum air jeruk. Dia tidak berbicara sama sekali dengan Adipati ataupun Issac. Sekarang, kedua orang kepercayaan Leroy sudah berdiri di sisi kiri Matteo. Adipati mengangguk saat pelayan menatapnya. Kemudian, pelayan tersebut pergi dari ruang makan. Sekarang, di ruang makan hanya ada mereka bertiga. Adipati meletakkan sebuah dokumen di atas meja makan. "Tuan Matteo, silakan bubuhkan tanda tangan Anda di dokumen ini!" Tidak ada salam sapa ataupun senyuman di wajah Adipati dan Issac. Semua orang di rumah keluarga Opulent sudah berbalik memihak Leroy. Jadi, mereka tidak menghormati Matteo lagi. Matte
"Tunggu dulu!" Matteo berusaha mencari tahu. "Saya nggak pernah nyuruh HRD berhentikan kamu dari posisi sekretaris. Kok bisa kamu berhenti gitu aja tanpa persetujuan saya?!"Mendadak otak Matteo mencerna penjelasan Via dengan cepat. Dia merasa tidak melakukan apa-apa terhadap wanita itu. Dia juga tidak meminta seorang HRD memberhentikan Via. Lalu, mengapa Via tidak lagi menjadi sekretarisnya?Terdengar helaan napas panjang Via. "Ini murni keinginan saya, Tuan.""Jangan bercanda kamu, Via!" tegur Matteo. "Kamu itu Sekretaris andalan saya. Kamu udah lama kerja di bawah kontrol saya. Kalo ada masalah, kita bisa omongin baik-baik.""Maaf, Tuan, keputusan saya udah bulat." Via terus berbicara. "Semua berkas udah tersusun rapi di meja kerja Anda. Selamat tinggal dan terima kasih, Tuan.""Tunggu, Via! Kamuー"Sambungan telepon terputus. Wajah Matteo merah padam. Tiba-tiba, dia teringat sopirnya."Jangan-jangan semua ini bagian permainan Adipati!"Matteo menekan kontak sang sopir sambil marah