Pukul 09:00 pagi di rumah pribadi Leroy, Bukit Aston Village. Jay melangkah memasuki ruang baca dengan langkah panjang. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun. Dia menghampiri Leroy.Jay membungkuk dan berbisik, "Tuan Muda, barusan Paman Adipati telpon. Dia bilang, Pak Guarin udah hapus berita hoax itu."Leroy sedang berada di ruang baca bersama Jay dan Bastian. Pagi ini, dia tidak pergi ke kantor Opulent Holdings cabang kota Aston. Dia juga tidak pulang ke rumah mertuanya. Dia memilih untuk beristirahat demi memulihkan kondisi kepalanya. Jay berdiri di sisi kanan Leroy. Sedangkan Bastian sedang sibuk dengan laptopnya. Leroy memijit pelipisnya. "Tindakan apa yang Pak Guarin ambil?" tanya Leroy. "Menurut keterangan yang Pak Adipati dapat, Pak Guarin bayar mahal untuk menghapus berita di internet." Jay menjawab apa adanya. "Nggak menutup kemungkinan, kalo nantinya Pak Guarin juga akan mengadakan klarifikasi bersama Istrinya."Leroy menghela napas panjang. Dia meletakkan buku di
Di waktu bersamaan, di kota Moco.Tanpa terduga, Adipati melakukan tindakan di luar dugaan. Dia mengirim beberapa orang terpilih untuk mendatangi Radeon Apartment di pusat kota Moco. Seperti yang dilaporkan oleh Rangga, dia telah menemukan IP address akun anonim yang memposting foto-foto kebersamaan Leroy dan Derra di apartemen pusat kota.Seorang laki-laki menekan bel kamar 201. Dia adalah seorang kurir barang suruhan Adipati.Setelah 2 menit tidak mendapatkan jawaban, laki-laki tersebut kembali menekan bel.Brak!Tidak sampai satu menit, pintu terbuka. Seorang laki-laki muda muncul dengan wajah bantal. Bisa diperkirakan laki-laki itu baru saja bangun tidur. "Ini udah malem. Apa kurir masih kerja aja jam segini?" tanya si laki-laki muda yang belum diketahui namanya. "Maaf, Tuan," ujar kurir cepat-cepat, dia melirik jam tangannya. "Sekarang baru jam 6 sore. Jam kerja kurir tergantung paketan yang dibawanya. Apalagi suasana Natal atau hari besar keagamaan lainnya, paketan udah pasti
"Hajar dia!" seru si Bos, dia menatap Faisal tajam tanpa ampun. "Oke, Bos." Si kurir lantas memberikan kode kepada dua kawannya untuk menghajar Faisal. "Tunggu dulu, Pak Adipati! Tunggu dulu! Tunggu dulu!" Faisal berteriak berulang kali. Dia ingin mengulur waktu. Dia mencoba berdiri dengan berpegangan dinding. Walaupun Faisal belum pernah bertemu dengan Adipati, tetapi dia sangat yakin bahwa pria yang dipanggil Bos oleh ketiga pria ini adalah Adipati. Ya, Faisal yakin hanya dengan melihat penampilan si Bos saja! Ketiga pria itu tampak terkejut. Namun dengan cepat, mereka menyembunyikan ekspresi keterkejutan. "Hajar dia tanpa ampun!" seru Bos itu lagi. Faisal mengeluarkan handphone, lalu menekan tombol telepon cepat. Belum sempat berbicara dengan seseorang, si kurir merampas handphone-nya. "Sial!" Faisal berteriak. Kedua pria memegangi tangan Faisal. Menunggu si kurir menghajarnya. Kurir itu menatap layar handphone Faisal dan menemukan nama Rindy Buana di sana. Kurir berba
Faisal hanya bisa menatap Adipati dengan mata penuh ketakutan. Kedua kakinya seolah berat melangkah. Sementara itu, Adipati Ibrahim, pria yang dikenal dengan kekejamannya merasa dikhianati. Namun, dia juga tahu bahwa Faisal adalah aset berharga yang tidak bisa begitu saja dibuang.Selama 2 tahun ini, Adipati selalu melihat potensi besar di dalam diri Faisal. Dia juga berusaha melindungi Faisal dari bahaya yang mengintai, termasuk dari orang-orang yang ingin memperdaya.Kedua kawan Buloh mendorong Faisal agar pria itu berjalan mengikuti Adipati. Namun, Faisal justru berlutut. Bruk!Faisal, dengan tangan terikat dan mulut tertutup lakban berlutut. Wajahnya menunduk tidak berdaya. "Mmmm! Mmmm! Mmmm!"Tangan Adipati yang semula sudah memegangi gagang pintu pun terhenti. Dia melirik Faisal."Mmmm! Mmmm! Mmmm!" Faisal kembali bergumam dengan nada yang sama. Faisal menatap lantai sambil berpikir. 'Kedua orang tuaku udah tua. Sebagai anak pertama, kalo di masa depan aku gagal dan nggak b
Pagi hari berikutnya di Bukit Aston Village. Leroy sedang bersiap untuk pergi bekerja di Aston Delivery Pizza. Dia masih berada di dalam ruang ganti, tetapi Jay sudah menunggunya di kamar. Saat melihat Leroy ke luar dari ruang ganti, Jay langsung bertanya, "Apa Anda masih harus pergi kerja sebagai seorang delivery service gini, Tuan?" Leroy memakai jam tangannya yang bernilai puluhan juta. Lalu, dia berjalan menuju sudut kamar di mana kopinya berada. "Kamu tau kan, Jay? Aku masih harus menyamar sampai tujuanku tercapai. Kenapa kamu masih tanya aja, hem?" Leroy menyeruput kopinya. Jarak dari Bukit Aston Village ke tempat kerjanya cukup jauh. Jadi, Jay sudah menyiapkan mobil. "Kalo gitu, biarin saya anter Anda ke Aston Pizza Delivery, Tuan!" pinta Jay. Dia melihat Leroy mengangguk setuju. "Ada hal lain di kota Moco yang mau saya laporin pagi ini, Tuan." Wajah Leroy mendadak berubah tegang. Dia duduk sambil menyalakan rokok. Leroy menatap Jay. "Ngomong aja!" "Semalem, Paman A
"Kamu ke mana aja, Roy?!"Saat Leroy hendak melayani pembeli, dia mendengar suara manajer bertanya padanya. Dia menoleh dan melihat Bondan berdiri tidak jauh di belakangnya."Pak Bondan, akuー" Leroy segera mengatupkan saat Bondan menyelanya. "Aku pikir, kamu sekarat. Makanya nggak masuk-masuk kerja." Pandangan Bondan menyapu seluruh tubuh Leroy. "Eh ternyata, kamu segar bugar gini!"Sejak hari pertama Leroy bekerja, Bondan memang tidak pernah menyukainya. Kalau bukan karena koneksi Ramisa, Leroy mungkin saja tidak akan pernah bekerja di Aston Pizza Delivery. Namun sekarang, Ramisa sudah tiada. Jadi, Bondan mulai mencari-cari kesalahan Leroy.Aston Pizza dan Aston Pizza Delivery masih berada di bawah perusahaan yang sama yaitu PT Lion Pizza Tbk. Satu hal yang membedakannya adalah konsep pelayanannya. Dengan adanya perkembangan inovasi tersebut, pembeli dapat memilih antara makan di restoran atau pesan antar.PT Lion Pizza Tbk adalah perusahaan publik yang bergerak dalam bidang ritel
"Nggak bisa, Dimas!" tolak Leroy. "Selama ini, aku udah anggap kamu kayak Abang sendiri. Sekarang, aku nggak bisa biarin kamu diperlakukan nggak adil kayak gitu."Leroy dan semua orang di Aston Pizza tahu bahwa Dimas adalah karyawan berprestasi. Dimas selalu mendapatkan penghargaan sebagai karyawan terbaik selama 3 tahun berturut-turut. Karena itulah, status Dimas berganti, yang semula karyawan kontrak menjadi karyawan tetap.Dimas menepuk pundak Leroy. "Ini udah takdir aku, Roy. Rezeki aku di Aston Pizza udah stop sampai di sini. Aku bersyukur banget bisa kenal kamu, Boy."Di mata Dimas, Leroy seperti adik laki-lakinya yang wafat muda di usia 18 tahun. Itulah mengapa, panggilan Boy selalu melekat pada Leroy. Dan karena Dimas juga, semua teman di Aston Pizza memanggil Leroy dengan sebutan Boy."Tetap aja nggak bisa kayak gitu, Dimas! Kamu nggak mencuri, nggak bolos kerja, nggakー"Leroy menghentikan ocehannya. Dia melihat Dimas seperti sedang menatap seseorang atau mungkin sesuatu di b
"Leroy dipecat?!" "A-apa?! Leroy dipecat?! Kok bisa?!" "Hah?! Nggak mungkin!" "Idiot! Nggak tau malu! Udah salah, bukannya minta maaf malah pecat Leroy yang udah usaha memperjuangkan hak-hak karyawan!" "Nasib Leroy apes banget kayak Dimas." Semua itu adalah tanggapan karyawan Aston Pizza yang ada di sana. Selain melihat kejadian secara langsung, mereka juga mendengar dengan jelas kata-kata Bondan yang memecat Leroy. Bondan dengan bangga berkata, "Karena kamu bukan karyawan tetap, jadi kamu nggak dapet pesangon kayak Dimas. Kamu cuma dapet 2 bulan gaji aja." Bondan menyeringai lebar. Terlihat satu buah gigi palsu di antara deretan giginya yang lain. "Tuh, kan! Aku bilang apa, Roy? Kamu kenapa nggak mau ikutin saran aku?" Dimas bertanya dengan nada menyesal. Dimas menatap Bondan. Dia melangkah maju mendekati Bondan dan Edo. Dimas berkata dengan kerendahan hati, "Pak Bondan, tolong batalin keputusan Anda. Roy nggak salah. Dia masih terlalu muda untuk ngerti dunia kerja, Pak. K