Hari Minggu pagi yang cerah di kota Moco. Rindy melangkah ke luar dari rumahnya di Dellas Village. Dia tersenyum ringan. Rindy menoleh ke arah pintu utama yang sedikit terbuka. “Nanik, aku mau ke toko roti di ujung jalan,” pamitnya ke pelayan.Jalanan masih sepi, hanya beberapa kendaraan yang melintas. Rindy berjalan dengan bersemangat sambil sesekali mengusap perutnya. "Aku lagi pingin banget makan roti daging. Nggak tau kenapa, Matteo susah banget ditelepon." Rindy sedikit kesal mengingat semalam dia berkali-kali menghubungi Matteo. Sejak Leroy mengusirnya, Rindy kembali ke rumah lamanya. Dia tinggal di sana bersama anaknyaーFinn Opulent. Rumah itu tidak sebesar rumah keluarga Opulent, tetapi juga tidak sederhana. Namun, Rindy tetap saja merindukan kehidupan mewahnya di rumah keluarga Opulent.Sementara itu, di dalam mobil hitam yang terparkir tak jauh dari situ, seorang pria berbadan besar menunggu instruksi melalui ponselnya. Dia adalah anak buah Adipati."Sekarang!" Suara tega
Saat pintu tertutup, Rindy mengepalkan tangan. Dalam hatinya, dia bersumpah akan melawan Leroy dan Adipati, apa pun yang terjadi. Tidak lama setelah Adipati pergi, pintu ruang rawat inap kembali terbuka. Matteo muncul dengan wajah yang penuh kekhawatiran. Dia berjalan cepat menuju ranjang rumah sakit. "Rindy, gimana kondisi kamu? Gimana perasaan kamu sekarang? Apa kamu udah baikan?" tanya Matteo dengan nada lembut, berusaha menyentuh tangan istrinya. Suaranya dipenuhi kegelisahan. Rindy lantas menarik tangannya, lalu menatap Matteo dengan kemarahan yang tidak terpendam. "Kamu berani bertanya tentang kondisi dan perasaanku?!" Rindy berseru marah. "Kamu ke mana aja semalaman?! Kenapa baru dateng sekarang?!"Suara Rindy dipenuhi kemarahan dan kesedihan. Deru napasnya memburu seolah ingin mencabik-cabik pria yang bersamanya.Rindy melotot. Dengan sisa energi yang dimiliki, dia berteriak, "Semua ini salah kamu dan anak sialanmu! Aku kehilangan bayiku karena kalian! Aku akan balas perl
Emosi Matteo meningkat. Tidak itu saja, dari raut wajahnya juga menunjukkan kekesalan yang sudah bertumpuk-tumpuk. Kesal karena putranya, kesal sudah mendapatkan omelan Rindy, dan kini ditambah dengan sikap dari satpam!Matteo berteriak, "Astaga! Kamu nggak kenal saya?! Di negara Nephila kayaknya cuma kamu yang berani menghalangi jalan masuk saya."Satpam menggeleng. Dia benar-benar kesulitan menghadapi Matteo yang emosional.Akhirnya, satpam pun kembali bicara. "Maaf, Pak. Cuma penghuni dan tamu yang udah buat janji diperbolehkan masuk ke apartemen ini. Tolong jangan mempersulit pekerjaan saya!"Satpam tersebut mulai mengabaikan Matteo. Dia hendak pergi, tetapi kata-kata Matteo menahannya."Oke, oke. Gini aja, periksa buku tamu sekarang! Nama saya pasti ada di sana."Mendengar saran Matteo, satpam menjadi penasaran. 'Tuan Muda aja nggak ninggalin pesan apa-apa. Udah pasti nama Pak Matteo nggak akan ada di catatan,' pikir satpam. Meskipun satpam itu sudah tahu jawabannya, tetapi dia
Matteo telah sampai di rumah keluarga Opulent. Kemarahan masih terpancar jelas dari wajahnya saat dia melangkah ke luar, membanting pintu mobil. Mansion megah di hadapannya berdiri angkuh, menyimpan banyak kenangan dan rahasia keluarga.“Brengsek semuanya! Roy brengsek, Rindy brengsek!” umpat Matteo pelan sambil berjalan. “Awas aja kalo aku ketemu kamu, Roy!”Dengan langkah berat, Matteo memasuki rumah. Suasana sepi menyambutnya, hanya deru lembut pendingin ruangan yang terdengar. Namun, samar-samar dia mendengar suara percakapan dari arah ruang makan. Penasaran, kakinya melangkah perlahan menuju sumber suara.“Hah? Jangan-jangan ….”Betapa terkejutnya Matteo ketika melihat pemandangan di ruang makan. Di sana, duduk di kepala meja, adalah Leroy—putranya yang baru saja dia coba temui di apartemen. "Leroy?! Kok dia di sini?!" Matteo bertanya-tanya kebingungan. Raut wajahnya berubah masam. Di sisi kanan Leroy duduk Jay, asistennya yang loyal, sementara di sisi kiri ada Adipati, asisten
Matteo menatap Leroy dengan mata penuh kebencian dan frustrasi. "Kamu nggak tau, apa yang aku alami untuk meraih di tahap ini!"Leroy berdiri perlahan, menatap ayahnya dengan dingin. "Aku tau lebih dari yang kamu kira, Pak Matteo. Dan aku nggak bakal biarin kamu hancurin semua yang udah aku bangun. Kalo kamu pikir, kamu bisa terus memanipulasi dan mengendalikan, maka kamu salah besar, Pak Matteo."Matteo menggertakkan gigi. Tangannya bergetar menahan kemarahan. "Kamu harus belajar menghormati Papa."Leroy mendekati Matteo, menatapnya langsung di mata. "Aku bakalan hormati Anda saat Anda memang pantas untuk dihormati. Tapi sampai sekarang, aku bakal mastiin kamu tau kalo aku bukan anak kecil yang bisa kamu kendalikan sesuka hati."Setelah itu, Leroy berbalik dan meninggalkan ruang makan. Dia membiarkan Matteo terdiam dengan kemarahan dan rasa malu yang mendidih di dalam dirinya.***Pagi ini, sinar mentari menembus jendela-jendela tinggi ruang makan keluarga Opulent, menyinari meja pan
Matteo akhirnya berkata dengan suaranya bergetar antara marah dan putus asa. "Gimanapun juga, saya ini tetap aja Papa kamu dan Sagari tetap perusahaan saya!" Harga diri seorang Matteo yang sudah terbiasa hidup mewah, tidak boleh luruh hanya gara-gara anak kurang ajar yang hendak mengatur ayahnya! Dia harus menunjukkan wibawa seorang ayah dan seorang kepala keluarga! Leroy tersenyum tipis, tetapi senyum itu tidak mencapai matanya. "Ternyata, Pak Matteo nggak sepintar dugaanku. Sebagai seorang Komisaris Utama dan pemegang saham mayoritas di Sagari, aku punya kuasa penuh untuk ngelakuin apapun." Mendadak saja Matteo bungkam, dia terdiam. Kini Matteo perlahan menyadari bahwa dia telah kehilangan kendali atas situasi. Putranya yang dulu selalu patuh dan bodoh, sekarang telah berubah menjadi sosok yang tidak dia kenali, bahkan gagal dia kendalikan. Apakah Matteo masih memiliki sisa harga diri jika sudah dalam tahap semacam ini? "Kasih aku waktu." Matteo akhirnya mengalah karena sa
Hari hampir pagi. Matteo mulai mengerang pelan. Matanya perlahan terbuka, pandangannya kabur.“Hmh ….” Matteo siuman.Matteo merasakan kepalanya berdenyut akibat tekanan darah yang melonjak setelah perdebatan sengit dengan Leroy. Kini justru orang yang membuatnya mengalami serangan hipertensi ada di dekatnya, menatapnya dengan ekspresi tak terbaca."Syukurlah Pak Matteo udah sadar," kata Leroy dengan nada datar.Dengan satu gerakan singkat, dia menutup buku yang dibaca dengan asyik.Matteo mencoba bangkit perlahan, tetapi dia masih merasa lemah. Amarah yang terpendam kembali membara dalam dirinya. "Roy, jangan jadi anak durhaka! Lagian perbuatanmu ke Rindy nggak bisa dibenarkan!" suaranya bergetar, penuh tuduhan.Leroy masih tetap tenang, hanya mengangkat alisnya seakan dia bingung atas apa yang diucapkan ayahnya. "Aku nggak paham apa yang Anda maksud, Pak Matteo."Matteo mengepalkan tangannya, menggertakkan gigi. "Nggak usah pura-pura bego! Kamu kan yang nyuruh orang nabrak Rindy
Pagi hari berikutnya di Sagari Tower.Leroy berdiri di depan jendela bersama Jay. Dia memandang jauh ke horizon. Jas hitamnya yang rapi menegaskan posturnya yang tegap. Dia sedang menghisap rokok dengan tenang. "Tuan Muda, ini udah dua hari. Anda harus ambil sikap tegas untuk Tuan Matteo." Jay berbicara mengutarakan isi pikirannya. "Apa Anda udah punya rencana?"Leroy mengembuskan asap rokok tinggi-tinggi. Dia tampak seperti sedang berpikir keras. Leroy menjawab, "Aku tau. Aku udah punya rencana, Jay. Kamu tenang aja! Sepulang kantor nanti, aku akan pergi temui Papa." Saat itu juga, dia mendengar ketukan halus di pintu."Masuk!" perintahnya tanpa berbalik.Sinta DeltaーSekretaris senior yang tugasnya mengurus semua pekerjaan di kantor pusat melangkah masuk dengan anggun.Sinta berkata, "Tuan Muda, perwakilan dari PT Sembiring Agro Tbk dan PT Chandra Asri Tbk sudah datang."Leroy berbalik, senyum tipis tersungging di bibirnya. "Oke. Bawa mereka ke sini!"Sinta mengangguk dan keluar.
Sebulan kemudian, di dalam kapal pesiar Opulent Majesty."Tuan Muda, tenanglah!"Itu adalah kata-kata menenangkan dari Adipati. Dia dan Jay berdiri di belakang Leroy yang memunggungi mereka."Paman, mana permen jerukku?" Leroy menjulurkan tangan meminta permennya.Adipati langsung memberikan satu buah permen padanya. Tanpa membalikkan badan, Leroy membuka bungkus permen."Tuan Muda, Anda ganteng banget pakai tuxedo begini!" Bastian memuji Leroy.Di kapal pesiar mewah inilah acara pernikahan Leroy dan Alexa akan digelar. Seminggu sebelumnya, Leroy dan Alexa telah mengucapkan janji suci pernikahan di rumah mewah Leroy yang berada di kawasan Opulent Manor Residences. Setelah dokter menyatakan kondisi kesehatan Eddy membaik, Leroy segera menggelar pernikahan dengan Alexa. Karena dia tidak ingin menundanya lagi. Plak!Assad memukul bokong Bastian dengan tongkatnya.Assad menegur cucunya. "Tian, jangan terus-terusan menggoda Tuan Muda!"Leroy mengenakan jas linen dengan warna pastel yang
"Kak, aku mohon pengampunan kamu." Leroy dan Alexa berjalan melewati keluarga David Donsu. Mereka mendengar suara Dita yang lemah. Lalu, keduanya menghentikan langkah. Bastian langsung berteriak, "Jaga Tuan dan Nyonya Muda!"Bastian tidak ingin keluarga Donsu menyentuh kedua tuannya. Jadi, dia memerintahkan para pengawal memblokir jalan.Dalam sekejap, Leroy dan Alexa sudah dikelilingi pengawal Geng Naga Merah. Leroy terlihat santai saat kedua mantan mertua dan mantan iparnya berlutut meminta pengampunan.Di sebelah kiri Dita, David dan istrinya menunduk, menatap lantai. "Kami berdua juga mohon pengampunan kamu, Roy." Di belakang mereka, Bahran memaksakan diri untuk berlutut. Hayden menjadi kesal.Hayden berkata dengan emosi, "Kakek, jangan begini! Kitaー"Bahran diam saja. Lalu, Grigory mengambil alih situasi. "Tuan Hayden, cepat berlutut!" pintanya. Hayden diam saja. Dia melihat seluruh anggota keluarga Donsu sudah berlutut mengikuti gestur tubuh Bahran.Grigory berkata lagi, "M
"Kamu pikir, kamu siapa?!"Alexa membalas ajakan Angeline. Dia tertawa sinis. "Kamu?!" Angeline menghentakkan kaki. Saat Angeline ingin bicara, Chika sudah bicara lebih dulu. "Eh, Nona! Kamu itu cuma pelakor," ujar Chika, tanpa tahu malu. "Cewek yang dicintai Tuan Leroy dari dulu sampai sekarang cuma Bu Angel. Sadar diri, dong!"Alexa tidak sedikit pun terprovokasi. Dia justru tertawa.Di masa lalu, Chika sama sekali tidak pernah menghormati Leroy. Tapi sekarang, setelah mengetahui identitas Leroy, Chika berusaha menjilatinya. Alexa bertanya dengan santai. "Suamiku, memang bener begitu?""Nggak."Hanya dengan menjawab satu kata, Alexa paham bahwa Leroy tidak ingin mengungkit masa lalu."Gina, karena dia udah menyebarkan hoax, tampar mulutnya 20 kali!" perintah Alexa, ketus.Usia Alexa 22 tahun. Dia wanita muda yang pemberani. Ditambah lagi, kedudukannya saat ini sebagai Nyonya Muda keluarga Opulent. Siapa yang berani cari mati padanya?"Baik, Nyonya." Gina langsung menampar mulut
"Apa?! Mama masuk rumah sakit dan Dokter nggak berani menangani?!"Detik itu juga, handphone Mario berdering. Denadaーadik bungsunya, menelepon. Pandangan Mario dan Angeline saling beradu. Dalam suasana hati yang tidak menentu, Mario berusaha menstabilkan emosi yang kian meningkat."Mama muntah darah. Aku ikut Charles dan Alric bawa Mama ke beberapa rumah sakit dan semuanya menolak."Dari nada bicara Denada, Mario tahu kondisi ibu kandungnya pasti tidak biasa. Apalagi ibunyaーJennings White, memiliki sakit pencernaan yang menahun. Mario Narawangsa adalah anak dari pasangan Henry dan Jennings. Anak pertama mereka bernama Charles Narawangsa, anak ke-2 Mario, anak ke-3 Alric dan anak ke-4 Denada."Apa kata mereka?" tanya Mario, khawatir."Mereka bilang ...." Suara Denada lenyap dan berganti suara isak tangis. Mario mulai panik. "Nada, pihak rumah sakit bilang apa?! Kenapa mereka nggak mau menangani Mama?""Mario, kamu memang pembawa bencana!"Itu adalah suara Charles. Dia dan Mario mema
"Vera, kamu ngapain di sini?!" Bahran tidak bisa menahan diri saat melihat wanitanya datang. Tapi, mengapa Vera memanggil Leroy dengan sebutan Tuan Muda juga? Bahran ingin menghampiri Vera, tetapi Hayden segera berteriak. "Grigory, jaga Kakek!" Romeo menatap anak pertamanyaーEdwin Donsu. "Lindungi Mama dan Zilla!" "Oke, Pa," sahut Edwin. "Ma, Zilla, ayo ke belakang!" Jay langsung berteriak, "Jangan ada yang beranjak! Atau kaki kalian akan dipotong!" Romeo dan keluarganya membeku. Mereka akhirnya pasrah. Begitu juga dengan keluarga Moiz dan David Donsu. Sebagian lantai ballroom sudah kotor karena darah Samuel. Wajah Samuel mulai memucat. Namun, pengawal Geng Naga Merah masih tidak melepaskannya. Jika Geng Naga Merah mampu memotong jari Samuel, tentu saja mereka juga mampu memotong kaki keluarga Donsu. Vera menatap sinis Bahran. "Aku ke sini bukan untuk kamu, Bahran. Jangan lupa, kita udah putus setahun yang lalu!" Benar! Vera telah memutuskan hubungannya dengan Bahran secara
"Kepala naga merah!"Seseorang berteriak. Para tamu undangan saling pandang. Begitu juga dengan kedua mempelai pengantin.Hayden menarik tangan ayahnya agar menjauh dari para pengawal. Kedua matanya memelototi lambang di dada para pengawal.Hayden menatap Bahran dan Austin. "Mundur!" teriaknya. Sebagai seorang CEO Donsu Group, Hayden tentu sudah bertemu lebih banyak orang. Jadi, dia sering mendengar tentang Geng Naga Merah yang populer itu.Karena Hayden sudah berkata seperti itu, maka Bahran hanya bisa menyuruh Grigory melakukan perintahnya. Sedangkan anggota keluarga Donsu lainnya hanya bisa patuh.Angeline tidak mengerti. Jadi, dia bertanya kepada Bahran. "Kakek, ini pesta pernikahanku dan Mario. Kenapa Kakek malah mengikuti perintah Hayden?" "Bu Angel, tenang dulu!" pinta Chikaーsang asisten, yang sejak tadi bersamanya. Mario gelisah. Dia terlahir dari keluarga kaya kelas satu. Maka, dia sudah pasti mengerti maksud Hayden.Mario mengguncang kedua bahu istrinya. "Angel, kamu ngga
"Clara, kamu udah nggak punya tempat di keluarga Donsu."Zumi melangkah maju mendekati Clara. Dia menatap sendu Clara seolah sudah lama menahan rasa rindu di hatinya. Clara melirik Bahran. "Tapiー"Bahran sama sekali tidak melirik Clara. Dari sikapnya itu, semua orang paham bahwa Bahran benar-benar sudah tidak memedulikannya.Grigory berkata, "Nona Clara, mulai hari ini, keluarga Donsu memutuskan hubungan denganmu."Grigory mengumumkan status Clara sesuai dengan keinginan Bahran.Clara tidak berdaya. Sekarang, dia harus ke mana?Tanpa tahu malu, Clara melirik mantan pacarnya. "Ando!" panggilnya. Ando tidak menoleh sedikit pun pada Clara. Tapi, Clara tidak akan berhenti berusaha memenangkan hatinya. Clara berjalan dengan cepat ke arah Ando. Lalu, meraih tangannya. "Ando, gimana pun juga, kita udah pernah tidur bareng sekali. Aku mau minta pertanggung jawaban kamu."Ando melepaskan tangan Clara, dan menatapnya jijik."Hah?! Yang bener aja! Jangan fitnah kamu!" seru Ando, tidak terima
Bruk!Bastian mendorong Clara ke hadapan Alexa. Orang tua dan kedua kakaknya terkejut. Mereka langsung menghampiri Clara. "Clara!" Sarah meneriaki nama anak perempuan satu-satunya. Lalu, memeluknya.Austin menatap Bastian. Dia geram. "Berani-beraninya kamu sentuh anakku!" Austin hendak mencengkram jas Bastian. Namun, Bastian menghindar dengan cepat."Paman Austin, benarkah Clara anak kandung kamu?" Leroy bertanya dengan santai. "Apa maksudnya?!" Sarah gugup. Namun, dia tetap memeluk Clara. Leroy berdiri dengan kedua tangan berada di belakang. "Nggak ada maksud apa-apa," jawabnya, datar. "Cuma mau mastiin aja."Tiba-tiba seorang laki-laki keluar dari kerumunan. Dia berjalan menuju Clara. Leroy dan seluruh keluarga Mamahit memahami arti perubahan sikap Sarah. Sedangkan Alexa mencoba memahami situasi.Pria itu berteriak, "Sarah!" Suasana semakin tegang. Para tamu undangan mulai berbisik. "Siapa dia?""Iya. Siapa pria itu?""Tapi, wajahnya mirip banget sama Clara. Lihat aja hidun
"Aku ngaco?!"Ekspresi wajah negatif Gina muncul. Kedua alis Gina mengernyit. Lalu, dia menampilkan senyum yang dipaksakan.Gina melirik Bahran sinis. "Gimana kalo aku langsung panggil Bu Vera Wang aja? Anda pasti merindukan dia kan, Tuan Bahran?""Aーapa?!" Ujung-ujung jari Bahran bergetar. "Nggak! Jangan bilang dia ada di sini?!"Gerakan tubuh Bahran tampak gelisah. Bibirnya terkatup rapat. Jelas tergambar bahwa Bahran tidak suka dan tidak nyaman dengan permainan Gina. Gina menoleh ke pengawal keluarga Mamahit di belakangnya. "Bawa dia masuk!""Baik, Nona." Salah satu pengawal pergi. Jantung Bahran benar-benar kacau dibuatnya. Hayden tidak menyangka bahwa perempuan yang disukainya bersekongkol menjatuhkan keluarga Donsu. Hayden mendekati Gina. "Cukup, Gina!" Gina menatap Hayden sinis. "Apa?! Bukannya kamu sengaja deketin aku supaya bisa naik strata sosial kelas satu?!"Gina tidak menyembunyikan perasaannya lagi. Karena dia benar-benar sudah tidak tahan dengan kesombongan Hayden.