"Nenek..."Wajah Sandra berbinar senang saat Nyonya Felicia muncul dengan kursi rodanya. "Kamu belum istirahat?"Sandra mengangguk patuh, "Mungkin sebentar lagi, tapi ..." pandangannya beralih menatap pria yang berdiri di sebelahnya. "Em ... Maaf Sandra, aku harus segera pergi karena ada beberapa pekerjaan yang belum selesai.” ucap Gerald yang tiba-tiba bersiap pergi."Loh, kenapa buru-buru? Nenek kan baru saja tiba ...""Biarkan dia pergi ..."Melihat kedekatan mereka, Nyonya Felicia berpikir itu sama sekali tidak pantas, sedangkan cucunya itu sudah menikah dengan Simon, mereka sudah dua tahun lebih bersama. Ia lalu melihat setengah memicing pada Gerald. "Gerald, bisa tolong ke sini sebentar?" Gerald merasa ada yang aneh dari nada bicaranya, namun rasa sungkan tetap mengalir hingga dia mendatangi Nyonya Felicia.Namun, wanita paruh baya itu menatap Gerald dengan tajam, "Maaf Nek, ada apa?" Dia menya
Di depan rumah mertuanya, Simon merasa sakit hati melihat Sandra berduaan dengan Gerald. Bagaimanapun dia tidak rela istrinya kembali menikah dengan pria itu. Tidak akan!Simon menarik nafas sebelum melewati pagar gerbang besi, lalu melihat keadaan sekitarnya, beberapa orang menatapnya dengan dingin.Terlebih lagi Ny Leslie, wajah yang biasanya hangat itu kini tak tampak tanda-tanda keramahan sedikitpun. Sampai akhirnya Simon berdiri di balkon teras, Roger ayah Sandra saat itu mengangkat tangannya.Plak!Suara tamparan terdengar nyaring, menarik perhatian semua orang. "Kenapa lama sekali!"Mata besar Roger memerah penuh emosi. Saat ini, Nyonya Felicia tiba-tiba keluar dari kamarnya, dengan di dorong oleh Anne sang asisten yang biasanya mempercayai Simon. "Nenek, um... Maksudku Nyonya, Simon sudah datang." Gerald menghampiri dan berusaha mencari perhatian semua orang.Wanita dengan cat rambut coklat menatap tajam p
Hanya konsorsium Infinity Finance Corporational yang paling populer dan terbesar di kota itu, Simon bergulat dengan pikirannya yang kacau.Entah kenapa kali ini dia sangat tak ingin menyia-nyiakan hal yang sudah di depan mata, ini kesempatan langka! Apapun itu Simon akan menyanggupinya, meski harus berdiri sendiri tanpa jabatan seorang direktur, dan sejuta triliun ini akan membuatnya sukses berdiri sendiri. "Pak Simon, apa ada masalah?” Melihat keraguan yang membekas di wajahnya, Elsa sedikit penasaran."Tidak juga, tapi saya masih bingung, dengan alasan yang merubah keputusan anda, padahal sebelumnya anda menolak proposal yang saya buat ..."Elsa tergelak, "Anda masih ingin tahu?" Sebelah alisnya terangkat. "Bisakah kita bicara non formal saja?" Kemudian Elsa mendekati Simon lalu berbisik. "Tapi, sayangnya aku tak ingin memberitahumu, karena ini rahasia ..." Simon masih penasaran, namun Elsa segera berdiri dan berkata, "Gunakan sebisa
Tin…Klakson panjang membuat pendengarnya menutup telinga. Simon terpaksa berhenti dan keluar saat sebuah mobil hampir saja menabrak seorang anak kecil di tengah jalan. “Pak, Simon. Sepertinya itu akan berbahaya!” Seru Alessa mengingatkan.Tapi Simon tak acuh dan malah berlari ingin menyelamatkan anak itu. Seketika dia melompat dengan extreme dan akhirnya mendarat dengan selamat. Semua terjadi dalam waktu 2 detik.Para pejalan kaki yang menyaksikan ini berseru tak percaya. “Pak anda tidak apa-apa?” Alessa tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya.“Ah, tentu saja.” sahutnya sambil mengibaskan kotoran yang menempel di bajunya sambil melihat anak itu masih membeku di tempatnya berdiri.Pandangannya beralih pada sosok si pemilik mobil yang buru-buru menghampiri mereka sambil mengecek kondisi anak itu. “Apa dia terluka?”"Nona Elsa?" Simon baru sadar kalau dia adalah pimpinan konsorsium yang dia temui beberapa waktu lalu. Wanita itu mengangkat bahunya dan berkata, "Sungguh kebetulan bisa b
"Nona Sofia, kakakmu sudah kembali.”“Benarkah?” Ella Sofia yang sedang menggambar sketsa, segera berdiri, lalu dia membuka tirai pintu dan melihat sebuah mobil SUV yang terparkir di depan rumah dengan mata berbinar. Sofia menoleh dan melihat pria yang tak asing duduk di mobil dengan wajah serius. "Kak Simon benar-benar sudah pulang!"Sofia segera keluar dan melakukan apa yang biasa dilakukan ketika kakaknya pulang. Saat ini, pintu terbuka dan pria berpakaian rapi masuk.Sofia menoleh sambil tersenyum, “Kakak.” berjalan mendekati pria itu, dan langsung memeluknya. "Kalian baik? Mana Ibu?""Simon, kamu pulang nak, mana Sandra kenapa dia tak ikut?" Wanita paruh baya itu berjalan mendekati mereka.Simon seperti biasa mencium tangan sang ibu tanda baktinya. "Sandra dia ... Sibuk. Akhir-akhir ini yang dia kerjakan dan ...""Kenapa kamu tak menjaga istrimu? Kamu seharusnya memperhatikan Sandra sebagai istri, jangan biarkan istrimu bekerja terlalu berat."Simon terdiam, tak tega rasanya be
"Pak Simon, anda sudah siap?" Alessa terlihat berbeda hari ini, membuat simon mengernyitkan alisnya heran. Sebagai pria normal, dia jelas tergoda melihat sesuatu di balik pakaian tipis dan tembus pandang yang dipakai wanita itu, disertai dengan riasan di wajahnya yang membuat Simon sedikit aneh, membuat suhu tubuh panas dingin. "Alessa, kamu tidak demam kan? Kamu ..." "Kenapa? Anda menyukainya bukan? Bagaimana menurut anda penampilanku sekarang?" Lakukan tubuhnya terlihat jelas sekali, Simon menelan ludah dibuatnya. "Bukannya kamu bilang kita akan pergi menemui nyonya Felicia? Alessa, dia itu nenek dari istriku ...""Tapi, dia menyuruh kalian bercerai kan?" Alessa menaikkan sebelah alisnya.Simon menarik nafas. "Sudahlah, ikut aku ganti pakaian, setelah itu baru pergi." "Tapi ..." Alessa tak dapat melanjutkan ucapannya, karena sang atasan bersikap tak acuh dan berlalu begitu saja. "Hu-uh."Alessa merunggut sebal."Sudahlah, ayo cepet pergi! Sampai kapan kamu berdiri di sana?" Sege
Tengah malam, Sandra terbangun dan merasa kepalanya begitu sakit, saat itu mulutnya terasa kering, dia berencana ke belakang mengambil air hangat. “Belakangan ini aku selalu tak sehat, padahal besok aku harus menghadiri kompetisi fashion terbaik.” Meski separuh ingatannya hilang, bukan berarti dia melupakan hobinya merancang busana eksklusif terbaru.“Kuharap hari pernikahan kami akan berlangsung setelah kompetisi selesai.” Sampai di ruang makan dia mengambil minuman, lalu membuka kulkas dan mengambil beberapa cemilan.“Kenapa Gerald belum menelponku?” Ia memijat keningnya dan hendak menutup kulkas sebelum kembali ke kamar.Namun, samar-samar dia mendengar suara aneh dari ruangan sebelah. “Apa orang yang tinggal di sebelah sudah kembali dari liburannya?” Sandra sedikit merinding dengan suara-suara itu, namun rasa penasarannya membuatnya diam-diam menguping ke tembok. “Ada suara seorang wanita …”“Kamu nggak takut jika ketahuan Sandra?”Suara seseorang terdengar, namun tidak terl
"Bagaimana keadaan calon istri saya dokter?" Gerald memasang tampang paling menyedihkan di antara kedua orang tua Sandra. Saat itu dokter yang memeriksanya, tersenyum memberi ketenangan. "Nada tenang saja pak Gerald. Nona Sandra hanya butuh istirahat, mungkin sebelummya dia beraktifitas banyak, jadi saya sudah memberikan resep obat dengan multivitamin di dalamnya." Tiba-tiba pintu kamar terbukanya, membuat semua mata tertuju ke arah pintu. "Alessa ..." Dia muncul bersama seorang dokter, namun ketika melihat tatapan yang menyorot, wajah dokter itu terlihat salah tingkah. Dia malu, dan berbicara dengan nada serius. "Ternyata sudah ada dokter disini, sepertinya saya datang ke tempat yang salah. Kalau begitu saya pergi, permisi." Sang dokter berbalik, namun tanpa diduga nyonya Felicia terlihat mengangkat tangannya. "Tunggu!"Langkah dokter tadi berhenti, dia lebih kaget lagi ketika nenek tua itu mendekatinya dengan kursi roda. "Mari kita bicara di luar." Dia berbisik pelan sebelum meni