Jakun pria itu bergerak-gerak, terbakar sepenuhnya oleh gairah. Benar-benar sebuah suguhan yang begitu indah di matanya. "Don ... jangan hanya memperhatikan tubuhku saja, apakah kamu tidak ingin menikmatinya?" tanya Carla, kedua matanya mulai terlihat sayu, ia senang diperhatikan sedemikian rupa oleh Donovan. Donovan tertawa, lalu ia pun menarik tubuh Carla dan meletakkan secara lembut di atas tempat tidur. Tubuh indah tanpa cela itu kini telah berada di bawah kungkungan tubuh Donovan. “Kamu sudah membayarku, jadi biarkan aku menjadi pelayanmu, Nona Carla,” ucap Donovan, suaranya terdengar serak dan berat, tidak bisa dia pungkiri, dia pun mulai terbakar napsu yang membara di dalam dirinya.“Ahhh ... Don, jangan mempermainkan aku, sudah cukup kamu menggoda dengan sentuhanmu, aku menginginkan lebih,” pinta Carla, dan Donovan hanya mengangguk. Dia akan mengabulkan permintaan Carla, memberikan kenikmatan yang diinginkan oleh wanita cantik yang sudah tidak sabar untuk saling bertukar pe
Donovan mengangguk, setidaknya tidak ada ruginya bagi Donovan untuk tidak menolak keinginan Carla. Mereka berdua akan sama-sama puas, bukankah begitu?"Tapi di luar pekerjaan, aku bukan pria yang menyenangkan, Carla," kata Donovan, tidak ada lagi embel-embel 'Nona' yang dia pakai saat berbicara dengan Carla."Tidak masalah, kamu juga perlu tahu .... aku bukan wanita yang lemah lembut," balas Carla. Lalu keduanya hanya tertawa seusai percakapan aneh tersebut.Carla meminta Donovan mengambilkan tas miliknya di atas nakas tempat tidur, lalu wanita itu mengeluarkan sesuatu, selembar kertas cek kosong, "Kamu bisa mengisi sendiri nominalnya. Aku menyukai pelayananmu."Seketika Donovan menjadi semakin bingung, bukan kah Carla sudah melakukan pembayaran pada Marion?"Tapi, kamu sudah membayar pada Marion, lalu untuk apa cek ini?""Anggap saja yang aku bayarkan pada Marion adalah haknya, untukmu ...," Carla menarikan jari-jari lentiknya di dada Donovan, "kamu bisa mengisi berapa nominal yang
Begitu membaca isi pesan dari Neil, Shania kembali membelalakkan kedua matanya, bagaimana pemuda itu bisa mengetahui nomor handphone miliknya? Dia berpikir keras dari siapa bocah ingusan itu mendapatkan nomor teleponnya, sedangkan sewaktu dirinya bersama Neil, dia belum memberikan sama sekali apa-apa yang berhubungan dengan dirinya.Oh rasanya Shania ingin sekali memaki Neil, bocah tampan menyebalkan itu benar-benar membuat tensi darahnya meningkat drastis!"Sial, bocah tengik ini senang sekali mengejekku!" geram Shania. Dia merasa semenjak Neil mulai hadir di dalam kehidupannya, kenyamanannya sedikit terganggu dan ini sangat menyebalkan baginya.Shania sejenak berpikir, apakah perlu dia memblokir Neil atau tidak?Saat Shania sedang tertegun, seseorang mendekati Shania, "Hei, kenapa kamu bengong?""Oh, Misa. Maaf, aku hanya sedang memikirkan sesuatu," jawab Shania. Misa, rekan satu kerjanya, spesialis di bagian anastesi dan obat-obatan, mereka sangat dekat, wanita itu tahu apa pun kel
Neil masih duduk di sekitar rumah sakit, pandangan matanya tertuju ke arah tempat parkir yang tidak jauh di mana dia berada saat ini, ia melihat sosok yang tidak asing baginya, "Mama?"Seorang wanita berusia sekitar 36 tahun keluar bersama seorang pria, di mana pria itu Neil pun tahu jika dia adalah dokter yang pernah berada di UGD sewaktu dirinya memeriksakan keadaannya beberapa waktu yang lalu.Neil bangkit berdiri lalu mengikuti wanita itu secara perlahan, memastikan ia memang tidak salah lihat. Wanita yang berstatus sebagai ibu kandung tetapi tidak pernah hidup bersamanya selama belasan tahun lamanya.Wanita itu sedang bersama Thomas, menggelayut mesra di lengan pria tersebut lalu mereka masuk ke dalam rumah sakit."Itu ... tidak mungkin, apa mungkin Mama dan dokter itu memiliki hubungan atau jangan-jangan?" gumam Neil, raut wajahnya terlihat cemas. Dia tidak ingin memikirkan segala kemungkinan buruk tersebut, lalu memilih pergi dari sana tanpa berpikir apa pun lagi.Sementara Don
"Aku tidak bisa memberikan pendapat apa pun, Shania. Tapi coba kamu pikirkan baik-baik jangan sampai kamu menyesal kemudian hari," kata Misa. Dia tahu saat ini rumah tangga Shania dan Thomas sedang di ambang kehancuran, tetapi apa yang dikatakan Shania barusan tidak bisa ia benarkan juga!"Aku berkata serius, lihat saja apa yang bisa aku lakukan pada Thomas, dia akan aku buat menyesal!" geram Shania dengan tatapan mata yang begitu tajam, menggambarkan betapa sakit hatinya dikhianati oleh Thomas, pria yang dia cintai, dan sudah bersama dirinya selama 12 tahun ini tapi dengan tega menyakiti dirinya dan mencampakkannya begitu saja. Misa berpikir, jika Shania bermain api, lalu setelahnya ... entah Shania atau pemuda itu, alias Neil, pada akhirnya benar-benar memiliki perasaan lantas apa yang akan Shania lakukan?"Sudah lah itu urusanku," kata Shania, lalu keduanya pun kembali saling diam. Ya, menurut Shania, hanya Neil yang bisa membantunya membalaskan apa yang ia rasakan pada Thomas. Be
Baru saja Neil ingin melanjutkan untuk menggoda istri orang tersebut, suara ponselnya membuat Neil menghentikan tingkah konyolnya. Ada sebuah pesan yang masuk di ponselnya, begitu Neil membaca pesan, raut wajahnya seketika berubah. Kesal.Mama :'Neil, Mama ingin bertemu denganmu, bisakah kita bertemu?' Tanpa membalas apa pun, ia kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku. Lalu Neil mendengus kasar, tidak ... ia akan baik-baik saja. Ia memiliki Marion, yang sudah dianggap seperti ibunya sendiri. Sekarang bukan waktunya untuk merasa kesal!Sementara Shania dan Misa sedang menatapnya, bingung dengan eskpresi wajah Neil yang mendadak seperti orang yang sedang marah."Hm, kamu ingin mengajakku berkencan karena kamu sedang bertengkar dengan kekasihmu, kan?" ejek Shania, padahal dia tidak tahu yang barusan mengirimkan pesan adalah ibu dari Neil. Wanita yang sudah menyia-nyiakan pemuda tampan itu selama belasan tahun, dan membuat rasa sakit hati berakar kuat di dalam hati Neil."Sok tahu, a
"Kamu ingin seperti itu?" tanya Thomas dengan raut wajah yang dingin, bahkan Shania sampai tidak bisa mengenali lagi Thomas, laki-laki itu benar-benar sudah tidak sama seperti dulu saat mereka masih dalam keadaan baik-baik saja.Segala romantisme yang pernah terjadi di antara mereka, nampaknya sudah terlupakan oleh Thomas?"Hm, kalau begitu aku akan mengabulkannya, Shan. Aku akan membawa Donna ke hadapan ibuku," jawab Thomas. Mendengar jawaban Thomas benar-benar membuat Shania merasakan sakit yang tidak terperihkan di dalam hatinya.Rupanya Thomas memang benar-benar ingin mengakhiri segalanya?"Kamu ... benar-benar sudah tidak memiliki perasaan apa pun, Thom? Apa semua yang terjadi di antara kita selama belasan tahun sudah terlupakan begitu saja?" tanya Shania, apa semua laki-laki seperti ini?Shania benar-benar dibuat kehilangan kata-kata oleh Thomas. Rasanya dia ingin pergi saja, entah ke mana, sulit menggambarkan bagaimana hancurnya perasaan Shania saat mengetahui jawaban Thomas."
Di tempat lain, Neil sudah berada di depan pagar rumah Shania. Pemuda itu kali ini tidak naik kendaraan umum atau jalan kaki seperti biasa. Dia sengaja membawa motor sport miliknya, khusus untuk membonceng Shania.Shania sendiri sudah melihat Neil dari jendela, ada rasa minder, apalagi jika dia dan Neil jalan beriringan, dia merasa seperti seorang kakak yang sedang memomong adiknya!"Shania, kamu sudah berpakaian rapi, siapa yang kamu tunggu?" tanya Nyonya Samantha, ibu dari Thomas. Sebetulnya sangat riskan menerima Neil menjemputnya di rumah Thomas. Pasti ibu dari Thomas itu akan mengatakan pada Thomas jika istrinya jalan dengan laki-laki muda, membiarkan dirinya dijemput di rumah orang tua suaminya sendiri."Temanku, apa ada masalah, Ibu?" jawab Shania. Samantha tidak pernah menyetujui pernikahan Thomas sejak awal, status Shania dan Thomas memang berbeda jauh. Thomas terlahir dari keluarga, dan Shania? Hanya seorang gadis biasa dari keluarga sederhana, mendapatkan beasiswa saat kuli
"Kau kenapa?" tanya Neil, wajahnya seketika bingung saat melihat Shania terdiam, apakah ada yang salah dengan ucapannya barusan?Deg!Raut wajah Shania seketika berubah saat Neil menyebutkan siapa nama wanita yang tadi disebut di hadapan mereka berdua. "Oh, pasti dia mencarimu karena dia menginginkan pelayanan darimu, kan?"Terdengar sekali dari nada bicara Shania, wanita itu saat itu seperti sedang cemburu.Ehm, cemburu?Neil mengulum senyumnya, dia tidak ingin percaya diri berlebih terlebih dahulu meski dia yakin sekali saat ini memang Shania merasa cemburu pada Catherine, biar saja untuk sementara Neil tidak akan menampik apa pun. Ia ingin tahu, apa reaksi Shania selanjutnya.Tidak, dia tidak bermaksud mengerjai Shania, tapi dicemburui seperti ini sangat menyenangkan bagi pemuda tengil satu ini."Marcus, apa saja yang dia katakan padamu kemarin? Aku memang sudah lama tidak bertemu Catherine, pasti dia ingin berbincang-bincang denganku. Secara keseluruhan, dia itu wanita yang baik,"
Cukup lama Neil terdiam, berusaha mencerna ucapan Shania. Ia percaya pada Shania tidak akan mungkin menyakiti dirinya. Wanita itu terlalu lembut, apa mungkin tega melakukannya?"Aku yakin, kau tidak akan pernah menyakitiku, Shan." Kata-kata Neil itu sebetulnya hanya sebuah penghiburan terhadap dirinya sendiri, takut menerima kenyataan jika suatu saat Shania benar-benar melakukannya.Shania tidak tahu apakah dia harus tertawa atau menangis mendengar ucapan Neil barusan. Bisa seperti itu ya? Neil mempercayai dirinya, padahal dia dan Neil belum lama mengenal satu sama lain, apakah pemuda itu terlalu naif?Neil tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Shania dan apa yang wanita itu rencanakan. "Aku hanya ingin tahu, bagaimana jika sewaktu-waktu aku menyakiti, lalu membohongimu, apakah kau juga akan membenciku?" Shania ingin memastikan seperti apa perasaan Neil jika suatu hari semua terjadi seperti yang baru saja diucapkan Shania padanya.Untuk sejenak pemnuda itu merenung, kedua matany
Shania baru saja keluar dari dalam ruangannya, satu orang pasien terakhir sudah berlalu sejak beberapa menit yang lalu, Shania terlihat menawan di mata Neil, dengan rambut yang dikuncir kuda dan riasan tipis di wajahnya."Apakah sudah tidak ada pasien lain, Shan?" tanya Neil, karena dia tidak tahu apakah saat ini Shania menemuinya karena mengambil jeda sebentar, atau memang jam kerjanya benar-benar telah berakhir."Kau tidak perlu khawatir, jam kerjaku sudah selesai, lalu sekarang kau bisa mengatakan ke mana kau akan mengajakku? Aku tidak bisa pergi terlalu lama karena aku harus mengambil pakaianku di rumah mertuaku," kata Shania."Bagaimana kalau aku ajak kau pergi ke kafe milikku? Hm ... aku akan membuatkan secangkir kopi spesial untukmu, ok?" Neil menjawab pertanyaan Shania. "Kafe milikmu? Memangnya kau memiliki kafe?" Shania terkejut dengan apa yang baru saja diucapkan Neil, apa pemuda ini sedang membohonginya? "Ya, aku memiliki kafe tidak jauh dari pusat kota. Kau pikir, aku ak
Shania memutuskan untuk mengambil setengah dari pakaian yang ia miliki dan memindahkan ke rumah Misa, masalahnya, ia merasa dirinya sudah tidak lagi dibutuhkan di rumah milik Thomas, lagi pula, pria itu sudah tidak lagi menghubungi dirinya seperti yang biasa dilakukan oleh Thomas dulu."Misa, nanti sepulang bekerja aku tidak akan langsung kembali ke rumahku, aku harus mengambil pakaian dan juga perhiasan milikku, setidaknya aku bisa menjual perhiasan jika aku membutuhkan uang untuk membekali hidupku," kata Shania. Sejujurnya Shania tidak sampai kekurangan seperti ini, ia hanya mengantisipasi saja, tidak selamanya seseorang berada di atas, bisa saja tiba-tiba ia ditimpa kemalangan. 'kan?"Kau berhati-hati lah, Shan, apa perlu aku temani?" tanya Misa. Sejujurnya, dengan situasi Shania, Misa benar-benar mengkhawatirkan wanita cantik itu."Tidak perlu, aku bisa melakukannya sendiri, Misa. Kau langsung saja kembali ke rumah, aku akan ke sana, tidak memakan waktu, aku hanya akan membawa be
"Bagus, kalau kau mengabulkannya, maka aku tidak akan berbuat macam-macam pada dirimu, kau paham?" Donna pun tertawa. Berbuat macam-macam? Thomas lebih baik berpikir 1000 kali daripada dia terkena masalah nantinya. Dia tidak ingin menambah masalah yang sudah ada dengan masalah baru. "Kau tenang saja, aku tidak akan berbuat macam-macam yang bisa membuatmu kesal. Beberapa hari lagi kau bisa pindah ke rumahku, tentu saja aku akan mengenalkanmu pada ibuku, Donna." Thomas ingin membuat kemarahan Donna reda, agar dia tidak perlu mendengarkan celotehan-celotehan wanita itu lagi. Sudah cukup pusing dibuatnya hari ini oleh Donna. "Sekarang apa lagi yang ingin kau katakan, Donna, apakah ada hal lain?" Thomas dibuatnya tidak bisa fokus dengan apa yang dikerjakan olehnya. Donna seperti sedang memantau pekerjaannya, dan ini benar-benar menjengkelkan bagi Thomas. "Tidak ada, aku ingin pulang bersamamu, apakah kau merasa keberatan jika aku pulang dengan calon suamiku sendiri? Aku tidak mau ka
Donna baru saja turun dari mobil mewahnya, dia membuka kacamata hitam yang menutupi wajahnya. Lalu dia pun masuk ke dalam rumah sakit, wanita itu akan mendatangi Thomas untuk menanyakan masalah pernikahan mereka berdua, sekaligus memberitahukan sebuah kejutan yang pasti bisa membuat Thomas mati berdiri. "Hm, kau harus melakukan sesuatu, Thomas. Menceraikan Shania dan segera menikahiku," ucap Donna seraya melangkah dengan mantap ke arah lift. Bayangan-bayangan indah mengenai pernikahan mewah dan lainnnya sudah ada di dalam pikiran Donna. Dia tidak mau tahu, pernikahan itu harus segera terjadi, jadi dia ingin memastikan kapan mereka bisa menentukan tanggal dan bulan. Beberapa orang memerhatikan Donna saat wanita itu melintas masuk ke dalam rumah sakit. Misa kebetulan baru saja hendak keluar, dan dia pun tidak lupu memerhatikan Donna, terlebih ketika wanita itu masuk ke dalam ruangan Thomas. "Siapa wanita itu?" Misa secara diam-diam saat Donna berdiri dan mengetuk pintu Thomas dia s
"Aku ingin kau membantuku melepaskan pakaian untuk mencoba lingerie ini, Donovan," kata Carla pada Donovan."Oh tentu saja, dengan senang hati aku akan membantumu," jawab Donovan tanpa ada rasa canggung. Carla bisa membayangkan sebentar lagi mereka berdua akan melakukan sesuatu yang tidak biasa.Donovan mulai melepaskan blazer, lalu dari arah belakang kedua tangannya mulai bergerak melepaskan kancing demi kancing kemeja yang dipakai Carla, setelah dia membuka kemeja tersebut, dan memperlihatkan tubuh bagian atas Carla."Carla, aku benar-benar akan menelanjangimu di sini, kau tahu aku akan melakukannya, kuharap kau jangan bersuara dengan keras, ok?" bisik Donovan, sementara kedua tangannya dari arah belakang sibuk menyentuh bagian dada Carla."Kalau aku tidak mau menahan desahanku, lalu apa yang akan kamu lakukan?" goda Carla dengan nada suara yang terdengan manja dan menggelitik Donovan. Rasanya benar-benar tidak sabar untuk tidak menikmati tubuh Carla, wanita itu sudah meruntuhkan pe
Carla pun memang sempat menginginkan Neil, dan kali ini ia pun kembali berpikir, jika saja Donovan masih belum kelihatan juga sampai nanti, maka ia akan mencoba bernegosiasi pada pemuda tampan yang terlihat begitu menggairahkan di matanya. Postur tubuh Neil benar-benar membuat debaran jantung Carla berdetak cepat tidak menentu.Dari atas panggung sendiri, Neil menyadari jika saat ini Carla tengah menatap intens ke arahnya. Begitu tatapan keduanya bertemu, dengan cepat Neil memalingkan wajah, wanita seperti Carla memang sangat menggoda. Ia ingat saat melayani Carla, wanita itu benar-benar liar di atas ranjang, tubuhnya yang seksi menggairahkan tidak bisa dipungkiri tentu menjadi idaman setiap lelaki mana pun.Sepertinya keinginan Carla tidak akan terkabul untuk bisa berkencan dengan Neil, sebab Donovan yang ia tunggu-tunggu sebelumnya pada akhirnya tiba di lokasi dan bergegas mendekati Carla."Carla?"Wanita itu menoleh, saat tahu ada Donovan di dekatnya dia pun melengos, kesal karena
Misa merasakan ada sesuatu yang lain dari Shania, sorot mata wanita yang terbiasa lembut itu kini begitu tajam dan menusuk baginya, seperti bukan dirinya saja. "Aku ingin tahu, apa yang kamu maksud dengan ..., kamu memiliki rencanamu sendiri, Shan?" Misa bertanya dengan begitu hati-hati, dia tahu saat ini Shania sedang dalam keadaan kesal, apalagi jika sudah membicarakan pengkhianatan Thomas padanya, sulit membuat Shania untuk tenang.Kesetiaan yang dia berikan dibalas dengan sebuah pengkhianatan yang sangat menyakitkan, tentu saja siapa pun pasti tidak akan bisa menerimanya. Shania memajukan posisi tubuhnya, lalu menjawab, "Iya, aku sudah memiliki rencanaku sendiri. Aku akan membalas Thomas dan juga wanita jalang yang sudah membuat aku jatuh terpuruk seperti ini, Misa."Baru kali ini Misa melihat wajah Shania yang begitu berbeda, tatapan wanita itu sangat dingin, tidak seperti biasa yang terlihat sangat hangat dan teduh. "Shan, kamu pikirkan kembali, jangan sampai dirimu terbalut d