Clayton terus menanyakan keberadaan Hanna, ia ingin bertemu sang ibu dan terus meminta Rena untuk mempertemukannya."Sus Rena, Clay kangen sama mama. Clay pengen ketemu mama," rengeknya."Tuan muda, untuk saat ini mama lagi pergi jauh dulu, nanti kalau mama sudah kembali pasti tuan muda ketemu kok," ucap Rena membujuk Clayton."Sus Rena bohong. Kemarin papa larang mama masuk rumah. Mama sudah pergi dari rumah ini. Clay mau ikut mama, Clay mau sama mama, Clay nggak mau di sini," ucap Clayton kembali yang langsung menangis.Rena merasa iba dan tak kuat menahan air mata. Ia tahu betapa sakitnya saat kita dipaksa berpisah dengan orang yang snaagt kita sayangi. Ia memeluk Clayton dan membiarkan Clayton menangis di dalam pekukannya.Clayton hiteris dan terus memanggil Hanna. Ia tak bisa di bujuk, bahkan sampai malam tiba ia pun tak mau keluar kamar untuk makan malam.Rena keluar untuk mengambil makanan, setidaknya Clayton harus makan meski di dalam kamar."Dimana Clayton?" tanya Kelvin."Tu
Hanna kembali menghubungi Rena, tapi hal yang sama tetap terjadi. Akhirnya ia memutuskan untuk mengirim pesan.Ding…Sebuah pesan masuk sebelum ia membuka aplikasi chat. [Nona Hanna, maaf saya tidak bisa mengangkat panggilan anda, karena saya takut tuan Kelvin mendengarnya.] Pesan dari Rena membuat Hanna mengerti alasan Rena selalu menolak panggilannya. Mereka pun akhirnya berkomunikasi lewat pesan.Hanna merasa sedikit tenang setelah tahu keadaan Clayton. Ia pun percaya jika Rena bisa merawat Clayton dengan baik, dan menyayangi Clayton dengan tulus. Dan hal tersebut membuat Hanna bisa tidur lelap malam ini.Pagi pun tiba, seperti biasa Rena akan membangunkan Clayton untuk bersiap ke sekolah. Namun Rena merasa terkejut saat mendapati suhu tubuh Clayton yang panas tinggi."Ya Tuhan, apa mungkin Clayton demam?" gumam Rena panik. Ia langsung mengambil termometer dan langsung mengecek suhu tubuh Clayton.Rena semakin panik saat melihat hasilnya. Suhu tubuh Clayton sudah mencapai 39 deraj
"Tuan, anda tidak menunggu saya menjemput?" tanya Haris dengan gugup."Dios mengantarku kemari," jawab Kelvin."Benarkah, apa anda akan menemui tuan muda Clayton?" Kelvin bisa melihat kegugupan Haris. "Kenapa kamu terlihat gugup?" tanyanya."Tidak tuan, saya hanya merasa terkejut anda datang di jam sekarang," jawab Haris.Kelvin tak menanggapi Haris, ia menggapai gagang pintu kamar dan membukanya. Sementara Haris tak bisa berbuat apa-apa untuk mencegah Kelvin.'Ini akan menjadi masalah besar,' batin Haris.Benar saja, saat Kelvin membuka pintu kamar rawat ia pun terlihat sangat marah. "Apa yang kamu lakukan disini?" ucapnya dengan tatapan tajam.Hanna, Rena dan Clayton pun langsung menoleh kaget ke arahnya. Bahkan Rena merasa jantungnya berhenti berdetak sejenak saat mendengar ucapan Kelvin. Ia tahu jika ucapan tersebut menandakan kedatangan Hanna tanpa sepengetahuan bosnya itu."Aku hanya ingin menjenguk anakku yang sedang sakit," jawab Hanna pelan. Ia tak ingin menimbulkan keribut
Hanna seakan tak peduli apa yang akan terjadi jika ia terus melangkah maju. Chiiiiiiiiittttttt….Tinnnn……Braakkk….. sebuah mobil menabrak pagar pembatas untuk menghindari Hanna. Sementara Hanna hanya terserempet hingga membuatnya terjatuh dan akhirnya pingsan.Hanna pun segera mendapatkan pertolongan dari orang sekitar. Setelah ia sadar, beberapa orang pun menanyakan keberadaan keluarganya, tapi ia hanya menggelengkan kepala. Hanna terlihat lemah dan enggan berbicara sepatah katapun.Sayangnya hal yang paling buruk pun terjadi. Seseorang telah mengambil isi tas Hanna. Ponsel dan dompetnya hilang, tasnya kosong sehingga tak ada orang yang bisa menolongnya untuk menghubungi keluarga atau teman dekat Hanna.Semua orang saling berdiskusi, mencari cara yang terbaik menolong Hanna. Hanna tak mempedulikan semua orang, ia kembali memaksakan tubuhnya untuk berdiri."Nona, apa anda baik-baik saja?" tanya salah satu orang.Hanna pun mengangguk. Hati dan pikiran yang kacau membuatnya tak memp
Hanna kembali menatap gadis tersebut. Senyumnya indah, dan sangat menyerukan hati."Dia anak semata wayang kami, yang pergi hanya karena rasa putus asa yang ia miliki. Hingga akhirnya aku dan suamiku hidup dalam penyesalan. Kami tidak tahu bagaimana caranya untuk menebus kesalahan kami padanya. Penyesalan ini selalu menghantui kami," ucap mbah Ruti sambil menitipkan air mata.Mbah Ruti menyeka ujung matanya, lalu ia pun menoleh ke arah Hanna. "Dia putus asa karena kami tak merestui cintanya, dan saat itu juga ia harus merelakan kekasihnya menikah dengan wanita lain. Ia putus asa karena terlalu sakit kehilangan orang yang ia cintai, hingga lupa untuk mencintai dirinya sendiri. Dan itulah alasan aku menghentikanmu untuk melakukan hal yang sama seperti putriku.""Tapi aku berbeda dengan putrimu, mbah. Aku kehilangan anakku satu-satunya, aku kehilangan dia karena dipisahkan secara paksa oleh ayahnya. Ayah yang tiba-tiba datang setelah aku dan anakku melewati semua cobaan hanya berdua. Aku
"Hanna, duduk lah. Kenalkan, ini suami saya, Aditya," ucap Ruti pada Hanna."Apa suami anda sedang sakit?" tanya Hanna."Ya, seperti yang kamu lihat. Dia terkena stroke berat dan menjadi seperti ini," jawab mbah Ruti.Tak lama kemudian Sari datang dengan membawa semangkuk bubur, ternyata itu adalah menu makan malam kakek Aditya. Ada sedikit kecanggihan saat Aditya terus menatap ke arah Hanna. Tatapan yang membuat Hanna merasa tak nyaman. Bahkan selama makan malam berlangsung, kakek Aditya terus menatapnya. Mbah Ruti menyadari itu, tapi ia enggan banyak bicara dan memaklumi apa yang dilakukan suaminya.Setelah selesai makan malam, Ruti pun meminta Sari dan Abi membawa kembali Aditya ke kamarnya. Setelah itu ia meminta Hanna untuk menemaninya di ruang tamu.Hanna mendekati mbah Ruti yang terdiam menatap foto anaknya. Hanna duduk tak jauh dari mba Ruti, hingga Wanita tersebut menoleh ke arahnya sekilas, alay kembali menatap foto yang ada di tangannya."Kami sangat merindukannya, tapi ra
Keadaan Clayton sedikit membaik pagi ini, tapi ia belum aku memakan apapun. Ia selalu meminta pada Rena agar bisa bertemu Hanna. Sayangnya Rena tak mungkin bisa mengabulkan permintaan Clayton.Sebenarnya Kelvin pun mencemaskan keadaan Clayton. Bagaimanapun juga dia adalah darah dagingnya, dan satu-satunya keluarganya yang tersisa."Kelvin," panggil seorang pria menghampirinya. Ia menarik kursi dan duduk di hadapan Kelvin. "Kamu terlihat gelisah, apa semua baik-baik saja?" tanyanya."Clayton sakit, om Iwan. Dia terus memanggil ibunya, sementara aku tidak bisa mempertemukan mereka, karena aku pun bisa memaafkan apa yang sudah dilakukan ibunya itu. Aku bingung dan benar-benar dibuat kesal," jawab Kelvin.Pria yang sebaya dengan ayah Kelvin tersebut mengangguk pelan, lalu ia menyandarkan tubuhnya. "Kenapa kamu tidak biarkan saja dia tinggal bersama Hanna?" ucap Iwan.Kelvin pun menatap ke arah Iwan. "Mana mungkin aku membiarkannya tinggal dengan wanita murahan itu? Apa menurut om Iwan dia
Mbah Ruti melihat keduanya saling tatap penuh amarah, ia pun tak ingin terlalu masuk kedalam permasalahan mereka."Hanna, kami akan menunggumu di mobil," ucap mbah Ruti. Hanna pun menganggukan kepalanya pelan."Sepertinya kamu sudah bisa hidup tanpa anakmu. Apa kamu bekerja sebagai pengasuh kakek lumpuh tadi?" ucap Kelvin memulai pembicaraan."Itu bukan urusanmu. Dan satu hal lagi yang harus kamu tahu, aku belum bisa hidup tanpa Clay, tapi untuk saat ini aku harus bertahan, meski terpaksa harus jauh darinya karena ulah manusia egois sepertimu."Kelvin menyunggingkan senyumannya saat mendengar kata egois dari mulut Hanna, yang tertuju padanya. Ia mendekat ke arah Hanna, menatapnya tajam. "Aku tidak akan melakukan semua ini jika kamu tidak melakukan hal murahan," ucapnya."Aku tidak melakukan apapun dengan pria itu, aku bahkan tidak tahu bagaimana aku ada di sana. Sejak awal kita tidak saling menyukai, tapi bukan berarti kamu patut menutup mata untuk melihat kebenaran. Ingat Kelvin Wira