Mbah Ruti melihat keduanya saling tatap penuh amarah, ia pun tak ingin terlalu masuk kedalam permasalahan mereka."Hanna, kami akan menunggumu di mobil," ucap mbah Ruti. Hanna pun menganggukan kepalanya pelan."Sepertinya kamu sudah bisa hidup tanpa anakmu. Apa kamu bekerja sebagai pengasuh kakek lumpuh tadi?" ucap Kelvin memulai pembicaraan."Itu bukan urusanmu. Dan satu hal lagi yang harus kamu tahu, aku belum bisa hidup tanpa Clay, tapi untuk saat ini aku harus bertahan, meski terpaksa harus jauh darinya karena ulah manusia egois sepertimu."Kelvin menyunggingkan senyumannya saat mendengar kata egois dari mulut Hanna, yang tertuju padanya. Ia mendekat ke arah Hanna, menatapnya tajam. "Aku tidak akan melakukan semua ini jika kamu tidak melakukan hal murahan," ucapnya."Aku tidak melakukan apapun dengan pria itu, aku bahkan tidak tahu bagaimana aku ada di sana. Sejak awal kita tidak saling menyukai, tapi bukan berarti kamu patut menutup mata untuk melihat kebenaran. Ingat Kelvin Wira
Hanna tersenyum kecil. "Kita tidak akan pernah tahu jika kita belum mencobanya bukan?""Dimana kita akan menemuinya?" tanya Aisah kembali."Entahlah, aku tidak tahu," jawab Hanna. Dan saat itu juga Aisah menepuk jidatnya. "Bahkan aku tidak bisa menghubungi Haris karena ponselku hilang," imbuh Hanna."Lalu bagaimana kita menemuinya, sedangkan dimana dia berada saja kita tidak tahu, Hanna sayang?" ucap Aisah.Hanna terdiam, ia mencoba untuk memikirkan sesuatu. Andai ponselnya tidak hilang, mungkin dia bisa menanyakan hal tersebut pada Haris."Tunggu, aku tahu dimana dia bekerja. Kita bisa datang langsung ke kantornya," ucap Hanna dengan senyuman."Kita berangkat sekarang?" tanya Aisah yang langsung mendapat anggukan dari Hanna.Mereka pun segera berangkat ke tempat kerja Jeremy. Beruntung Hanna mempunyai sahabat yang baik seperti Aisah, sahabat yang selalu ada dalam suka dan duka Hanna.Aisah dan Hanna sampai di sebuah perusahaan dimana Jeremy bekerja. Tepat saat itu jam kerja telah usa
Aisah pun ikut menoleh ke arah mobil di belakangnya. Ia pun tahu betul siapa wanita yang berada dalam mobil tersebut.Hanna langsung turun menghampiri Rebecca, tentu saja hal tersebut membuat Rebecca terkejut. "Sial, ternyata si wanita sialan itu yang menghalangi jalanku," ucap Rebecca. Ia pun turun dari mobilnya.Braaagggg….Rebecca membanting pintu mobilnya, kalau melangkah menghampiri Hanna dengan kemarahannya. "Apa kamu anggap jalan ini hanya milikmu, hah! Beraninya kamu menghalangi jalanku!" pekik Rebecca.Hanna menghentikan langkahnya, menatap Rebecca dengan tatapan penuh amarah. "Aku tidak menghalangi jalanmu, nona Rebecca yang terhormat dan amat licik," sahut Hanna. Rebecca menyunggingkan senyumannya. "Aku memang licik, dan kelicikanku berhasil menyingkirkan kamu dari rumah itu," jawabnya dengan bangga."Kamu memang bisa menyingkirkan aku dari sana, hingga membuat aku terpisah dengan anakku. Tapi kamu lupa jika hukum karma itu ada, aku yakin kebusukanmu akan menghancurkan den
"Aku pikir kamu tidak akan datang," ucap Kelvin sambil menyunggingkan senyumannya."Kamu memintaku kemari. Katakan apa yang harus aku lakukan agar aku bisa membawa Clayton bersamaku?" tanya Hanna langsung pada tujuannya."Aku tidak akan mengizinkan Clayton pergi bersamamu, aku hanya akan mengizinkan kamu bertemu dengannya," ucap Kelvin. Ia mengambil dua map biru di sampingnya, lalu meletakkannya di meja. "Cukup kamu tanda tangani ini semua, maka kamu akan aku pertemuan dengan Clayton," imbuhnya.Hanna menatap ke arah map tersebut, ia mengambilnya dan membukanya. Yang pertama ia buka adalah dokumen surat cerai, hanna pun tersenyum melihatnya. "Aku akan dengan senang hati menandatangani ini," ucapnya.Hanna mengambil pena dan tanpa pikir panjang langsung menandatanganinya. "Apa kamu juga meminta Rebecca untuk melakukan hal ini?" tanya Hanna."Itu bukan urusanmu, jadi jangan tanya hal yang tak ada urusannya denganmu," jawab Kelvin dingin.Hanna menyunggingkan senyum. "Ya, itu bukan urusa
"Clay mau ikut mama, nggak mau sama papa. Papa jahat," teriak Clayton pada Kelvin.Kelvin menatap Clayton. "Maka katakan pada ibumu agar tidak membuang waktuku, jika kamu masih ingin bersama ibumu hari ini," ucapnya."Kelvin, aku mohon. Biarkan Clayton bersamaku. Bukankah harta ini yang kamu inginkan?" "Aku tidak suka penawaran, dan kita sudah sepakat sebelumnya. Kamu menandatangani surat kuasa ini, mala aku mempertemukanmu bersama Clayton. Aku sudah mempertemukan kalian, jadi giliran memenuhi kesepakatan ini," ucap Kelvin."Kenapa kamu masih menahan Clayton, bukankah kamu hanya mementingkan harta orang tuamu ini?" ucap Hanna."Clayton tetap disini, karena itu adalah keinginan mama yang tidak bisa kamu tawar. Apa kamu mengerti? Lagi pula kamu bisa menemuinya lagi bukan?" jawab Kelvin.Hanna pun langsung mengambil pena dan menandatanganinya. "Puas?" tanya Hanna dengan tatapan tajamnya.Kelvin mengambil map tersebut, lalu ia melihatnya lagi. "Aku beri waktu kamu dua jam bersamanya, set
Kelvin yang sudah berada di kantor hanya memutar penanya tanpa bisa fokus bekerja. 'Sepertinya aku terlalu tega pada Hanna. Tapi itu satu-satunya cara agar membuat ia mengerti, jika kesalahannya tak bisa dimaafkan. Bagaimana bisa kepercayaan mama yang sudah diberikan padanya, ia hancurkan begitu saja,' batin Kelvin.Kelvin mengusap wajahnya kasar. Ada sedikit penyesalan karena ia menyadari apa yang ia lakukan terlalu berlebihan. Namun meski demikian, rasa marah ya terhadap Hanna mengalahkan simpatinya.Semenatara Clayton terus menunggu Hanna di depan pintu rumah. Ia menatap gerbang Villa setiap saat, bahkan ia tak mau makan sampai Hanna datang."Nak Clayton, makanlah dulu. Kalau nggak makan nanti Clayton bisa sakit," bujuk Rena.Clayton menggeleng pelan. "Kenapa mama belum datang juga? Bukankah mama sudah janji akan datang lagi hari ini menemui Clayton?" ucap Clayton tanpa mengalihkan pandangannya dari pintu gerbang."Mungkin jalan macet, jadi mama Clayton telat datang," ucap Rena. '
Rebecca Membawa mobilnya menuju kantor Kelvin. 'Sebentar lagi jam kerja selesai, ini waktu yang tepat untuk menemuinya. Aku bisa mengajaknya pergi setelah jam kerjanya selesai,' batin Rebecca. Ia pun turun dari mobil, melangkah dengan penuh percaya diri melewati lobi perusahaan. Rebecca tak memperdulikan ucapan para karyawan yang berbisik tentang keburukannya. Baginya itu bukan hal penting, dan ia hanya fokus pada tujuannya saat ini. Menemui Kelbin, merayunya, dan berusaha mendapatkan simpatinya agar bersedia memaafkannya.Rebecca menutup telinganya rapat-rapat setiap kali ada yang mengatakan jika dirinya yang tak tahu malu dan masih berani datang menemui Kelvin, ia pun mengabaikan tatapan sinis mereka.Tapi tidak dengan seorang karyawan yang berada satu lift dengannya saat ini. Karyawan yang sejak dulu tak pernah menyukainya."Aku pikir kamu sudah tidak berani datang lagi ke tempat ini, setelah membuat geger waktu itu. Untung saja istri pertama tuan Kelvin berhati besar mengklarifik
Rebecca tersenyum melihat kegelisahan di wajah Kelvin. Ia yakin jika Kelvin tengah bimbang dengan keputusannya.'Aku yakin kamu akan memaafkan aku, dan kembali ke pelukanku. Kamu tak bisa hidup tanpamu, Kelvin,' batin Rebecca.Kelvin mengambil kembali map di meja, ia melihatnya dan kembali meletakkannya di meja, lalu mendorongnya perlahan."Tandatangani saja, aku sudah memikirkannya dan sebaiknya memang hubungan kita cukup sampai disini," ucap Kelvin.Tentu saja ucapan Kelvin membuat Rebecca terbelalak. "Vin, coba kamu pikirkan lagi. Kamu akan menyesal, kamu hanya—""Tanda tangan saja, dan jangan banyak bicara," ucap Kelvin dingin."Vin—"Braakkk….Kelvin menggebrak meja sekuat tenaga hingga membuat Rebecca melonjak kaget. "Sudah aku katakan cukup tanda tangan saja dan jangan banyak bicara. Kamu tahu jika aku bukan orang yang mudah memberikan kesempatan! Jadi tanda tangani saja, atau segera pergi dari sini!" ucap Kelvin bernada tinggi. "Aku tidak akan mau kamu ceraikan, Vin. Aku mas
Hana menyunggingkan senyuman kecil. “Tinggal duduk saja kenapa aku harus menyuruhnya? Bukankah selama ini kamu selalu melakukan apapun tanpa aku tahu, apalagi izin dariku?” ucap Hanna yang bernada sebuah sindiran.“Sepertinya aku adalah orang yang paling buruk di hidupmu, hingga penyesalan dan apapun yang terjadi padaku saat ini tidak bisa membuatmu bisa memaafkan aku,” sahut kelvin yang langsung duduk dan menatap ke arah Hanna.“Kalau kamu sadar, maka itu lebih baik,” ucap Hana yang kembali menatap ke layar laptopnya.Hanna melirik ke arah Kelvin yang dia menatapnya. Ia pun tak mau memperdulikan hal tersebut, dan terus fokus ke layar laptop.“Jika kamu datang kemari hanya untuk menatapku, maka pergilah. Kamu hanya mengganggu konsentrasiku untuk bekerja,” ucap Hanna tanpa menoleh ke arah Kelvin sedikitpun.“Sebenarnya Ada hal penting yang ingin aku katakan padamu,” ucap Kelvin, tapi Hanna tetap tak menoleh ke arahnya.Lalu Kelvin pun mengambil sesuatu dari saku jasnya. “Aku ingin mela
Di atas sana Hanna menatap ke bawah, dengan air mata yang mengalir. “Kenapa kalian membuat aku menjadi sejahat ini? aku tidak bisa memaafkan kalian dengan mudah, itu juga karena ulah kalian sebelumnya,” gumam Hanna. Ia pun kembali menutup tirai jendelanya.Hanna berbaring di kamarnya, sementara Beni mengajak sang ibu untuk segera pulang. ”Ayo kita pulang, bu,” ucap Beni.Namun Martha menolaknya. “Aku tidak akan pulang sebelum Hanna memaafkanku,” ucapnya. “Bu dengarkan aku, Hanna tidak akan semudah itu memaafkan kita, apalagi dulu ibu mengusirnya saat dia sedang mengandung. Bahkan hanya selang satu hari setelah paman meninggal. Itu sangat menyakitkan untuknya, bu,” ucap Beni mengingatkan sang ibu.Mungkin saat ini Beni sangat berharap jika Hanna bisa memaafkan ibunya, tapi ia juga tak bisa memaksa Hanna untuk memaafkan ibunya. Ia sangat tahu bagaimana rasanya menjadi Hanna.Meski ia sempat marah kepada sang ibu, dan ibunya tidak pernah mau mendengar apa yang ia katakan hingga tetap me
“Hai Hanna?” ucap Beni sambil melambaikan tangannya ke arah Hanna.Sementara Hanna menatap ke arah wanita yang berdiri di samping Beni. Wanita tersebut tersenyum, dan saat itu juga Hanna memalingkan wajahnya.“Apa dia ibu Beni?” tanya mbah Ruti pada Hanna.Hanna menatap ke aah mbah Ruti, lalu mengangguk pelan. “Sebaiknya kita temui mereka, bagaimana pun mereka adalah tamu di rumah ini,” ucap mbah Ruti yang langsung menggandeng tangan Hanna. Mbah Ruti pun mengajak Hanna menemui Beni dan ibunya.“Hanna, apa kabar?” tanya Martha, ibu Beni pada Hanna.Hanna tak menjawab sapaan Martha, ia mengingat jelas bagaimana dia mengusirnya dan sang ayah, waktu malam hari itu hingga ayahnya meninggal sebelum meninggalkan rumahnya.“Baik, lebih baik dari waktu kau usir aku dan ayahku,” jawab Hanna dengan nada dinginnya.“Maafkan aku, aku benar-benar menyesal waktu itu mengusir kalian, aku selalu merasa bersalah dan aku selalu mencarimu, tapi tidak pernah menemukanmu,” ucap Marta.Hanna pun menyungging
Kelvin tidak mau hal yang sama seperti hari kemarin terulang. Ia sangat tahu jika Hanna tidak menginginkan kehadirannya, apalagi berada dalam satu mobil bersamanya.“Terima kasih nyonya, tapi saya masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan,” sahut Kelvin.“Baiklah kalau begitu. Kami pergi dulu,” ucap mbah Ruti.Kelvin menganngguk, lalu menatap kepergian Hana dan mbah Ruti yang berjalan berdampingan dengan Haannnaa. Kelvin menghalang nafasnya, lalu kembali masuk ke kantor.Kelvin menyandarkan tubuhnya di kursi, sambil menatap langit biru lewat jendela kantornya. “Aku tidak akan menyimpan harapan besar lagi padamu, Hanna. Aku hanya akan berusaha semampuku untuk mendapatkanmu kembali, dan jika hatimu masih sekeras batu, maka aku tidak akan memaksa,” gumam Kelvin.Setelah mengambil bunga tabur pda Abi, mereka pun langsung menuju pemakaman yang tidak terlalu jauh dari kantor tersebut. Jarak pemakaman dan kantor yang lumayan dekat, membuat mereka tak perlu terlalu memakan waktu untuk sampa
Mbah Ruti menyandarkan tubuhnya di kursi. lalu menetap Kelvin. “Jika dia memilih pria lain, maka aku harap kamu masih bisa berada di sini. Aku mempercayaimu untuk memegang perusahaan ini, karena aku tahu Hanna tidak mempunyai kemampuan itu,” sahut mbah Ruti.Kelvin pun terkekeh mendengar jawaban mbah Ruti. “Bagaimana mungkin saya bertahan di sini, sedangkan suatu saat cucu menantu anda mungkin akan lebih pandai dan lebih bijaksana memimpin perusahaan ini, daripada saya,” jawab Kelvin.Mbah Ruti menggelengkan kepalanya. “Mungkin dia mampu, dan dia lebih pandai darimu, tapi mungkin aku tidak bisa dengan mudah mempercayai darinya,” sahut mbah Ruti, membuat Kelvin terdiam sejenak.“Sudahlah, aku harus ke ruanganku. Aku yakin banyak hal yang menungguku di sana,” ucap mbah Ruti sambil berdiri, lalu melangkah pergi.Sementara Kelvin hanya menatap kepergian wanita yang tua yang berharap banyak padanya itu, hingga ia menghilang di balik pintu ruangannya.“Jika Hanna tidak bisa kembali padaku,
Hana melangkah mendekat ke arah Kelvin, lalu duduk di sebelah mbah Ruti. “Lain kali tanya saja langsung padaku, biar aku jelaskan sejelas-jelasnya apa yang ingin kamu tahu. Tidak perlu kamu bertanya pada orang lain, apalagi mbah Ruti yang tidak tahu siapa itu tante Marta, dan siapa itu Benny,” imbuhan.Nada bicara Hanna yang masih dingin membuat Kelvin merasa canggung. “Maafkan aku Hanna, jika aku mencari tahu tentangmu lewat orang lain. Aku akui, aku salah,” sahut Kelvin.Mbah Ruti menoleh ke arah Hanna, lalu menepuk tangannya. “Hanna ajaklah Kelvin untuk makan malam di sini. Hari sudah sore, aku yakin dia pasti sudah lapar setelah melakukan pekerjaan di kantor,” ucap mbah Ruti.Mbah Ruti pun menatap ke arah Kelvin sejenak, lalu kembali menatap ke arah mbah Ruti. “Jangan mengajaknya makan malam disini, aku takut jika pelayan di rumahnya sudah memasak, dan masakannya akan mubazir jika dia tidak kembali untuk makan malam,” jawab Hanna.Kelvin pun menyembunyikan senyum, ia sangat paham
Kelvin turun dari mobil, tatapannya menatap ke arah pria yang saat ini masih berbicara dengan santainya bersama Hanna.Ia menutup pintu mobil, lalu melangkah menghampiri Hanna. Ada raut kekesalan di wajahnya yang ia tahan.Hanna dan pria tersebut pun menoleh ke arah Kelvin. “Siapa dia Hanna?” tanya Kelvin. Bisa terdengar dengan jelas nada suaranya yang sangat dingin.“Hai, aku Beni,” ucap pria bernama Beni, memperkenalkan diri sebelum Hanna menjawab pertanyaan Kelvin. Ia mengulurkan tangannya ke arah Kelvin dengan senyuman yang terukir di bibirnya.“Oh,” sahut Kelvin singkat membuat Beny semakin tersenyum, atau mungkin menahan tawanya karena melihat respon Kelvin yang menurutnya aneh..Kelvin pun seperti terpaksa menerima jabatan tangan dari Beni, lalu ia menoleh ke arah Hanna. “Sepertinya kau terlihat sangat bahagia sekarang,” ucapnya. Ia menatap Hanna dan Beny bergantian. “Nikmati waktu kalian, aku akan masuk ke dalam. Maaf sudah mengganggu,” imbuh kelvin yang langsung melangkah ma
Sepertinya Hanna pun mulai tahu apa maksud Reza memanggil kakak iparnya datang ke restoran tempat ia bekerja. “Apa kau berniat mendekatkanku dengan kakak iparmu itu?” ucap Hana langsung pada intinya membuat Reza terbelalak.‘Ya Tuhan, bagaimana mereka tahu? padahal tidak ada yang mengatakan pada mereka tentang rencanaku. Apa aku yang melakukannya terlalu terang-terangan?’ batin Reza.“Oke, kamu diam itu berarti jawaban dari pertanyaanku adalah benar, bukan begitu?” ucap Hanna kembali.“Maafkan aku bu Hanna, aku hanya mencoba melakukan yang terbaik untuk Anda dan kakakku. Aku pikir kalian sama-sama membutuhkan teman hidup yang baru.” sahut Reza merasa tidak enak.Hanna memutar kedua bola matanya. “Sepertinya aku pun akan mengatakan hal yang sama seperti kakak iparmu itu. Dengar Reza, hati seseorang tidak mungkin dengan mudahnya berubah untuk berpindah ke lain hati, apalagi hati yang pernah tersakiti. Aku harap kisahku dan kisah kakak iparmu yang tak bisa memiliki keluarga kecil yang ba
Arka pun menoleh ke arah Hanna. “Saya permisi, mari,” ucap Arka dengan senyuman yang menunjukan kesopanannya.Hanna pun tersenyum kecil, lalu menatap kepergian Arka. Setelah pintu tertutup dan memastikan Arka sudah pergi, Reza pun mendekat ke arah istrinya. Mengusap rambutnya, lalu memberikan kecupan di kening sang istri.“Kamu sudah dengar sendiri kan dari Bu Hanna, jika aku adalah tipe orang yang setia. Mulai sekarang jangan terlalu berprasangka buruk, dan cepatlah puli,” ucap Reza sambil membelai kepala sang istri.Amalia pun mengangguk. “Maafkan aku yang terlalu kuatir, tapi aku seperti itu karena aku tidak mau kehilanganmu,” ucap Amelia“Aku mengerti sayang. Terima kasih sudah takut kehilanganku, aku tahu kau sangat menyayangiku,” ucap Reza.Pemandangan di depan mata Hanna tersebut membuat Hanna merasa iri. Pemandangan yang belum Hanna rasakan. Kasih sayang dan perhatian penuh dari seorang suami.“Aku akan pulang karena ini sudah sore, aku takut Clayton menungguku di rumah,” uca