Hanna kembali menatap gadis tersebut. Senyumnya indah, dan sangat menyerukan hati."Dia anak semata wayang kami, yang pergi hanya karena rasa putus asa yang ia miliki. Hingga akhirnya aku dan suamiku hidup dalam penyesalan. Kami tidak tahu bagaimana caranya untuk menebus kesalahan kami padanya. Penyesalan ini selalu menghantui kami," ucap mbah Ruti sambil menitipkan air mata.Mbah Ruti menyeka ujung matanya, lalu ia pun menoleh ke arah Hanna. "Dia putus asa karena kami tak merestui cintanya, dan saat itu juga ia harus merelakan kekasihnya menikah dengan wanita lain. Ia putus asa karena terlalu sakit kehilangan orang yang ia cintai, hingga lupa untuk mencintai dirinya sendiri. Dan itulah alasan aku menghentikanmu untuk melakukan hal yang sama seperti putriku.""Tapi aku berbeda dengan putrimu, mbah. Aku kehilangan anakku satu-satunya, aku kehilangan dia karena dipisahkan secara paksa oleh ayahnya. Ayah yang tiba-tiba datang setelah aku dan anakku melewati semua cobaan hanya berdua. Aku
"Hanna, duduk lah. Kenalkan, ini suami saya, Aditya," ucap Ruti pada Hanna."Apa suami anda sedang sakit?" tanya Hanna."Ya, seperti yang kamu lihat. Dia terkena stroke berat dan menjadi seperti ini," jawab mbah Ruti.Tak lama kemudian Sari datang dengan membawa semangkuk bubur, ternyata itu adalah menu makan malam kakek Aditya. Ada sedikit kecanggihan saat Aditya terus menatap ke arah Hanna. Tatapan yang membuat Hanna merasa tak nyaman. Bahkan selama makan malam berlangsung, kakek Aditya terus menatapnya. Mbah Ruti menyadari itu, tapi ia enggan banyak bicara dan memaklumi apa yang dilakukan suaminya.Setelah selesai makan malam, Ruti pun meminta Sari dan Abi membawa kembali Aditya ke kamarnya. Setelah itu ia meminta Hanna untuk menemaninya di ruang tamu.Hanna mendekati mbah Ruti yang terdiam menatap foto anaknya. Hanna duduk tak jauh dari mba Ruti, hingga Wanita tersebut menoleh ke arahnya sekilas, alay kembali menatap foto yang ada di tangannya."Kami sangat merindukannya, tapi ra
Keadaan Clayton sedikit membaik pagi ini, tapi ia belum aku memakan apapun. Ia selalu meminta pada Rena agar bisa bertemu Hanna. Sayangnya Rena tak mungkin bisa mengabulkan permintaan Clayton.Sebenarnya Kelvin pun mencemaskan keadaan Clayton. Bagaimanapun juga dia adalah darah dagingnya, dan satu-satunya keluarganya yang tersisa."Kelvin," panggil seorang pria menghampirinya. Ia menarik kursi dan duduk di hadapan Kelvin. "Kamu terlihat gelisah, apa semua baik-baik saja?" tanyanya."Clayton sakit, om Iwan. Dia terus memanggil ibunya, sementara aku tidak bisa mempertemukan mereka, karena aku pun bisa memaafkan apa yang sudah dilakukan ibunya itu. Aku bingung dan benar-benar dibuat kesal," jawab Kelvin.Pria yang sebaya dengan ayah Kelvin tersebut mengangguk pelan, lalu ia menyandarkan tubuhnya. "Kenapa kamu tidak biarkan saja dia tinggal bersama Hanna?" ucap Iwan.Kelvin pun menatap ke arah Iwan. "Mana mungkin aku membiarkannya tinggal dengan wanita murahan itu? Apa menurut om Iwan dia
Mbah Ruti melihat keduanya saling tatap penuh amarah, ia pun tak ingin terlalu masuk kedalam permasalahan mereka."Hanna, kami akan menunggumu di mobil," ucap mbah Ruti. Hanna pun menganggukan kepalanya pelan."Sepertinya kamu sudah bisa hidup tanpa anakmu. Apa kamu bekerja sebagai pengasuh kakek lumpuh tadi?" ucap Kelvin memulai pembicaraan."Itu bukan urusanmu. Dan satu hal lagi yang harus kamu tahu, aku belum bisa hidup tanpa Clay, tapi untuk saat ini aku harus bertahan, meski terpaksa harus jauh darinya karena ulah manusia egois sepertimu."Kelvin menyunggingkan senyumannya saat mendengar kata egois dari mulut Hanna, yang tertuju padanya. Ia mendekat ke arah Hanna, menatapnya tajam. "Aku tidak akan melakukan semua ini jika kamu tidak melakukan hal murahan," ucapnya."Aku tidak melakukan apapun dengan pria itu, aku bahkan tidak tahu bagaimana aku ada di sana. Sejak awal kita tidak saling menyukai, tapi bukan berarti kamu patut menutup mata untuk melihat kebenaran. Ingat Kelvin Wira
Hanna tersenyum kecil. "Kita tidak akan pernah tahu jika kita belum mencobanya bukan?""Dimana kita akan menemuinya?" tanya Aisah kembali."Entahlah, aku tidak tahu," jawab Hanna. Dan saat itu juga Aisah menepuk jidatnya. "Bahkan aku tidak bisa menghubungi Haris karena ponselku hilang," imbuh Hanna."Lalu bagaimana kita menemuinya, sedangkan dimana dia berada saja kita tidak tahu, Hanna sayang?" ucap Aisah.Hanna terdiam, ia mencoba untuk memikirkan sesuatu. Andai ponselnya tidak hilang, mungkin dia bisa menanyakan hal tersebut pada Haris."Tunggu, aku tahu dimana dia bekerja. Kita bisa datang langsung ke kantornya," ucap Hanna dengan senyuman."Kita berangkat sekarang?" tanya Aisah yang langsung mendapat anggukan dari Hanna.Mereka pun segera berangkat ke tempat kerja Jeremy. Beruntung Hanna mempunyai sahabat yang baik seperti Aisah, sahabat yang selalu ada dalam suka dan duka Hanna.Aisah dan Hanna sampai di sebuah perusahaan dimana Jeremy bekerja. Tepat saat itu jam kerja telah usa
Aisah pun ikut menoleh ke arah mobil di belakangnya. Ia pun tahu betul siapa wanita yang berada dalam mobil tersebut.Hanna langsung turun menghampiri Rebecca, tentu saja hal tersebut membuat Rebecca terkejut. "Sial, ternyata si wanita sialan itu yang menghalangi jalanku," ucap Rebecca. Ia pun turun dari mobilnya.Braaagggg….Rebecca membanting pintu mobilnya, kalau melangkah menghampiri Hanna dengan kemarahannya. "Apa kamu anggap jalan ini hanya milikmu, hah! Beraninya kamu menghalangi jalanku!" pekik Rebecca.Hanna menghentikan langkahnya, menatap Rebecca dengan tatapan penuh amarah. "Aku tidak menghalangi jalanmu, nona Rebecca yang terhormat dan amat licik," sahut Hanna. Rebecca menyunggingkan senyumannya. "Aku memang licik, dan kelicikanku berhasil menyingkirkan kamu dari rumah itu," jawabnya dengan bangga."Kamu memang bisa menyingkirkan aku dari sana, hingga membuat aku terpisah dengan anakku. Tapi kamu lupa jika hukum karma itu ada, aku yakin kebusukanmu akan menghancurkan den
"Aku pikir kamu tidak akan datang," ucap Kelvin sambil menyunggingkan senyumannya."Kamu memintaku kemari. Katakan apa yang harus aku lakukan agar aku bisa membawa Clayton bersamaku?" tanya Hanna langsung pada tujuannya."Aku tidak akan mengizinkan Clayton pergi bersamamu, aku hanya akan mengizinkan kamu bertemu dengannya," ucap Kelvin. Ia mengambil dua map biru di sampingnya, lalu meletakkannya di meja. "Cukup kamu tanda tangani ini semua, maka kamu akan aku pertemuan dengan Clayton," imbuhnya.Hanna menatap ke arah map tersebut, ia mengambilnya dan membukanya. Yang pertama ia buka adalah dokumen surat cerai, hanna pun tersenyum melihatnya. "Aku akan dengan senang hati menandatangani ini," ucapnya.Hanna mengambil pena dan tanpa pikir panjang langsung menandatanganinya. "Apa kamu juga meminta Rebecca untuk melakukan hal ini?" tanya Hanna."Itu bukan urusanmu, jadi jangan tanya hal yang tak ada urusannya denganmu," jawab Kelvin dingin.Hanna menyunggingkan senyum. "Ya, itu bukan urusa
"Clay mau ikut mama, nggak mau sama papa. Papa jahat," teriak Clayton pada Kelvin.Kelvin menatap Clayton. "Maka katakan pada ibumu agar tidak membuang waktuku, jika kamu masih ingin bersama ibumu hari ini," ucapnya."Kelvin, aku mohon. Biarkan Clayton bersamaku. Bukankah harta ini yang kamu inginkan?" "Aku tidak suka penawaran, dan kita sudah sepakat sebelumnya. Kamu menandatangani surat kuasa ini, mala aku mempertemukanmu bersama Clayton. Aku sudah mempertemukan kalian, jadi giliran memenuhi kesepakatan ini," ucap Kelvin."Kenapa kamu masih menahan Clayton, bukankah kamu hanya mementingkan harta orang tuamu ini?" ucap Hanna."Clayton tetap disini, karena itu adalah keinginan mama yang tidak bisa kamu tawar. Apa kamu mengerti? Lagi pula kamu bisa menemuinya lagi bukan?" jawab Kelvin.Hanna pun langsung mengambil pena dan menandatanganinya. "Puas?" tanya Hanna dengan tatapan tajamnya.Kelvin mengambil map tersebut, lalu ia melihatnya lagi. "Aku beri waktu kamu dua jam bersamanya, set
Hana menyunggingkan senyuman kecil. “Tinggal duduk saja kenapa aku harus menyuruhnya? Bukankah selama ini kamu selalu melakukan apapun tanpa aku tahu, apalagi izin dariku?” ucap Hanna yang bernada sebuah sindiran.“Sepertinya aku adalah orang yang paling buruk di hidupmu, hingga penyesalan dan apapun yang terjadi padaku saat ini tidak bisa membuatmu bisa memaafkan aku,” sahut kelvin yang langsung duduk dan menatap ke arah Hanna.“Kalau kamu sadar, maka itu lebih baik,” ucap Hana yang kembali menatap ke layar laptopnya.Hanna melirik ke arah Kelvin yang dia menatapnya. Ia pun tak mau memperdulikan hal tersebut, dan terus fokus ke layar laptop.“Jika kamu datang kemari hanya untuk menatapku, maka pergilah. Kamu hanya mengganggu konsentrasiku untuk bekerja,” ucap Hanna tanpa menoleh ke arah Kelvin sedikitpun.“Sebenarnya Ada hal penting yang ingin aku katakan padamu,” ucap Kelvin, tapi Hanna tetap tak menoleh ke arahnya.Lalu Kelvin pun mengambil sesuatu dari saku jasnya. “Aku ingin mela
Di atas sana Hanna menatap ke bawah, dengan air mata yang mengalir. “Kenapa kalian membuat aku menjadi sejahat ini? aku tidak bisa memaafkan kalian dengan mudah, itu juga karena ulah kalian sebelumnya,” gumam Hanna. Ia pun kembali menutup tirai jendelanya.Hanna berbaring di kamarnya, sementara Beni mengajak sang ibu untuk segera pulang. ”Ayo kita pulang, bu,” ucap Beni.Namun Martha menolaknya. “Aku tidak akan pulang sebelum Hanna memaafkanku,” ucapnya. “Bu dengarkan aku, Hanna tidak akan semudah itu memaafkan kita, apalagi dulu ibu mengusirnya saat dia sedang mengandung. Bahkan hanya selang satu hari setelah paman meninggal. Itu sangat menyakitkan untuknya, bu,” ucap Beni mengingatkan sang ibu.Mungkin saat ini Beni sangat berharap jika Hanna bisa memaafkan ibunya, tapi ia juga tak bisa memaksa Hanna untuk memaafkan ibunya. Ia sangat tahu bagaimana rasanya menjadi Hanna.Meski ia sempat marah kepada sang ibu, dan ibunya tidak pernah mau mendengar apa yang ia katakan hingga tetap me
“Hai Hanna?” ucap Beni sambil melambaikan tangannya ke arah Hanna.Sementara Hanna menatap ke arah wanita yang berdiri di samping Beni. Wanita tersebut tersenyum, dan saat itu juga Hanna memalingkan wajahnya.“Apa dia ibu Beni?” tanya mbah Ruti pada Hanna.Hanna menatap ke aah mbah Ruti, lalu mengangguk pelan. “Sebaiknya kita temui mereka, bagaimana pun mereka adalah tamu di rumah ini,” ucap mbah Ruti yang langsung menggandeng tangan Hanna. Mbah Ruti pun mengajak Hanna menemui Beni dan ibunya.“Hanna, apa kabar?” tanya Martha, ibu Beni pada Hanna.Hanna tak menjawab sapaan Martha, ia mengingat jelas bagaimana dia mengusirnya dan sang ayah, waktu malam hari itu hingga ayahnya meninggal sebelum meninggalkan rumahnya.“Baik, lebih baik dari waktu kau usir aku dan ayahku,” jawab Hanna dengan nada dinginnya.“Maafkan aku, aku benar-benar menyesal waktu itu mengusir kalian, aku selalu merasa bersalah dan aku selalu mencarimu, tapi tidak pernah menemukanmu,” ucap Marta.Hanna pun menyungging
Kelvin tidak mau hal yang sama seperti hari kemarin terulang. Ia sangat tahu jika Hanna tidak menginginkan kehadirannya, apalagi berada dalam satu mobil bersamanya.“Terima kasih nyonya, tapi saya masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan,” sahut Kelvin.“Baiklah kalau begitu. Kami pergi dulu,” ucap mbah Ruti.Kelvin menganngguk, lalu menatap kepergian Hana dan mbah Ruti yang berjalan berdampingan dengan Haannnaa. Kelvin menghalang nafasnya, lalu kembali masuk ke kantor.Kelvin menyandarkan tubuhnya di kursi, sambil menatap langit biru lewat jendela kantornya. “Aku tidak akan menyimpan harapan besar lagi padamu, Hanna. Aku hanya akan berusaha semampuku untuk mendapatkanmu kembali, dan jika hatimu masih sekeras batu, maka aku tidak akan memaksa,” gumam Kelvin.Setelah mengambil bunga tabur pda Abi, mereka pun langsung menuju pemakaman yang tidak terlalu jauh dari kantor tersebut. Jarak pemakaman dan kantor yang lumayan dekat, membuat mereka tak perlu terlalu memakan waktu untuk sampa
Mbah Ruti menyandarkan tubuhnya di kursi. lalu menetap Kelvin. “Jika dia memilih pria lain, maka aku harap kamu masih bisa berada di sini. Aku mempercayaimu untuk memegang perusahaan ini, karena aku tahu Hanna tidak mempunyai kemampuan itu,” sahut mbah Ruti.Kelvin pun terkekeh mendengar jawaban mbah Ruti. “Bagaimana mungkin saya bertahan di sini, sedangkan suatu saat cucu menantu anda mungkin akan lebih pandai dan lebih bijaksana memimpin perusahaan ini, daripada saya,” jawab Kelvin.Mbah Ruti menggelengkan kepalanya. “Mungkin dia mampu, dan dia lebih pandai darimu, tapi mungkin aku tidak bisa dengan mudah mempercayai darinya,” sahut mbah Ruti, membuat Kelvin terdiam sejenak.“Sudahlah, aku harus ke ruanganku. Aku yakin banyak hal yang menungguku di sana,” ucap mbah Ruti sambil berdiri, lalu melangkah pergi.Sementara Kelvin hanya menatap kepergian wanita yang tua yang berharap banyak padanya itu, hingga ia menghilang di balik pintu ruangannya.“Jika Hanna tidak bisa kembali padaku,
Hana melangkah mendekat ke arah Kelvin, lalu duduk di sebelah mbah Ruti. “Lain kali tanya saja langsung padaku, biar aku jelaskan sejelas-jelasnya apa yang ingin kamu tahu. Tidak perlu kamu bertanya pada orang lain, apalagi mbah Ruti yang tidak tahu siapa itu tante Marta, dan siapa itu Benny,” imbuhan.Nada bicara Hanna yang masih dingin membuat Kelvin merasa canggung. “Maafkan aku Hanna, jika aku mencari tahu tentangmu lewat orang lain. Aku akui, aku salah,” sahut Kelvin.Mbah Ruti menoleh ke arah Hanna, lalu menepuk tangannya. “Hanna ajaklah Kelvin untuk makan malam di sini. Hari sudah sore, aku yakin dia pasti sudah lapar setelah melakukan pekerjaan di kantor,” ucap mbah Ruti.Mbah Ruti pun menatap ke arah Kelvin sejenak, lalu kembali menatap ke arah mbah Ruti. “Jangan mengajaknya makan malam disini, aku takut jika pelayan di rumahnya sudah memasak, dan masakannya akan mubazir jika dia tidak kembali untuk makan malam,” jawab Hanna.Kelvin pun menyembunyikan senyum, ia sangat paham
Kelvin turun dari mobil, tatapannya menatap ke arah pria yang saat ini masih berbicara dengan santainya bersama Hanna.Ia menutup pintu mobil, lalu melangkah menghampiri Hanna. Ada raut kekesalan di wajahnya yang ia tahan.Hanna dan pria tersebut pun menoleh ke arah Kelvin. “Siapa dia Hanna?” tanya Kelvin. Bisa terdengar dengan jelas nada suaranya yang sangat dingin.“Hai, aku Beni,” ucap pria bernama Beni, memperkenalkan diri sebelum Hanna menjawab pertanyaan Kelvin. Ia mengulurkan tangannya ke arah Kelvin dengan senyuman yang terukir di bibirnya.“Oh,” sahut Kelvin singkat membuat Beny semakin tersenyum, atau mungkin menahan tawanya karena melihat respon Kelvin yang menurutnya aneh..Kelvin pun seperti terpaksa menerima jabatan tangan dari Beni, lalu ia menoleh ke arah Hanna. “Sepertinya kau terlihat sangat bahagia sekarang,” ucapnya. Ia menatap Hanna dan Beny bergantian. “Nikmati waktu kalian, aku akan masuk ke dalam. Maaf sudah mengganggu,” imbuh kelvin yang langsung melangkah ma
Sepertinya Hanna pun mulai tahu apa maksud Reza memanggil kakak iparnya datang ke restoran tempat ia bekerja. “Apa kau berniat mendekatkanku dengan kakak iparmu itu?” ucap Hana langsung pada intinya membuat Reza terbelalak.‘Ya Tuhan, bagaimana mereka tahu? padahal tidak ada yang mengatakan pada mereka tentang rencanaku. Apa aku yang melakukannya terlalu terang-terangan?’ batin Reza.“Oke, kamu diam itu berarti jawaban dari pertanyaanku adalah benar, bukan begitu?” ucap Hanna kembali.“Maafkan aku bu Hanna, aku hanya mencoba melakukan yang terbaik untuk Anda dan kakakku. Aku pikir kalian sama-sama membutuhkan teman hidup yang baru.” sahut Reza merasa tidak enak.Hanna memutar kedua bola matanya. “Sepertinya aku pun akan mengatakan hal yang sama seperti kakak iparmu itu. Dengar Reza, hati seseorang tidak mungkin dengan mudahnya berubah untuk berpindah ke lain hati, apalagi hati yang pernah tersakiti. Aku harap kisahku dan kisah kakak iparmu yang tak bisa memiliki keluarga kecil yang ba
Arka pun menoleh ke arah Hanna. “Saya permisi, mari,” ucap Arka dengan senyuman yang menunjukan kesopanannya.Hanna pun tersenyum kecil, lalu menatap kepergian Arka. Setelah pintu tertutup dan memastikan Arka sudah pergi, Reza pun mendekat ke arah istrinya. Mengusap rambutnya, lalu memberikan kecupan di kening sang istri.“Kamu sudah dengar sendiri kan dari Bu Hanna, jika aku adalah tipe orang yang setia. Mulai sekarang jangan terlalu berprasangka buruk, dan cepatlah puli,” ucap Reza sambil membelai kepala sang istri.Amalia pun mengangguk. “Maafkan aku yang terlalu kuatir, tapi aku seperti itu karena aku tidak mau kehilanganmu,” ucap Amelia“Aku mengerti sayang. Terima kasih sudah takut kehilanganku, aku tahu kau sangat menyayangiku,” ucap Reza.Pemandangan di depan mata Hanna tersebut membuat Hanna merasa iri. Pemandangan yang belum Hanna rasakan. Kasih sayang dan perhatian penuh dari seorang suami.“Aku akan pulang karena ini sudah sore, aku takut Clayton menungguku di rumah,” uca