Hanna mulai kehilangan kesadarannya, sayangnya tak ada satu orang pun yang lewat gang tersebut, hingga tidak ada yang bisa menolong Hanna. Sementara Kelvin menggendong Clayton turun dari mobil, karena Clayton sudah tertidur. Mungkin ia terlalu capek saat bermain, sehingga ia pun tidur saat perjalanan pulang.Kelvin membaringkan Clayton di kamarnya, lalu keluar secara perlahan. Ia membuka ponselnya, ada empat kali panggilan tak terjaga dari Rebecca, mungkin lebih tepatnya sengaja ia abaikan.Drtttt… drtttt…Entah kebetulan atau bagaimana, di saat itu juga ponsek Kelvin kembali berdering dan nama Rebecca tertulis jelas di layar ponselnya. Kali ini Kelvin pun mengangkatnya."Halo Kelvin." beberapa kali Rebecca menyebut nama Kelvin, tapi Kelvin tak meresponnya. "Kelvin, apa kamu mendengarkan aku?" ucap Rebecca kembali. Suaranya pelan dan serak sekaan menandakan jika saat ini ia tengah bersedih."Katakan apa tujuan kamu menghubungiku lagi?" tanya Kelvin dengan nada suara dingin."Kelvin,
Rebecca menyeka ujung matanya, ia menunjukan kesedihannya dihadapan Kelvin. "Aku melakukan hal yang sma adenganmu, Vin," jawabnya.Kelvin mengernyitkan dahinya, merasa heran dengan apa yang diucapkan Rebecca."Aku mendapat pesan dari nomor tidak dikenal agar datang ke hotel ini. Aku datang karena ingin mencari Jeremy," ucap Rebecca.Kelvin menoleh ke arah Haris, ia pun kembali melangkah tanpa mengucapkan sepatah kayapun pada Rebecca. Setelah mendapat kunci kamar yang mereka pinta, mereka pun sampai di lantai kamar hotel yang dituju, dan mereka pun bergegas mencari nomor kamar yang sudah di kirim pada mereka lewat pesan."Kamar hotel yang sama. Jangan-jangan," ucap Rebecca sambil menutup mulutnya yang ternganga.Kelvin segera membuka kamar hotel tersebut, dan segera membukanya. "Jeremy!" teriak Rebecca saat melihat siapa yang berada di atas ranjang.Kelvin terlihat mengepalkan tangannya, ia tak habis pikir dengan apa yang ia lihat.Hanna di bawah selimut dkamapelukan Jeremy. Pemandang
"Clay," ucap Hanna menatap Clayton yang berdiri di ambang pintu sambil mengucek matanya."Mama kenapa duduk di lantai?" tanya Clayton dengan polosnya. Ia melangkah hendak menghampiri Hanna, tapi seketika itu juga Kelvin menahannya."Kelvin, aku akan pergi dari rumah ini, tapi biarkan Clayton ikut bersamaku," ucap Hanna. Ia berdiri tegak, ia tidak merasa takut karena merasa benar."Clayton tidak akan pergi kemana-mana, apa lagi ikut denganmu," ucap Kelvin dengan tatapan dinginnya."Aku berani bersumpah jika aku di jebak oleh Rebecca. Tolong biarkan aku pergi dari rumah ini dengan anakku," ucap Hanna kembali memohon pada Kelvin."Rena!" teriak Kelvin manggil pengasuh Clayton.Rena yang sebenarnya mendengarkan dari balik tembok dapur segera berlari menghampiri Kelvin. "Iya tuan," ucapnya saat ia sudah berdiri tak jauh dari Kelvin."Bawa Clayton ke kamarnya," pinta Kelvin."Nggak mau, Clayton mau sama mama," rengek Clayton yang mulai mengerti situasi."Clayton! Masuk kamar!" bentak Kelvin
Hanna sudah sampai di rumah Rita, adik dari ayah Haris yang sudah meninggal. Di sana Rota pun sudah menunggu kedatangan Hanna. "Nona Hanna," ucap Rita menyambut kedatangan Hanna."Jangan panggil aku nona, panggil saja Hanna. Aku bukan lagi bagian dari keluarga menyebabkan itu," ucap Hanna."Nak Hanna, Masuklah," ucap Rita. Ia sudah mendengar semuanya dari Haris, dan ia sangat mengerti perasaan Hanna saat ini.Hanna pun menurut, ia masuk ke dalam rumah dan di pernikahan untuk istirahat di kamar yang sudah di sediakan. Namun, sudah hampir jam tiga dini hari, Hanna tak kunjung terlelap. Ia terus menangis meratapi nasibnya, meringkuk di atas ranjang di selimut kesedihan.Di tempat lain, Rebecca dan Jeremy tengah berpesta. Mereka menikmati malam dengan permainan panas hingga dini hari."Sayang, hentikan aku lelah. Kita sudah dua rindu dengan durasi lama. Aku mengantuk," ucap Rebecca lirih saat tubuhnya kembali di tindih oleh Jeremy."Kamu sudah berjanji padaku, jika rencanaku berhasil mak
Suara pria yang tak lain adalah Jeremy membuat Hanna merasa kesal. Ia mengepalkan tangannya menahan amarah."Bajingan, apa yang kamu inginkan dariku sehingga menjebakku?" tanya Hanna dengan anda bicara yang dingin."Eemmm, entahlah. Mungkin karena kamu adalah orang yang sudah merusak semua rencanaku," jawab Jeremy."Kamu benar-benar bajingan. Kamu dan Rebecca adalah ular berbicara," ucap Hanna."Hahhaha! Terserah anda mau mengatakan saya ini apa, nona Hanna. Tapi asal anda tahu, sebentar lagi semua rencanaku akan kembali berjalan mulus tanpa hambatan. Hahahah. Nona Hanna, temui Aku di hotel malam ini, mala aku berjanji padamu untuk tidak mengusik hidupmu lagi," ucap Jeremy."Persetan denganmu. Apa kamu pikir aku sudi menemuimu, setelah menjebakku?" ucap Hanna penuh rasa kesal."Baiklah, tapi kita lihat saja. Aku yakin kamu akan bisa aku miliki. Hahahaha."Sambungan pun terputus. Hanna segera melihat nomor yang baru saja menghubunginya. Namun sayangnya, nomor tersebut di sembunyikan
Hanna langsung terduduk di atas lututnya, sambil mengatupkan kedua telapak tangannya. "Aku mohon, beri aku kesempatan untuk bisa bersama Clayton. Dia adalah bagian dari hidupku," ucap Hanna. Ia memohon pada Kelvin hingga berlutut padanya."Aku tidak akan memberikan kesempatan bagi wanita hina sepertimu Hanna," jawab Kelvin lalu ia pun berlalu. Kelvin terlihat mengatakan sesuatu pada Haris sebelum ia masuk kedalam rumahnya.Haris menghampiri Hanna, ia mensejajarkan tubuhnya dengan Hanna yang masih berlutut.“Nona Hanna, sebaiknya anda jangan pernah datang kemari lagi. Ini demi kebaikan anda dan tuan muda Clayton,” ucap Haris. Ternyata Kelvin meminta Harris agar mengusir Hanna.Hanna menoleh ke arah Haris, air matanya berlinang. Ia tak menyangka jika Haris akan mengusirnya lagi, ia lebih tak menyangka jika ternyata seorang Kelvin benar-benar tak memiliki hati nurani.“Aku ingin anakku. Dia adalah bagian hidupku. Apa kamu tahu jika aku tak akan bisa hidup tanpanya?” ucap Hanna.“Nona Ha
Clayton terus menanyakan keberadaan Hanna, ia ingin bertemu sang ibu dan terus meminta Rena untuk mempertemukannya."Sus Rena, Clay kangen sama mama. Clay pengen ketemu mama," rengeknya."Tuan muda, untuk saat ini mama lagi pergi jauh dulu, nanti kalau mama sudah kembali pasti tuan muda ketemu kok," ucap Rena membujuk Clayton."Sus Rena bohong. Kemarin papa larang mama masuk rumah. Mama sudah pergi dari rumah ini. Clay mau ikut mama, Clay mau sama mama, Clay nggak mau di sini," ucap Clayton kembali yang langsung menangis.Rena merasa iba dan tak kuat menahan air mata. Ia tahu betapa sakitnya saat kita dipaksa berpisah dengan orang yang snaagt kita sayangi. Ia memeluk Clayton dan membiarkan Clayton menangis di dalam pekukannya.Clayton hiteris dan terus memanggil Hanna. Ia tak bisa di bujuk, bahkan sampai malam tiba ia pun tak mau keluar kamar untuk makan malam.Rena keluar untuk mengambil makanan, setidaknya Clayton harus makan meski di dalam kamar."Dimana Clayton?" tanya Kelvin."Tu
Hanna kembali menghubungi Rena, tapi hal yang sama tetap terjadi. Akhirnya ia memutuskan untuk mengirim pesan.Ding…Sebuah pesan masuk sebelum ia membuka aplikasi chat. [Nona Hanna, maaf saya tidak bisa mengangkat panggilan anda, karena saya takut tuan Kelvin mendengarnya.] Pesan dari Rena membuat Hanna mengerti alasan Rena selalu menolak panggilannya. Mereka pun akhirnya berkomunikasi lewat pesan.Hanna merasa sedikit tenang setelah tahu keadaan Clayton. Ia pun percaya jika Rena bisa merawat Clayton dengan baik, dan menyayangi Clayton dengan tulus. Dan hal tersebut membuat Hanna bisa tidur lelap malam ini.Pagi pun tiba, seperti biasa Rena akan membangunkan Clayton untuk bersiap ke sekolah. Namun Rena merasa terkejut saat mendapati suhu tubuh Clayton yang panas tinggi."Ya Tuhan, apa mungkin Clayton demam?" gumam Rena panik. Ia langsung mengambil termometer dan langsung mengecek suhu tubuh Clayton.Rena semakin panik saat melihat hasilnya. Suhu tubuh Clayton sudah mencapai 39 deraj
Hana menyunggingkan senyuman kecil. “Tinggal duduk saja kenapa aku harus menyuruhnya? Bukankah selama ini kamu selalu melakukan apapun tanpa aku tahu, apalagi izin dariku?” ucap Hanna yang bernada sebuah sindiran.“Sepertinya aku adalah orang yang paling buruk di hidupmu, hingga penyesalan dan apapun yang terjadi padaku saat ini tidak bisa membuatmu bisa memaafkan aku,” sahut kelvin yang langsung duduk dan menatap ke arah Hanna.“Kalau kamu sadar, maka itu lebih baik,” ucap Hana yang kembali menatap ke layar laptopnya.Hanna melirik ke arah Kelvin yang dia menatapnya. Ia pun tak mau memperdulikan hal tersebut, dan terus fokus ke layar laptop.“Jika kamu datang kemari hanya untuk menatapku, maka pergilah. Kamu hanya mengganggu konsentrasiku untuk bekerja,” ucap Hanna tanpa menoleh ke arah Kelvin sedikitpun.“Sebenarnya Ada hal penting yang ingin aku katakan padamu,” ucap Kelvin, tapi Hanna tetap tak menoleh ke arahnya.Lalu Kelvin pun mengambil sesuatu dari saku jasnya. “Aku ingin mela
Di atas sana Hanna menatap ke bawah, dengan air mata yang mengalir. “Kenapa kalian membuat aku menjadi sejahat ini? aku tidak bisa memaafkan kalian dengan mudah, itu juga karena ulah kalian sebelumnya,” gumam Hanna. Ia pun kembali menutup tirai jendelanya.Hanna berbaring di kamarnya, sementara Beni mengajak sang ibu untuk segera pulang. ”Ayo kita pulang, bu,” ucap Beni.Namun Martha menolaknya. “Aku tidak akan pulang sebelum Hanna memaafkanku,” ucapnya. “Bu dengarkan aku, Hanna tidak akan semudah itu memaafkan kita, apalagi dulu ibu mengusirnya saat dia sedang mengandung. Bahkan hanya selang satu hari setelah paman meninggal. Itu sangat menyakitkan untuknya, bu,” ucap Beni mengingatkan sang ibu.Mungkin saat ini Beni sangat berharap jika Hanna bisa memaafkan ibunya, tapi ia juga tak bisa memaksa Hanna untuk memaafkan ibunya. Ia sangat tahu bagaimana rasanya menjadi Hanna.Meski ia sempat marah kepada sang ibu, dan ibunya tidak pernah mau mendengar apa yang ia katakan hingga tetap me
“Hai Hanna?” ucap Beni sambil melambaikan tangannya ke arah Hanna.Sementara Hanna menatap ke arah wanita yang berdiri di samping Beni. Wanita tersebut tersenyum, dan saat itu juga Hanna memalingkan wajahnya.“Apa dia ibu Beni?” tanya mbah Ruti pada Hanna.Hanna menatap ke aah mbah Ruti, lalu mengangguk pelan. “Sebaiknya kita temui mereka, bagaimana pun mereka adalah tamu di rumah ini,” ucap mbah Ruti yang langsung menggandeng tangan Hanna. Mbah Ruti pun mengajak Hanna menemui Beni dan ibunya.“Hanna, apa kabar?” tanya Martha, ibu Beni pada Hanna.Hanna tak menjawab sapaan Martha, ia mengingat jelas bagaimana dia mengusirnya dan sang ayah, waktu malam hari itu hingga ayahnya meninggal sebelum meninggalkan rumahnya.“Baik, lebih baik dari waktu kau usir aku dan ayahku,” jawab Hanna dengan nada dinginnya.“Maafkan aku, aku benar-benar menyesal waktu itu mengusir kalian, aku selalu merasa bersalah dan aku selalu mencarimu, tapi tidak pernah menemukanmu,” ucap Marta.Hanna pun menyungging
Kelvin tidak mau hal yang sama seperti hari kemarin terulang. Ia sangat tahu jika Hanna tidak menginginkan kehadirannya, apalagi berada dalam satu mobil bersamanya.“Terima kasih nyonya, tapi saya masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan,” sahut Kelvin.“Baiklah kalau begitu. Kami pergi dulu,” ucap mbah Ruti.Kelvin menganngguk, lalu menatap kepergian Hana dan mbah Ruti yang berjalan berdampingan dengan Haannnaa. Kelvin menghalang nafasnya, lalu kembali masuk ke kantor.Kelvin menyandarkan tubuhnya di kursi, sambil menatap langit biru lewat jendela kantornya. “Aku tidak akan menyimpan harapan besar lagi padamu, Hanna. Aku hanya akan berusaha semampuku untuk mendapatkanmu kembali, dan jika hatimu masih sekeras batu, maka aku tidak akan memaksa,” gumam Kelvin.Setelah mengambil bunga tabur pda Abi, mereka pun langsung menuju pemakaman yang tidak terlalu jauh dari kantor tersebut. Jarak pemakaman dan kantor yang lumayan dekat, membuat mereka tak perlu terlalu memakan waktu untuk sampa
Mbah Ruti menyandarkan tubuhnya di kursi. lalu menetap Kelvin. “Jika dia memilih pria lain, maka aku harap kamu masih bisa berada di sini. Aku mempercayaimu untuk memegang perusahaan ini, karena aku tahu Hanna tidak mempunyai kemampuan itu,” sahut mbah Ruti.Kelvin pun terkekeh mendengar jawaban mbah Ruti. “Bagaimana mungkin saya bertahan di sini, sedangkan suatu saat cucu menantu anda mungkin akan lebih pandai dan lebih bijaksana memimpin perusahaan ini, daripada saya,” jawab Kelvin.Mbah Ruti menggelengkan kepalanya. “Mungkin dia mampu, dan dia lebih pandai darimu, tapi mungkin aku tidak bisa dengan mudah mempercayai darinya,” sahut mbah Ruti, membuat Kelvin terdiam sejenak.“Sudahlah, aku harus ke ruanganku. Aku yakin banyak hal yang menungguku di sana,” ucap mbah Ruti sambil berdiri, lalu melangkah pergi.Sementara Kelvin hanya menatap kepergian wanita yang tua yang berharap banyak padanya itu, hingga ia menghilang di balik pintu ruangannya.“Jika Hanna tidak bisa kembali padaku,
Hana melangkah mendekat ke arah Kelvin, lalu duduk di sebelah mbah Ruti. “Lain kali tanya saja langsung padaku, biar aku jelaskan sejelas-jelasnya apa yang ingin kamu tahu. Tidak perlu kamu bertanya pada orang lain, apalagi mbah Ruti yang tidak tahu siapa itu tante Marta, dan siapa itu Benny,” imbuhan.Nada bicara Hanna yang masih dingin membuat Kelvin merasa canggung. “Maafkan aku Hanna, jika aku mencari tahu tentangmu lewat orang lain. Aku akui, aku salah,” sahut Kelvin.Mbah Ruti menoleh ke arah Hanna, lalu menepuk tangannya. “Hanna ajaklah Kelvin untuk makan malam di sini. Hari sudah sore, aku yakin dia pasti sudah lapar setelah melakukan pekerjaan di kantor,” ucap mbah Ruti.Mbah Ruti pun menatap ke arah Kelvin sejenak, lalu kembali menatap ke arah mbah Ruti. “Jangan mengajaknya makan malam disini, aku takut jika pelayan di rumahnya sudah memasak, dan masakannya akan mubazir jika dia tidak kembali untuk makan malam,” jawab Hanna.Kelvin pun menyembunyikan senyum, ia sangat paham
Kelvin turun dari mobil, tatapannya menatap ke arah pria yang saat ini masih berbicara dengan santainya bersama Hanna.Ia menutup pintu mobil, lalu melangkah menghampiri Hanna. Ada raut kekesalan di wajahnya yang ia tahan.Hanna dan pria tersebut pun menoleh ke arah Kelvin. “Siapa dia Hanna?” tanya Kelvin. Bisa terdengar dengan jelas nada suaranya yang sangat dingin.“Hai, aku Beni,” ucap pria bernama Beni, memperkenalkan diri sebelum Hanna menjawab pertanyaan Kelvin. Ia mengulurkan tangannya ke arah Kelvin dengan senyuman yang terukir di bibirnya.“Oh,” sahut Kelvin singkat membuat Beny semakin tersenyum, atau mungkin menahan tawanya karena melihat respon Kelvin yang menurutnya aneh..Kelvin pun seperti terpaksa menerima jabatan tangan dari Beni, lalu ia menoleh ke arah Hanna. “Sepertinya kau terlihat sangat bahagia sekarang,” ucapnya. Ia menatap Hanna dan Beny bergantian. “Nikmati waktu kalian, aku akan masuk ke dalam. Maaf sudah mengganggu,” imbuh kelvin yang langsung melangkah ma
Sepertinya Hanna pun mulai tahu apa maksud Reza memanggil kakak iparnya datang ke restoran tempat ia bekerja. “Apa kau berniat mendekatkanku dengan kakak iparmu itu?” ucap Hana langsung pada intinya membuat Reza terbelalak.‘Ya Tuhan, bagaimana mereka tahu? padahal tidak ada yang mengatakan pada mereka tentang rencanaku. Apa aku yang melakukannya terlalu terang-terangan?’ batin Reza.“Oke, kamu diam itu berarti jawaban dari pertanyaanku adalah benar, bukan begitu?” ucap Hanna kembali.“Maafkan aku bu Hanna, aku hanya mencoba melakukan yang terbaik untuk Anda dan kakakku. Aku pikir kalian sama-sama membutuhkan teman hidup yang baru.” sahut Reza merasa tidak enak.Hanna memutar kedua bola matanya. “Sepertinya aku pun akan mengatakan hal yang sama seperti kakak iparmu itu. Dengar Reza, hati seseorang tidak mungkin dengan mudahnya berubah untuk berpindah ke lain hati, apalagi hati yang pernah tersakiti. Aku harap kisahku dan kisah kakak iparmu yang tak bisa memiliki keluarga kecil yang ba
Arka pun menoleh ke arah Hanna. “Saya permisi, mari,” ucap Arka dengan senyuman yang menunjukan kesopanannya.Hanna pun tersenyum kecil, lalu menatap kepergian Arka. Setelah pintu tertutup dan memastikan Arka sudah pergi, Reza pun mendekat ke arah istrinya. Mengusap rambutnya, lalu memberikan kecupan di kening sang istri.“Kamu sudah dengar sendiri kan dari Bu Hanna, jika aku adalah tipe orang yang setia. Mulai sekarang jangan terlalu berprasangka buruk, dan cepatlah puli,” ucap Reza sambil membelai kepala sang istri.Amalia pun mengangguk. “Maafkan aku yang terlalu kuatir, tapi aku seperti itu karena aku tidak mau kehilanganmu,” ucap Amelia“Aku mengerti sayang. Terima kasih sudah takut kehilanganku, aku tahu kau sangat menyayangiku,” ucap Reza.Pemandangan di depan mata Hanna tersebut membuat Hanna merasa iri. Pemandangan yang belum Hanna rasakan. Kasih sayang dan perhatian penuh dari seorang suami.“Aku akan pulang karena ini sudah sore, aku takut Clayton menungguku di rumah,” uca