"Pak Rian tidak usah khawatir karena Melati akan tetap menikah hari ini dan akan menjadi menantu saya!"
"Tapi pak, bagaimana bisa? Bukan kah Rifaldi harus bertanggung jawab dan menikahi wanita lain!" sahut Pak Rian."Benar pak, tapi saya akan menikahkan Melati dengan anak tertua saya Devan sebagai pengganti Rifaldi. Saya tahu ini tidak masuk akal tapi mungkin saja ini adalah permainan Tuhan pak. Demi kehormatan keluarga bapa dan yang lainnya, saya harap pak Rian bisa mempertimbangkan semua ini!" ucap pak Hardi dengan tegas."Mungkin ini jalan satu-satunya untuk menyelamatkan masa depan putriku, aku tidak mau Melati menanggung malu karena telah gagal menikah, aku takut tidak akan ada pria manapun yang mau menikahi Melati nantinya!" ucap pak Rian dalam hatinya."Saya setuju dengan pernikahan ini pak!" jawab pak Rian tanpa ragu."Syukurlah pak, saya senang mendengar keputusan pak Rian!""Tapi Ayah!" bantah Melati."Nak, tolong kamu setuju dengan pernikahan ini. Ayah tidak punya pilihan lain lagi, ayah tidak ingin kamu dikucilkan nantinya. Demi ayah dan ibu Melati, ayah mohon sama kamu untuk mau melanjutkan pernikahan ini!" ucap pak Rian dengan tatapan sedih."Baiklah!" jawab singkat Melati sambil berurai air mata"Demi ayah dan ibu, dan menjaga kehormatan keluargaku ini. Aku rela menikah dengan laki-laki yang sangat asing bagiku, bahkan yang sama sekali tidak aku kenal!" ucap Melati dalam hati nya.Begitu pak Hardi ingin melangkahkan kakinya keluar, pak Hardi begitu kaget melihat Devan yang sudah berdiri di depan pintu kamar dan mendengar semuanya. Belum sempat pak Hardi bicara Devan langsung pergi dengan tatapan marah."Devan tunggu!" teriak pak Hardi menyusul Devan."Devan tunggu dulu sebentar, papa mau bicara!" pinta pak Hardi menahan Devan yang hendak akan pergi."Aku sudah tahu apa yang akan papa katakan sama aku, jika papa meminta aku untuk menggantikan Rifaldi menikahi gadis itu aku tidak akan mau pah!" sahut Devan menolaknya dengan tegas."Devan, hanya kamu satu-satunya yang bisa papa harapkan. Ini tentang keluarga kita, tentang nama baik dan kehormatan keluarga kita!""Bukan kita pah, tapi papa. Ini untuk nama baik papa, kenapa harus aku yang menanggung kesalahan atas apa yang Rifaldi buat. Biarkan saja Rifaldi menyelesaikan masalahnya sendiri.""Papa tahu hubungan kamu dengan adikmu itu kurang baik, tapi papa mohon sama kamu. Papa tidak mungkin membiarkan keluarga ini menanggung malu dan penderitaan seperti ini Devan. Papa juga tahu kalau ini memang murni kesalahan Rifaldi. Tapi tolong kamu pikirkan perasaan Melati yang d tinggal menikah oleh Rifaldi dihari pernikahannya sendiri. Karena insiden ini membuat ayahnya jatuh sakit!" ucap pak Hardi sambil memohon."Devan.. " panggil Oma Laksmi yang membuat Devan menoleh kebelakang."Kamu pernah bilang kan sama Oma, kalau kamu janji akan menuruti semua keinginan oma apapun itu? Dan hari ini oma akan meminta janji itu dari kamu!" ucap Oma Laksmi."Iyah Oma, Devan masih ingat itu dan Devan tidak akan pernah lupa!" sahut Devan."Lalu apa kamu sudah siap untuk menuruti keinginan oma ini?" tanya Oma Laksmi."Apa itu Oma?" Sahut Devan bertanya kembali."Menikah lah dengan Melati!" pinta Oma Laksmi yang membuat Devan terkejut."Oma, itu hal yang tidak mungkin. Oma bisa meminta apapun yang oma mau tapi tidak dengan hal ini Oma, aku tidak bisa menikahi gadis yang sama sekali tidak aku kenal!" sahut Devan menolak."Oma mohon sama kamu Devan, Melati gadis yang sangat baik dan dia juga sangat cantik. Oma sudah sejak lama sangat menginginkan Melati bisa menjadi menantu dirumah kita, tapi adikmu Rifaldi malah menghancurkan harapan Oma!"Devan pun mulai berpikir sejenak.."Apa Oma sangat menyukai gadis itu?" tanya Devan.Oma Laksmi pun mengangguk sambil menangis dan memohon pada Devan.Devan yang dari kecil sangat dekat dengan neneknya itu tidak punya pilihan lain lagi selain menuruti permintaan neneknya."Baiklah Oma, aku akan menikahinya. Tapi aku menikahi gadis itu bukan untuk menyelamatkan Rifaldi dari kesalahannya, aku lakukan semua ini demi Oma dan atas permintaan Oma.""Terima kasih Devan , Oma sangat yakin kalau kamu tidak akan pernah membuat Oma kecewa. Melati adalah wanita yang Oma pilihkan untuk kamu jadikan seorang istri, Oma minta kamu untuk selalu menjaga Melati!" Oma Laksmi langsung memeluk Devan sambil tersenyum."Syukurlah ibu bisa membujuk Devan agar setuju menikahi Melati, kini semuanya sudah aman terkendali. Aku merasa lega sekarang!""Sekarang ayoh kita siap-siap untuk pernikahan kamu ini! " ajak Oma Laksmi."Ayah" panggil Melati lirih."Iyah nak?" Sahut pak Rian."Apa ayah sekarang sudah merasa lebih baik?"" Tentu, ayah harus baik-baik saja karena hari ini anak ayah akan menikah!""Melati sayang, kamu tidak apa-pakan nak? karena pernikahan yang seharusnya berjalan lancar jadi berubah seperti ini. Bahkan kamu juga harus menikah dengan kakak calon suami kamu sendiri!" tanya Bu Sukma yang memang merasa khawatir tentang perasaan Melati."Aku baik-baik saja Bu, mungkin memang ini sudah jalan terbaik buat aku. Aku akan ikhlas menjalani takdirku ini Bu!" sahut Melati untuk menenangkan ibu dan ayahnya."Apa kamu bahagia dengan pernikahan ini?""Insya Allah aku akan bahagia Bu, asalkan ibu dan ayah juga bahagia!"Bu Sukma pun langsung memeluk putri kesayangannya itu, Bu Sukma merasa sedih atas apa yang menimpa putrinya itu."Hhmm permisi Tante, om. Semuanya sudah siap dan sudah menunggu di pelaminan!" ujar Linda"Oh Iyah Lin, kamu temani Melati dulu yah!" pinta Bu Sukma."Iyah siap Tante!" sahut Linda."Ayoh pak kita kesana duluan, biarkan Linda membantu Melati terlebih dahulu untuk merapikan riasannya!""Iya ayoh Bu!""Melati sudah yah kamu jangan sedih lagi, ada aku disini yang akan selalu ada buat kamu!" ucap Linda untuk mencairkan suasana."Iyah Lin, makasih yah kamu memang sahabat aku paling baik di dunia ini!" "Kamu itu masih terbilang cukup beruntung karena kamu masih bisa menikah dan menjadi menantu keluarga terhormat. Apa kamu sudah bertemu sebelumnya dengan calon suamimu yang satu ini? Karena bagaimanapun juga calon suamimu ini kakaknya Rifaldi!""Jujur aku belum pernah bertemu dengan kakak nya mas Rifaldi sebelumnya, karena yang aku tahu dia tinggal di luar negeri Lin!""Jadi kamu belum pernah ketemu sama sekali atau pun melihat foto nya?" Tanya Linda untuk memastikan."Belum." jawab Melati sambil menggelengkan kepalanya."Kamu tahu dia itu terlihat sangat tampan, lebih tampan dari Rifaldi. Dia juga terlihat cool dan berkharisma!" ucap Linda sambil senyum-senyum sendiriMelati hanya diam saja tak memberikan respon sama sekali."Kamu kok diem saja sih, pasti kamu masih kepikiran sama Rifaldi yah? Aku tahu kalau seharusnya hari ini adalah hari bahagia kamu dengan Rifaldi tapi akhirnya kamu malah menikah dengan kakaknya karena ulah Rifaldi yang khianatin kamu!""Melati, hidup harus terus berjalan. Kamu harus terus melangkah kedepan untuk masa depan kamu Mel. Aku berharap kamu bisa lebih bahagia tanpa Rifaldi, kamu beruntung karena mengetahui hal ini sebelum akhirnya kamu sah menikah. Tuhan masih baik dan sayang sama kamu, aku tahu ini berat buat kamu jalani karena kamu sangat mencintai Rifaldi tapi kamu juga harus pikirkan perasaan ayah dan ibu kamu. Aku minta kamu harus tetap baik-baik saja demi mereka!" ucap Linda menguatkan Melati sambil memeluk sahabatnya itu.Melati pun menarik nafasnya dalam-dalam dan mulai terlihat senyuman di bibirnya."Kamu benar Linda, aku tidak bisa terus larut dalam kesedihan. Toh mas Rifaldi juga sekarang sudah menjadi milik orang lain, aku akan menjalani hidupku tanpa bayang-bayangnya mas Rifaldi. Aku akan melupakan dia dan mencoba untuk membuka hatiku untuk mas Devan yang akan menjadi suamiku!" ucap Melati sambil tersenyum."Nah gitu dong, ini baru Melati yang aku kenal!" sahut Linda sambil tersenyum juga."Ayoh kita keluar sekarang, calon suamimu sudah terlalu lama menunggu!" ajak Linda sambil mengulurkan tangannya kearah Melati.Melati dan Linda pun keluar dan menuju pelaminan, disana sudah ada Devan yang duduk diatas altar dengan wajah yang terlihat dingin. Bagaimana tidak, ini adalah sebuah petaka bagi Devan. Menikahi wanita yang sama sekali tidak dia kenal.Selama ini Devan memang tidak pernah terlihat dekat dengan wanita manapun setelah putus dari kekasihnya. Perpisahannya dengan kekasihnya itu membuat Dev
"Ayah, ibu. Aku pasti akan selalu merindukan kalian!" ucap Melati yang hendak pergi ke rumah suaminya."Melati sayang, walaupun kamu sudah menikah tapi kamu masih tetap bisa datang kesini untuk menemui ayah dan ibu. Itu pun kalau suamimu memberikan ijin!" sahut Bu Sukma sambil memeluk Melati."Melati, kamu bisa bebas untuk menemui kedua orangtuamu ini. Bahkan ayah dan ibumu bisa datang kapan saja ke rumah untuk menemui kamu!'' ucap Oma Laksmi."Nak Devan, tolong jaga Melati dan jangan sakiti Melati. Ayah tahu pernikahan kalian ini terjadi begitu cepat tapi ayah percayakan semuanya sama kamu, ayah percaya kamu bisa menjadi suami yang baik untuk melati!" ucap pak Rian sambil memeluk Devan.Devan masih dengan sikapnya yang dingin, dia hanya mengangguk saja tanpa menjawab ucapan dari ayah mertuanya itu."Pak Bu, kami semua pamit yah. Saya juga mau minta maaf atas insiden yang sudah terjadi sebelumnya. Saya janji akan menjaga Melati dan membuat Melati bahagia selama tinggal di rumah kami!"
"Kenapa jadi seperti ini, aku tahu kalau aku sudah melakukan kesalahan tapi menikahkan melati dengan kak Devan itu juga adalah kesalahan. Bagaimana bisa wanita yang tadinya akan menjadi istriku kini menjadi kakak iparku. Lalu kalau seperti ini aku tidak akan bisa menikahi Melati setelah bercerai dengan Sintia nanti!" ucap Rifaldi dalam hatinya."Sebaiknya kita mulai saja tradisiny, kasian mereka semua pasti ingin segera istirahat!" ujar Oma Laksmi."Iyah pah, mama sudah sangat lelah dengan drama yang sudah terjadi hari ini!" sahut Bu Ranti."Ya sudah kalau gitu kita mulai yah, Devan Melati ayoh kalian yang lebih dulu memulai tradisi ini!"Melati dan Devan pun langsung maju ke depan dan mulai melakukan tradisi penerimaan menantu di rumah keluarga itu, begitu pun dengan Rifaldi dan Sintia yang mengikuti tradisi itu belakangan."Harusnya kamu melakukan tradisi ini bersama aku melati, bukan bersama kak Devan. Ini tidak benar, jujur aku tidak bisa menerima ini semua. Papa sudah melakukan k
Kini, semua orang pun sudah berkumpul di meja makan untuk makan malam bersama.Terlihat Rifaldi terus saja memandangi Melati tanpa henti dan hal itu membuat Sintia tidak menyukainya."Aku perhatikan dari tadi mas Rifaldi terus saja melihat Melati dengan tatapan seperti itu, jujur aku tidak suka jika suamiku melihat wanita lain selain aku apalagi wanita itu Melati!" gerutu Sintia tanpa rasa bersalah bahwa dia sudah merebut Rifaldi dari Melati.Melati yang menyadari bahwa Rifaldi terus saja melihat ke arahnya mulai merasa risih, terlebih lagi melati merasa tidak enak dengan Sintia. "Kenapa mas Rifaldi dari tadi menatapku seperti itu, harusnya dia bisa melihat situasi malam ini. Bahkan aku perhatikan Sintia terlihat seperti sangat kesal. Aku harus menunjukan pada mas Rifaldi kalau aku sudah bisa melupakannya agar dia juga bisa melupakan aku!" ucap Melati yang mulai merasa risih."Mas, kamu mau makan sama apa?" tanya Melati pada suaminya. "Biar aku ambilkan!""Tidak usah, aku bisa ambil
Besok paginya terlihat Melati sudah berada di dapur dan hendak akan membuat sarapan pagi."Ehh ada Non Melati toh, Non Melati sepagi ini sudah ada di dapur! Apa non Melati membutuhkan sesuatu?" tanya Bi mariam."Engga ada kok bi, kebetulan aku memang sudah terbiasa bangun pagi dan membantu ibu menyiapkan sarapan pagi. Karena sekarang aku tinggal di rumah ini jadi aku akan membantu Bi Mariam memasak!" sahut Melati."Wahhh yang bener non, tapi kan non ini sudah jadi tugas bibi di dapur. Nanti yang ada bibi di omelin lagi sama tuan dan nyonya!""Engga akan Bi, Bibi tenang saja yah inikan atas keinginan aku sendiri!""Ya sudah kalau begitu, oh Iyah Non ini Bibi sudah buatin catatan yang semalam Bibi janjikan!" ucap Bi Mariam sambil memberikan secarik kertas."Terima kasih banyak yah Bi!" sahut Melati"Iyah sama-sama non!""Melati, kamu sedang apa sepagi ini ada di dapur sayang?" tanya Oma Laksmi."Ehh selamat pagi Oma, aku lagi bantuin bi Mariam menyiapkan sarapan pagi Oma!" sahut Melati.
Semua orang sudah berkumpul di meja makan namun mereka belum memulai sarapan karena masih menunggu Sintia yang belum datang."Rifaldi, dimana istri kamu?" tanya Bu Ranti "Kenapa dia belum kesini juga?""Mungkin Sintia masih siap-siap mah, tapi aku sudah meminta dia untuk secepatnya menyusul" sahut Rifaldi."Kamu harus kasih tahu istri kamu itu untuk bisa bangun lebih awal, jangan samakan dengan kebiasaannya di rumah orangtuanya dulu. Karena sekarang dia sudah menikah!" tegur lagi Bu Ranti yang merasa kesal."Iyah mah!" jawab singkat Rifaldi tertegun. "Sudah lah mah, mungkin Sintia itu sangat lelah karena kan kemarin mereka baru saja menikah!" ujar Pak Hardi yang mencoba membela Sintia. "Harap di maklumi saja terlebih lagi dia itu kan sedang hamil!""Selamat pagi semuanya! sapa Sintia yang baru saja datang."Selamat pagi Sintia!" jawab Pak Hardi. "Ayoh silahkan duduk!""Bagus lah kamu sudah datang, kalau tidak kami akan kelaparan menunggu kamu!" celetuk Bu Ranti yang memang sudah mera
"Apaaaahhhh, jadi Lo udah nikah?" Teriak seorang pria bernama Radit yang merupakan sahabat baik Devan."Huuussstt bisa pelan-pelan gak sih?" tegur Devan"Ya sorry, habisnya gue itu kaget banget denger lo udah nikah! bahkan sama calon istri adik Lo sendiri. Kok bisa sih?""Ceritanya panjang, tapi yang jelas Rifaldi itu terpaksa nikahin perempuan lain yang lagi hamil anaknya dia. Makanya ujung-ujungnya gue juga yang kena!" "Tapi kenapa kok Lo bisa mau sih gantiin adik Lo buat nikahin tuh cewek?" Pasti karena dia cantik kan!"ujar Radit."Itu semua gue lakukan demi Oma, kalau bukan Oma yang minta udah pasti gue gak mau nikah sama cewek yang gak gue kenal!""Ya tapi sekarang Lo udah kenalkan sama istri Lo itu?""Gue gak tahu pernikahan ini akan bertahan sampai kapan! tapi gadis itu memang baik banget dan gue takut pernikahan ini bikin dia jadi menderita dan gak bahagia!" ungkap Devan."Lo yakin karena itu?" tanya Radit. "Bukan karena Lo masih memendam rasa sakit Lo dulu dan membuat Lo gak
Dengan perasaan marah Rifaldi keluar dari ruangan Pak Hardi. Dia nampak tidak terima dengan apa yang di ucapkan oleh Papanya itu. "Aku tidak bisa menerima semua ini begitu saja! kalau Papa memang tidak bisa mendukungku tidak masalah. Aku akan cari cara agar bisa lebih deket dengan Melati dan merebutnya kembali, Melati itu milikku dan akan tetap menjadi milikku sampai kapanpun!" gerutu Rifaldi.Sore harinya Devan terlihat pulang lebih dulu dari Rifaldi dan ayahnya. Sementara itu melati juga terlihat sedang berada di dapur. Namun saat tahu suaminya sudah pulang dia langsung bergegas menghampiri suaminya itu."Mas, kamu sudah pulang ternyata!" sambut Melati. "Hhmmm kamu mau aku bikinin teh atau kopi?" tanya Melati.Devan pun terdiam sejenak dan akhirnya menerima tawaran istrinya itu "Boleh, tolong buatkan kopi saja dan nanti bawa ke atas yah!" pinta Devan."Iyah mas!" sahut melati sambil tersenyum karena mendapat respon yang baik dari suaminya itu. Tanpa di sadari ternyata Rifaldi juga
Keesokan harinya Rifaldi sudah berada di depan rumah Sintia, dia terlihat membawakan Sintia bunga dan juga buah-buahan untuk keluarganya. "Assalamualaikum Pak...!" sapa dia pada mertuanya yang kebetulan berada di depan. "Waalaikumsalam... nak Rifaldi pasti kesini untuk menemui Sintia bukan!" sahut pria paruh baya itu.."Iyah Pak, apa Sintia ada!" "Ada, ayoh kita masuk ke dalam!" "Mas Rifaldi, kamu kesini lagi? ada apa mas?" tanya Sintia. "Aku datang kesini untuk meminta kamu agar ikut pulang dengan aku ke rumah kita!" sahut pria itu. Sintia pun langsung memandangi wajah kedua orang tuanya. "Apa mas Rifaldi sudah yakin dengan keputusan ini, aku tidak mau kalau nantinya mas Rifaldi akan menyesal!" "Tentu saja aku sudah yakin, aku tidak akan menyesal sama sekali karena ini murni keinginan aku. Aku ingin kita bisa sama-sama seperti dulu lagi sintia, tolong berikan aku satu kesempatan untuk bisa menjaga dan mencintai kamu dan ikut membesarkan anak kita sama-sama!" ungkap Rifaldi de
"Bapa akan mencoba membantu kamu dan berbicara dengan Sintia mengenai ini, bapa akan memberikan pengertian pada dia. Jadi nak Rifaldi harus mau menunggu untuk itu!" ujar Pak Ridwan."Aku tidak masalah sama sekali pak jika harus menunggu Sintia begitu lama!" Baiklah, kalau begitu sebaiknya nak Rifaldi pulang dulu saja, besok pagi nak Rifaldi bisa datang kesini lagi dan kami akan memberikan keputusannya!" "Baik Pak, Terima kasih sebelumnya atas bantuannya Pak, Bu!" "Sama-sama nak Rifaldi, kalau untuk kebaikan pasti kami akan selalu mendukung. Iyah kan Pak!" ujar Bu Anis. "Iyah bu benar sekali!" sahut Pak Ridwan sambil tersenyum.."Kalau begitu saya pamit pulang dulu pak, besok pagi saya akan kesini lagi. Dan tolong sampaikan salam dari saya untuk Sintia!" "Assalamualaikum....!" ujar Rifaldi.."Waalaikumsalam...!" sahut Bu Anis dan Pak Ridwan..Setelah Rifaldi pulang, Bu Anis dan Pak Ridwan pun langsung mencoba untuk berbicara dengan Sintia. Tok tok tok"Sintia, buka dulu nak. Kami
Serangkaian acara pun mulai di lakukan, semua orang tampak sangat bahagia sekali. Kini acara itu dilanjutkan dengan melakukan siraman. "Dimana ayah dari calon bayinya? Mama suami kamu!" tanya seorang wanita paruh baya yang memimpin acara tersebut...Sontak semua orang pun terdiam dan saling menatap satu sama lainnya. "Apa acaranya tidak bisa dilanjutkan kalau tidak ada suami saya mbok!" tanya Sintia. "Memangnya suami kamu kemana? bukankah ini juga acara yang penting untuk dia!" "Saya ada disini!" sahut seorang pria yang tiba-tiba saja datang. Semua orang pun langsung dialihkan pandangnya, dan merasa terkejut saat tahu bahwa pria tersebut adalah Rifaldi..."Rifaldi pah!" ujar Bu Ranti pada suaminya. Rifaldi pun langsung berjalan ke arah Sintia..."Apa sekarang acaranya sudah bisa di mulai?" tanya pria itu membuat semua orang membisu."Tentu saja, kita bisa mulai siramannya sekarang!" Acara siraman tujuh bulanan pun langsung di lakukan... Setelah serangkaian acara selesai dan b
"Mas, Cindy.. ayoh kesini. aku sudah membuatkan minuman dan cemilan untuk kalian!" panggil Melati...Tak berselang lama Cindy dan Devan pun datang menghampiri Melati yang sudah berada di ruang makan. "Ya ampun kak, kenapa gak ngajak-ngajak aku sih. Aku kan bisa bantuin kakak!" ujar Cindy. "Engga apa-apa kok, ini kan bikinnya juga simple banget jadi kakak bisa sendiri!" sahut Melati.."Aku cobain yah, kelihatannya enak banget!" "Iyah boleh dong, ayoh di makan!" "Hmmm apapun yang dibuat oleh istri aku ini memang gak pernah gagal. Tangan kamu ini memang ajaib banget yah!" "Makasih yah mas, kamu itu selalu memuji aku!" "Kapan-kapan aku juga mau dong kak belajar masak, biar nanti tuh setelah aku punya suami aku bisa masakin suami aku makanan yang enak terus setiap hari. Terus dapet pujian deh dari dia, sama seperti kalian ini!" ungkap Cindy. "Boleh dong, kamu bisa datang kesini dan belajar kapan pun yang kamu mau. Kakak pasti akan selalu ngajarin kamu sampai kamu bisa!" sahut Melati
Setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh akhirnya Melati, Devan dan Cindy pun sudah sampai di rumah baru mereka. Melati terlihat senang sekali dengan rumah baru yang akan ditinggalinya itu. Rumah yang terlihat sangat megah, dan halaman yang luas beserta taman membuat rumah itu terkesan mewah. "Gimana menurut kamu? apa kamu suka sama rumahnya!" tanya Devan. "Aku suka banget mas sama rumahnya, rumahnya bagus, mewah dan terlihat sangat nyaman!" sahut gadis itu. "Waw keren banget kak, ternyata kak Devan pintar juga yah milih desain rumah yang bagus!" puji Cindy. "Aku kayaknya bakalan sering nginep disini deh, apalagi letaknya juga tidak terlalu jauh dari kampus aku!" "Tentu saja boleh dong, kalau kamu mau tinggal disini juga tidak masalah sama sekali kok!" sahut Devan. "Iyah, kakak malah seneng banget karena nanti ada temennya!" "Ya udah yuk kita masuk ke dalam, pasti kamu sudah penasaran kan dengan isi rumah kita yang baru ini!" ajak Devan. "Iyah mas, aku memang sudah penas
Keesokan paginya terlihat Devan dan Melati sudah bersiap-siap untuk pindah rumah, semua orang pun merasa sedih akan kepindahan mereka berdua. "kenapa kalian berdua mendadak pindah pagi ini, bukankah akan pindahnya sore nanti!" Ujar Oma Laksmi.."Sebelumnya aku mau minta maaf Oma, karena secara mendadak aku dan Melati memutuskan untuk pindah pagi ini. Aku juga sudah bicara dengan papa dan meminta ijin untuk tidak masuk kantor dulu!" "Loh kak Devan sama kak Melati mau pindahan sekarang?" Tanya Cindy."Iyah Cindy!" Sahut singkat Melati.."Tapi kenapa? Bukannya kemarin bilangnya nanti sore yah!" "Tadinya memang begitu tapi kita jugakan harus beresin barang-barang kita nanti disana. Jadi pasti akan membutuhkan waktu yang cukup lama!" "Ya udah kalau gitu aku ikut kalian yah, aku bantuin kalian beres-beres disana gimana? Bolehkan?" "Boleh dong, malah kita senang banget karena ada yang bantuin. Iyah kan mas!" Devan pun menganggukkan sambil tersenyum ke arah Cindy. "Yess!" Ucap gadis it
Terlihat Melati sedang membereskan barang-barangnya yang akan dia bawa nanti saat pindah rumah, gadis itu nampak sibuk sekali. Dan tak lama dari itu Devan pun sudah pulang dari kantornya.."Kelihatannya istriku ini sangat sibuk sekali, sampai-sampai suami pulang saja tidak tahu!" ujar Devan menggoda.."Ya ampun mas maaf banget yah, aku terlalu asik beresin barang-barang kita!" sahut gadis itu yang merasa tidak enak. "Tidak apa-apa, aku juga hanya bercanda kok!" "Oh Iyah mas, tadi setelah kamu pergi ke kantor ada kedua orang tua Sintia datang kesini!" "Apa Sintia juga ikut?" "Tidak mas, hanya bapa dan ibunya saja yang datang. Mereka datang kesini hanya ingin meminta kejelasan pada mas Rifaldi dan ternyata mas Rifaldi lebih memilih menceraikan Sintia setelah anak mereka lahir nanti mas!" ungkap gadis itu dengan raut wajah yang sedih. "Aku tidak mengerti dengan jalan pikirannya Rifaldi, dia sampai tega menyakiti banyak orang sekaligus!" "Makanya mas, aku merasa sedih dan bersalah s
Setelah kedua orang tua Sintia pulang, Pak Hardi dan yang lainnya pun mencoba untuk bicara dengan Rifaldi. "Rifaldi tunggu dulu!" pinta Pak Hardi.."Ada apa lagi pah!" sahut pria itu ketus. "Papa ingin bicara dengan kamu!" "Kalau papa ingin membicarakan masalah aku dengan Sintia, aku rasa sudah tidak ada lagi yang perlu di bicarakan pah!" "Rifaldi, mama benar-benar kecewa sama kamu. Kenapa kamu ini jadi egois seperti ini!" ujar Bu Ranti dengan nada yang tinggi. "Aku egois, aku jadi seperti ini karena kesalahan aku sendiri. Seandainya saja waktu itu aku tidak menikahi Sintia dan meneruskan pernikahan aku dengan Melati pasti kejadiannya tidak akan seperti ini!" "Kak, kenapa sih kakak ini gak bisa belajar mencintai kak Sintia. Padahal kak Sintia juga wanita yang baik dia juga sangat mencintai kak Rifaldi dengan sangat tulus!" ungkap Cindy yang juga ikut kesal. "Kamu diam saja Cindy, tolong jangan ikut campur dengan masalah ku ini!" "Kenapa kak, kenapa aku tidak boleh untuk ikut b
Pria itu pun langsung bergegas pergi meninggalkan semua orang dengan menahan kesal. "Sepertinya Rifaldi itu marah pah!" Ujar wanita paruh baya itu.."Marah kenapa mah?" "Dia sepertinya kesal karena Melati dan Devan memutuskan untuk pindah rumah, tapi itu hanya perkiraan mama saja!" ungkap Bu Ranti.."Tapi keputusan Devan untuk pindah rumah itu sudah tepat mah, dengan begitu Rifaldi tidak akan terus di bayang-bayangi oleh Melati. Dan siapa tahu dia bisa melupakan Melati juga!" sahut pak Hardi."Jujur saja sebenarnya memang itu alasan aku dan Melati memutuskan untuk pindah rumah, aku merasa tidak akan baik jika harus tinggal satu atap dengan Rifaldi. Apalagi setelah apa yang sudah dia lakukan selama ini sangatlah keterlaluan, dia bahkan yang pertama kali mengajak Sheril untuk bekerja sama!" ungkap Devan."Apa kamu yakin, kamu tahu dari mana soal itu. Kalau Sheril yang terlebih dulu mengajak Rifaldi bagaimana?" tanya Bu Ranti.."Sheril yang mengatakannya langsung mah, bahkan sebelum Sh