Share

Perdebatan

Author: Nashwa Fazila
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Dengan perasaan marah Rifaldi keluar dari ruangan Pak Hardi. Dia nampak tidak terima dengan apa yang di ucapkan oleh Papanya itu.

"Aku tidak bisa menerima semua ini begitu saja! kalau Papa memang tidak bisa mendukungku tidak masalah. Aku akan cari cara agar bisa lebih deket dengan Melati dan merebutnya kembali, Melati itu milikku dan akan tetap menjadi milikku sampai kapanpun!" gerutu Rifaldi.

Sore harinya Devan terlihat pulang lebih dulu dari Rifaldi dan ayahnya. Sementara itu melati juga terlihat sedang berada di dapur. Namun saat tahu suaminya sudah pulang dia langsung bergegas menghampiri suaminya itu.

"Mas, kamu sudah pulang ternyata!" sambut Melati. "Hhmmm kamu mau aku bikinin teh atau kopi?" tanya Melati.

Devan pun terdiam sejenak dan akhirnya menerima tawaran istrinya itu "Boleh, tolong buatkan kopi saja dan nanti bawa ke atas yah!" pinta Devan.

"Iyah mas!" sahut melati sambil tersenyum karena mendapat respon yang baik dari suaminya itu.

Tanpa di sadari ternyata Rifaldi juga sudah berada di rumah dan melihat kedekatan mereka berdua, hal itu juga membuat Rifaldi semakin marah dan merasa cemburu.

Sintia yang juga melihat suaminya sudah pulang pun langsung bergegas menghampiri Rifaldi "Mas, sini biar aku bawain tas nya!" ucap Sintia.

Namun Rifaldi tidak mendengarnya karena dia lebih fokus melihat melati yang sedang membuatkan kopi untuk Devan.

"Mas!" teriak Sintia sambil menepuk pundak suaminya itu dan membuyarkan lamunannya.

"Hhhmmm Iyah kenapa?" Sahut Rifaldi yang mulai sadar akan kehadiran Sintia.

"Kamu ini kenapa sih mas? Aku tuh dari tadi bicara sama kamu tapi kamu malah merhatiin terus istri orang!" ungkap Sintia yang mulai kesal. "Ingat mas, Melati itu sudah jadi kakak ipar kamu, dia itu sudah menikah dengan kakak kamu sendiri! ujarnya kembali dengan amarahnya. "Lebih baik kamu lupain Melati dan fokus dengan pernikahan kita!"

Sintia pun langsung pergi ke kamarnya meninggalkan Rifaldi begitu saja, Rifaldi yang merasa tidak enak dengan Sintia pun langsung menghampiri Sintia untuk meminta maaf.

"Maafin aku yah, tolong jangan marah seperti ini!" pinta Rifaldi yang mulai membujuk istrinya. "Gak mudah buat aku menerima semua ini sin, aku hanya butuh waktu saja!"

"Memangnya apa sih yang kurang dari aku? tanya Sintia "Aku ini jauh lebih dulu kenal sama kamu dari pada melati. Kita temenan udah lama dan sering menghabiskan waktu bareng juga kan! apa gak ada sedikit saja perasaan kamu untuk aku?" Tanya Sintia sambil menangis

"Sin, kamu juga tahu kan kalau hubungan kita itu dari dulu gak lebih dari seorang temen! ungkap Rifaldi yang membuat perasaan Sintia semakin kesal. "Aku udah anggep kamu seperti sodara aku sendiri!"

Sintia mulai menghela nafasnya karena menahan amarah "Sodara! aku ini sekarang sudah jadi istri kamu mas. Kita sekarang sudah menikah dan harusnya kamu bisa belajar untuk mencintai aku! apa karena kamu masih cinta sama melati?" tanya Sintia. "Percuma mas, percuma karena melati sudah gak cinta sama kamu! Dia sendiri yang bilang sama aku tadi pagi, dia bilang kalau dia sudah melupakan kamu dan akan berusaha untuk menerima kak Devan sebagai suaminya, apa kamu masih berharap setelah mendengar fakta itu?"

"aku gak percaya kalau melati bicara seperti itu!" ucap Rifaldi.

"Terserah kamu mau percaya atau tidak dengan apa yang aku katakan barusan, tapi silahkan kamu tanyakan langsung sama melati mas! agar kamu tahu langsung dari orangnya!" sahut Sintia.

"Sintia benar, aku harus bicara dan tanyakan langsung pada melati. Aku tidak akan percaya dengan semua ucapan Sintia kalau bukan mendengar langsung dari Melati sendiri!" ucap Rifaldi dalam hatinya dan langsung bergegas pergi untuk menemui Melati.

"Pasti mas Rifaldi mau nemuin melati, aku sangat yakin itu. Silahkan saja mas karena setelah itu kamu akan merasa sakit hati mendengar fakta bahwa wanita yang kamu cintai itu sudah tidak peduli lagi sama kamu!" gerutu Sintia yang masih menangis karena kesal dengan sikap yang diberikan Rifaldi.

Melati yang sudah selesai membuatkan kopi pun mulai berjalan menuju kamar miliknya itu. Dengan sangat hati-hati Melati membawa secangkir kopi itu dengan penuh cinta untuk suaminya.

"Ini mas kopi nya!" ucap Melati sambil meletakkan secangkir kopi itu diatas meja.

"Terima kasih!" sahut Devan.

"Sama-sama mas!" jawab Melati sambil tersenyum. "kalau begitu aku akan melanjutkan pekerjaanku dulu di dapur!"

Devan pun hanya mengangguk saja tanda setuju, sesekali Devan melirik ke arah Melati yang sudah pergi menjauh.

Saat Melati hendak turun ke bawah, Rifaldi langsung menarik tangan melati dan ingin membawa Melati ke suatu tempat.

"Melati, ikut aku sebentar. Aku ingin bicara sama kamu!" ucap Rifaldi yang memaksa Melati dengan sedikit kasar

Melati pun memberontak karena merasa kesakitan "Lepasin aku mas, kamu sudah membuat tanganku ini kesakitan!" sahut melati sambil menghempaskan pegangan Rifaldi.

"Maaf melati, aku gak bermaksud buat nyakitin kamu! Aku hanya ingin kita bicara berdua saja, setelah kejadian kemarin itu kita belum bicara tentang apapun dan aku juga belum menjelaskan apapun sama kamu!" ucap Rifaldi memohon.

"Memangnya apa yang ingin kamu katakan mas? aku rasa semua ini sudah tidak ada lagi yang perlu di bahas.  Kita sudah punya kehidupan masing - masing!" sahut Melati tanpa melihat wajah Rifaldi.

"Sebaiknya kamu tinggalkan aku sekarang!" pinta Melati dengan sangat tegas.

"Apa kamu sedang mengusirku....??" tanya Rifaldi.

Related chapters

  • Presdir Dingin itu Suami Penggantiku    Satu Hubungan Mulai Membaik

    Rifaldi mulai merasa kecewa pada wanita yang dicintainya itu. "Jadi benar kamu sudah melupakan aku? tanya sekali lagi Rifaldi. "Apa kamu juga sudah tidak mencintai aku lagi?""Rasa cinta aku ini sudah pergi begitu saja bersama dengan kepergian kamu yang ninggalin aku di acara pernikahan kita mas! sahut Melati yang membuat Rifaldi terdiam mematung. "Aku sudah tidak memiliki perasaan apa-apa lagi sama kamu mas karena yang ada hanya kekecewaan dihati aku!"Mendengar jawaban itu tubuhnya mulai bergemetar "Apa semudah itu kamu lupain aku?" tanya Rifaldi yang tidak bisa menerima kenyataan. "Aku tahu aku salah sama kamu dan aku minta maaf! Aku ingin kita seperti dulu lagi, aku janji akan memperbaiki semuanya dan memperbaiki hubungan kita. Setelah nanti bayi itu lahir aku akan menceraikan Sintia dan kita bisa menikah lalu hidup bersama dan bahagia!" ujar Rifaldi yang membuat melati sangat marah.Satu tamparan keras pun melayang dipipi sebelah kanannya Pria itu. Melati manamparnya karena mara

  • Presdir Dingin itu Suami Penggantiku    Mulai Perhatian

    Kini sudah waktunya makan malam, semua orang sudah berkumpul di meja makan. Sementara kedua menantu di rumah itu sedang sibuk menghidangkan menu makanannya."Mas, kamu mau aku ambilin apah?" tanya melati seperti biasa."Apa saja terserah kamu!" sahut Devan."Hhhmmm ya sudah kalau gitu, kebetulan hari ini aku masak makanan kesukaan kamu!""Terima kasih!" ucap Devan dengan sikap yang masih terlihat cuek."Sama-sama mas." sahut melati yang masih bisa tersenyum."Mas, sini biar aku ambilin makanan buat kamu!" ucap SintiaTanpa sepatah katapun Rifaldi memberikan piring miliknya pada istrinya itu. "Kebetulan loh mas hari ini aku ikut memasak, kamu cobain yah ini aku sengaja masak makanan spesial kesukaan kamu!""Waww, ternyata menantu yang satu ini juga sudah dah mulai belajar masak yah! Bagus lah setidaknya kalian berdua ada gunanya tinggal disini!" celetuk Ibu mertua yang julid itu."Mah tolong jaga sikap mama, jangan bicara seperti itu pada kedua menantu di rumah ini. Mereka sudah berus

  • Presdir Dingin itu Suami Penggantiku    Insiden

    Terlihat Bu Ranti sedang meminta Sintia untuk mengambilkan sebuah kotak yang berada di atas lemari, karena Sintia tidak terlalu tinggi akhirnya Bu Ranti meminta Sintia untuk mengambilnya menggunakan tangga. "Ya sudah sekarang kamu naik!" pinta wanita paruh baya itu. "Ayo cepetan!" teriaknya kembali. "Tapi mah aku takut ketinggian!" lirih Sintia yang meminta belas kasian ibu mertuanya itu. "Ya ampun kamu itu emang gak ada gunanya banget yah! celetuknya "ini kan gak terlalu tinggi Sintia jadi apa yang kamu takuti!" bentak wanita itu tanpa rasa peduli. Dengan sangat kesal Sintia pun mulai menolak dengan sedikit melawan "Ya sudah kalau begitu mama saja yang ambil sendiri! Dan aku yang akan memegangi kursi nya di bawah " ucap Sintia."Kamu jangan lancang yah sama saya , saya ini ibu mertua kamu! Masa kamu berani menyuruh saya yang sudah tidak muda ini untuk naik ke atas kursi seperti itu. Terus apa gunanya saya punya seorang menantu?"suara bising wanita itu pun terdengar oleh Melati d

  • Presdir Dingin itu Suami Penggantiku    Devan yang mulai Peduli

    Devan membaringkan tubuh istrinya itu di atas tempat tidurnya. Walau masih terlihat canggung tapi Melati merasa senang karena suaminya terlihat peduli padanya. "Mas... kenapa kamu membaringkan aku diatas tempat tidur?" tanya gadis itu polos. "Lalu aku harus membaringkan kamu dimana?" tanyanya. "Kamu kan bisa membaringkan aku di sofa tempat aku tidur!" "Aku sudah terlanjur membaringkan kamu disini dan aku tidak mau menggendong kamu atau membantumu pindah ke sofa itu!""Tapi.... bukankah aku tidak punya hak berada diatas tempat tidur ini!" "Sudahlah sekarang ini aku sedang berbaik hati, kalau bukan karena kamu sedang sakit aku juga tidak akan membiarkan kamu berada di tempat tidurku!" Walau nampak peduli tapi Devan masih dengan sikapnya yang cuek dan dingin. "Terima kasih mas!" ujar Melati."Ya sudah sekarang kamu istirahat dulu saja," aku akan turun ke bawah dulu dan akan segera kembali lagi!" Gadis polos itu pun hanya mengangguk saja sambil tersenyum. Sementara itu semua oran

  • Presdir Dingin itu Suami Penggantiku    Diantar ke Dokter

    "Ayo kita pergi sekarang!" ajak Devan. "Aku juga sudah meminta ijin pada Papa!" "Iyah mas... aku juga sudah siap!""Biar aku bantu!" ujarnya dengan cepat membantu Melati berdiri. "Terima kasih mas!" sahu MelatiDia pun berdiri dan mulai berjalan di bantu oleh Devan. "Apa kamu yakin bisa berjalan menuruni tangga?" tanya Devan. "Biar aku gendong saja!" "Tidak usah mas.... Aku bisa kok berjalan sendiri!""Ya sudah kalau begitu biar aku bantu memapah kamu!" Gadis itu pun mulai tersenyum sendiri sambil memperhatikan wajah suaminya yang tepat berada dekat dengannya. "Mas Devan di lihat dari dekat seperti ini terlihat sangat tampan sekali! ujar Melati dalam hatinya. "Beruntung sekali wanita yang akan menjadi istrinya nanti." "Jangan terus melihatku seperti itu, sebaiknya kamu perhatikan jalannya agar tidak sampai terjatuh lagi!" ungkap pria itu membuyarkan lamunan Melati. Dengan gugup gadis itu sedikit malu karena telah ketahuan "Hhhmmmm iyaaaahh mas maaf aaakuu hanyaa.....!" "Hanya

  • Presdir Dingin itu Suami Penggantiku    Masa Lalu yang pahit

    Saat sedang menuruni anak tangga, Devan tidak sengaja berpapasan dengan Bu Ranti yang merupakannya itu. "Devan..! panggil lirih wanita paruh baya itu.Namun Devan terus saja berjalan tanpa menghiraukannya.."Devan tunggu..!" teriaknya sambil berjalan ke arah Devan. "Kamu mau sampai kapan sih bersikap seperti ini sama mama?" tanya nya. "Mama tahu benar kalau mama ini memang bukan ibu kandung kamu, bukan ibu yang sudah melahirkan kamu! tapi mama sudah menganggap kamu sebagai anak kandung mama sendiri!" ungkap Bu Ranti dengan sebuah kenyataan. "Aku tidak butuh pengakuan itu dari kamu! tetap saja kamu bukan siapa-siapa bagi aku!" ujarnya."Devan, ibu kamu meninggal bukan karena kesalahan mama!" "Cukup..." teriak Devan menahan emosinya. "Tolong jangan berani membahas soal ibuku lagi. Anda tidak pantas menyebut namanya sekalipun, bukankah anda sudah berhasil mengambil semua miliknya! suaminya, rumahnya, keluarganya, apalagi yang akan anda ambil? tanyanya sinis. "Apa aku juga!" "Bukan b

  • Presdir Dingin itu Suami Penggantiku    Mulai Dag-dig-dug

    Hari pun sudah malam dan seperti biasa sebelum tidur Devan masih sibuk dengan laptop miliknya."Mas...!" panggil lirih Melati."Iyah ada apa? apa kamu butuh sesuatu?" tanya pria dingin itu. "Apa kamu bisa pindah ke tempat tidur? biar aku bisa pindah ke tempatku juga?" sahut Melati."Tidak..! jawab Devan "Kamu malam ini tidur di tempat tidur saja, biar aku yang tidur di sofa!" ungkapnya. "Tapi mas... kamu kan tidak terbiasa tidur di sofa seperti itu?" "Sudahlah jangan membantah, ini demi kebaikan kamu juga. Aku tidak bisa membiarkan kamu tidur di sofa seperti ini dengan kondisi kakimu yang sedang sakit! lagi pula kamu itukan istriku tidak ada salahnya aku mengalah." "Terima kasih mas,,, maaf kalau aku selalu membuatmu repot!" sahut gadis itu sambil tersenyum kecil. "Jujur aku senang banget mas, saat kamu secara langsung mengakui kalau aku itu adalah istri kamu! Meskipun pernikahan kita ini terjadi karena paksaan tapi kamu sudah melakukan tugas kamu sebagai suami yang bertanggung j

  • Presdir Dingin itu Suami Penggantiku    Sudah Membaik

    Setelah asik melihat indahnya bintang di malam hari, mereka berdua pun langsung pergi ke kamar untuk beristirahat."Mas...! Panggil Melati. "Sebaiknya kita kembali ke kamar saja, ini juga sudah larut malam dan angin malam tidak baik untuk kesehatan kita!" ujar gadis itu. "Ya sudah ayoh kita masuk!" sahut pria itu. "Iyah ayoh mas, aku juga sekarang sudah mulai mengantuk." Setelah sampai kamar, Melati hendak tidur di sofa seperti biasanya namun entah kenapa Devan langsung menghalanginya."Aku kan sudah bilang kalau aku yang akan tidur di sofa ini!" ujar pria dingin itu. "Tapi mas... aku tidak mungkin membiarkan kamu tidur di sofa seperti ini. Biarkan aku tidur disini, lagi pula aku sudah terbiasa!" ungkap Melati."Tidak...aku juga tidak akan membiarkan kamu tidur di sofa malam ini. Kakimu sedang terluka jadi tolong jangan berdebat denganku lagi! Sekarang ayoh tidur di tempat tidur!" pinta pria itu. "Baiklah mas..!" sahut gadis itu yang masih merasa tidak enak.Melati pun mulai memb

Latest chapter

  • Presdir Dingin itu Suami Penggantiku    Bab 120 The End

    Keesokan harinya Rifaldi sudah berada di depan rumah Sintia, dia terlihat membawakan Sintia bunga dan juga buah-buahan untuk keluarganya. "Assalamualaikum Pak...!" sapa dia pada mertuanya yang kebetulan berada di depan. "Waalaikumsalam... nak Rifaldi pasti kesini untuk menemui Sintia bukan!" sahut pria paruh baya itu.."Iyah Pak, apa Sintia ada!" "Ada, ayoh kita masuk ke dalam!" "Mas Rifaldi, kamu kesini lagi? ada apa mas?" tanya Sintia. "Aku datang kesini untuk meminta kamu agar ikut pulang dengan aku ke rumah kita!" sahut pria itu. Sintia pun langsung memandangi wajah kedua orang tuanya. "Apa mas Rifaldi sudah yakin dengan keputusan ini, aku tidak mau kalau nantinya mas Rifaldi akan menyesal!" "Tentu saja aku sudah yakin, aku tidak akan menyesal sama sekali karena ini murni keinginan aku. Aku ingin kita bisa sama-sama seperti dulu lagi sintia, tolong berikan aku satu kesempatan untuk bisa menjaga dan mencintai kamu dan ikut membesarkan anak kita sama-sama!" ungkap Rifaldi de

  • Presdir Dingin itu Suami Penggantiku    Bab 119

    "Bapa akan mencoba membantu kamu dan berbicara dengan Sintia mengenai ini, bapa akan memberikan pengertian pada dia. Jadi nak Rifaldi harus mau menunggu untuk itu!" ujar Pak Ridwan."Aku tidak masalah sama sekali pak jika harus menunggu Sintia begitu lama!" Baiklah, kalau begitu sebaiknya nak Rifaldi pulang dulu saja, besok pagi nak Rifaldi bisa datang kesini lagi dan kami akan memberikan keputusannya!" "Baik Pak, Terima kasih sebelumnya atas bantuannya Pak, Bu!" "Sama-sama nak Rifaldi, kalau untuk kebaikan pasti kami akan selalu mendukung. Iyah kan Pak!" ujar Bu Anis. "Iyah bu benar sekali!" sahut Pak Ridwan sambil tersenyum.."Kalau begitu saya pamit pulang dulu pak, besok pagi saya akan kesini lagi. Dan tolong sampaikan salam dari saya untuk Sintia!" "Assalamualaikum....!" ujar Rifaldi.."Waalaikumsalam...!" sahut Bu Anis dan Pak Ridwan..Setelah Rifaldi pulang, Bu Anis dan Pak Ridwan pun langsung mencoba untuk berbicara dengan Sintia. Tok tok tok"Sintia, buka dulu nak. Kami

  • Presdir Dingin itu Suami Penggantiku    Bab 117

    Serangkaian acara pun mulai di lakukan, semua orang tampak sangat bahagia sekali. Kini acara itu dilanjutkan dengan melakukan siraman. "Dimana ayah dari calon bayinya? Mama suami kamu!" tanya seorang wanita paruh baya yang memimpin acara tersebut...Sontak semua orang pun terdiam dan saling menatap satu sama lainnya. "Apa acaranya tidak bisa dilanjutkan kalau tidak ada suami saya mbok!" tanya Sintia. "Memangnya suami kamu kemana? bukankah ini juga acara yang penting untuk dia!" "Saya ada disini!" sahut seorang pria yang tiba-tiba saja datang. Semua orang pun langsung dialihkan pandangnya, dan merasa terkejut saat tahu bahwa pria tersebut adalah Rifaldi..."Rifaldi pah!" ujar Bu Ranti pada suaminya. Rifaldi pun langsung berjalan ke arah Sintia..."Apa sekarang acaranya sudah bisa di mulai?" tanya pria itu membuat semua orang membisu."Tentu saja, kita bisa mulai siramannya sekarang!" Acara siraman tujuh bulanan pun langsung di lakukan... Setelah serangkaian acara selesai dan b

  • Presdir Dingin itu Suami Penggantiku    Bab 116

    "Mas, Cindy.. ayoh kesini. aku sudah membuatkan minuman dan cemilan untuk kalian!" panggil Melati...Tak berselang lama Cindy dan Devan pun datang menghampiri Melati yang sudah berada di ruang makan. "Ya ampun kak, kenapa gak ngajak-ngajak aku sih. Aku kan bisa bantuin kakak!" ujar Cindy. "Engga apa-apa kok, ini kan bikinnya juga simple banget jadi kakak bisa sendiri!" sahut Melati.."Aku cobain yah, kelihatannya enak banget!" "Iyah boleh dong, ayoh di makan!" "Hmmm apapun yang dibuat oleh istri aku ini memang gak pernah gagal. Tangan kamu ini memang ajaib banget yah!" "Makasih yah mas, kamu itu selalu memuji aku!" "Kapan-kapan aku juga mau dong kak belajar masak, biar nanti tuh setelah aku punya suami aku bisa masakin suami aku makanan yang enak terus setiap hari. Terus dapet pujian deh dari dia, sama seperti kalian ini!" ungkap Cindy. "Boleh dong, kamu bisa datang kesini dan belajar kapan pun yang kamu mau. Kakak pasti akan selalu ngajarin kamu sampai kamu bisa!" sahut Melati

  • Presdir Dingin itu Suami Penggantiku    Bab 115

    Setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh akhirnya Melati, Devan dan Cindy pun sudah sampai di rumah baru mereka. Melati terlihat senang sekali dengan rumah baru yang akan ditinggalinya itu. Rumah yang terlihat sangat megah, dan halaman yang luas beserta taman membuat rumah itu terkesan mewah. "Gimana menurut kamu? apa kamu suka sama rumahnya!" tanya Devan. "Aku suka banget mas sama rumahnya, rumahnya bagus, mewah dan terlihat sangat nyaman!" sahut gadis itu. "Waw keren banget kak, ternyata kak Devan pintar juga yah milih desain rumah yang bagus!" puji Cindy. "Aku kayaknya bakalan sering nginep disini deh, apalagi letaknya juga tidak terlalu jauh dari kampus aku!" "Tentu saja boleh dong, kalau kamu mau tinggal disini juga tidak masalah sama sekali kok!" sahut Devan. "Iyah, kakak malah seneng banget karena nanti ada temennya!" "Ya udah yuk kita masuk ke dalam, pasti kamu sudah penasaran kan dengan isi rumah kita yang baru ini!" ajak Devan. "Iyah mas, aku memang sudah penas

  • Presdir Dingin itu Suami Penggantiku    Bab 114

    Keesokan paginya terlihat Devan dan Melati sudah bersiap-siap untuk pindah rumah, semua orang pun merasa sedih akan kepindahan mereka berdua. "kenapa kalian berdua mendadak pindah pagi ini, bukankah akan pindahnya sore nanti!" Ujar Oma Laksmi.."Sebelumnya aku mau minta maaf Oma, karena secara mendadak aku dan Melati memutuskan untuk pindah pagi ini. Aku juga sudah bicara dengan papa dan meminta ijin untuk tidak masuk kantor dulu!" "Loh kak Devan sama kak Melati mau pindahan sekarang?" Tanya Cindy."Iyah Cindy!" Sahut singkat Melati.."Tapi kenapa? Bukannya kemarin bilangnya nanti sore yah!" "Tadinya memang begitu tapi kita jugakan harus beresin barang-barang kita nanti disana. Jadi pasti akan membutuhkan waktu yang cukup lama!" "Ya udah kalau gitu aku ikut kalian yah, aku bantuin kalian beres-beres disana gimana? Bolehkan?" "Boleh dong, malah kita senang banget karena ada yang bantuin. Iyah kan mas!" Devan pun menganggukkan sambil tersenyum ke arah Cindy. "Yess!" Ucap gadis it

  • Presdir Dingin itu Suami Penggantiku    Bab 113

    Terlihat Melati sedang membereskan barang-barangnya yang akan dia bawa nanti saat pindah rumah, gadis itu nampak sibuk sekali. Dan tak lama dari itu Devan pun sudah pulang dari kantornya.."Kelihatannya istriku ini sangat sibuk sekali, sampai-sampai suami pulang saja tidak tahu!" ujar Devan menggoda.."Ya ampun mas maaf banget yah, aku terlalu asik beresin barang-barang kita!" sahut gadis itu yang merasa tidak enak. "Tidak apa-apa, aku juga hanya bercanda kok!" "Oh Iyah mas, tadi setelah kamu pergi ke kantor ada kedua orang tua Sintia datang kesini!" "Apa Sintia juga ikut?" "Tidak mas, hanya bapa dan ibunya saja yang datang. Mereka datang kesini hanya ingin meminta kejelasan pada mas Rifaldi dan ternyata mas Rifaldi lebih memilih menceraikan Sintia setelah anak mereka lahir nanti mas!" ungkap gadis itu dengan raut wajah yang sedih. "Aku tidak mengerti dengan jalan pikirannya Rifaldi, dia sampai tega menyakiti banyak orang sekaligus!" "Makanya mas, aku merasa sedih dan bersalah s

  • Presdir Dingin itu Suami Penggantiku    Bab 112

    Setelah kedua orang tua Sintia pulang, Pak Hardi dan yang lainnya pun mencoba untuk bicara dengan Rifaldi. "Rifaldi tunggu dulu!" pinta Pak Hardi.."Ada apa lagi pah!" sahut pria itu ketus. "Papa ingin bicara dengan kamu!" "Kalau papa ingin membicarakan masalah aku dengan Sintia, aku rasa sudah tidak ada lagi yang perlu di bicarakan pah!" "Rifaldi, mama benar-benar kecewa sama kamu. Kenapa kamu ini jadi egois seperti ini!" ujar Bu Ranti dengan nada yang tinggi. "Aku egois, aku jadi seperti ini karena kesalahan aku sendiri. Seandainya saja waktu itu aku tidak menikahi Sintia dan meneruskan pernikahan aku dengan Melati pasti kejadiannya tidak akan seperti ini!" "Kak, kenapa sih kakak ini gak bisa belajar mencintai kak Sintia. Padahal kak Sintia juga wanita yang baik dia juga sangat mencintai kak Rifaldi dengan sangat tulus!" ungkap Cindy yang juga ikut kesal. "Kamu diam saja Cindy, tolong jangan ikut campur dengan masalah ku ini!" "Kenapa kak, kenapa aku tidak boleh untuk ikut b

  • Presdir Dingin itu Suami Penggantiku    Bab 111

    Pria itu pun langsung bergegas pergi meninggalkan semua orang dengan menahan kesal. "Sepertinya Rifaldi itu marah pah!" Ujar wanita paruh baya itu.."Marah kenapa mah?" "Dia sepertinya kesal karena Melati dan Devan memutuskan untuk pindah rumah, tapi itu hanya perkiraan mama saja!" ungkap Bu Ranti.."Tapi keputusan Devan untuk pindah rumah itu sudah tepat mah, dengan begitu Rifaldi tidak akan terus di bayang-bayangi oleh Melati. Dan siapa tahu dia bisa melupakan Melati juga!" sahut pak Hardi."Jujur saja sebenarnya memang itu alasan aku dan Melati memutuskan untuk pindah rumah, aku merasa tidak akan baik jika harus tinggal satu atap dengan Rifaldi. Apalagi setelah apa yang sudah dia lakukan selama ini sangatlah keterlaluan, dia bahkan yang pertama kali mengajak Sheril untuk bekerja sama!" ungkap Devan."Apa kamu yakin, kamu tahu dari mana soal itu. Kalau Sheril yang terlebih dulu mengajak Rifaldi bagaimana?" tanya Bu Ranti.."Sheril yang mengatakannya langsung mah, bahkan sebelum Sh

DMCA.com Protection Status