Hari pun sudah malam dan seperti biasa sebelum tidur Devan masih sibuk dengan laptop miliknya."Mas...!" panggil lirih Melati."Iyah ada apa? apa kamu butuh sesuatu?" tanya pria dingin itu. "Apa kamu bisa pindah ke tempat tidur? biar aku bisa pindah ke tempatku juga?" sahut Melati."Tidak..! jawab Devan "Kamu malam ini tidur di tempat tidur saja, biar aku yang tidur di sofa!" ungkapnya. "Tapi mas... kamu kan tidak terbiasa tidur di sofa seperti itu?" "Sudahlah jangan membantah, ini demi kebaikan kamu juga. Aku tidak bisa membiarkan kamu tidur di sofa seperti ini dengan kondisi kakimu yang sedang sakit! lagi pula kamu itukan istriku tidak ada salahnya aku mengalah." "Terima kasih mas,,, maaf kalau aku selalu membuatmu repot!" sahut gadis itu sambil tersenyum kecil. "Jujur aku senang banget mas, saat kamu secara langsung mengakui kalau aku itu adalah istri kamu! Meskipun pernikahan kita ini terjadi karena paksaan tapi kamu sudah melakukan tugas kamu sebagai suami yang bertanggung j
Setelah asik melihat indahnya bintang di malam hari, mereka berdua pun langsung pergi ke kamar untuk beristirahat."Mas...! Panggil Melati. "Sebaiknya kita kembali ke kamar saja, ini juga sudah larut malam dan angin malam tidak baik untuk kesehatan kita!" ujar gadis itu. "Ya sudah ayoh kita masuk!" sahut pria itu. "Iyah ayoh mas, aku juga sekarang sudah mulai mengantuk." Setelah sampai kamar, Melati hendak tidur di sofa seperti biasanya namun entah kenapa Devan langsung menghalanginya."Aku kan sudah bilang kalau aku yang akan tidur di sofa ini!" ujar pria dingin itu. "Tapi mas... aku tidak mungkin membiarkan kamu tidur di sofa seperti ini. Biarkan aku tidur disini, lagi pula aku sudah terbiasa!" ungkap Melati."Tidak...aku juga tidak akan membiarkan kamu tidur di sofa malam ini. Kakimu sedang terluka jadi tolong jangan berdebat denganku lagi! Sekarang ayoh tidur di tempat tidur!" pinta pria itu. "Baiklah mas..!" sahut gadis itu yang masih merasa tidak enak.Melati pun mulai memb
"Melati....apa masih sakit?" tanya Devan kembali membuyarkan lamunan gadis itu. "Hhhmm iyah mas maaf, tidak mas aku tidak apa-apa!" sahut Melati."Ini kancing bajunya sudah Ketemu mas, hhhmmm biar aku bantu jahitkan yah mas!" "Memangnya kamu bisa?" tanya Devan."Tentu saja mas, ini merupakan persoalan yang sangat mudah! kamu tunggu dulu sebentar yah mas aku akan mengambilkan jarum dan benangnya dulu." ujar Melati.Setelah mengambil jarum dan benang Melati pun mulai melakukan keahliannya dalam menjahit. "Kamu tidak perlu membuka kemejanya mas, aku akan menjahitnya sambil berdiri dan kamu masih bisa memakai kemejamu ini!""Baiklah, tapi tolong lakukan dengan cepat karena ini sudah mulai siang."Melati pun mulai melakukan keahliannya dalam menjahit. Mereka berdua terlihat sangat romantis sekali, walaupun sebenarnya tidak ada rasa cinta diantara mereka berdua."Sudah ku bilang ini sangatlah mudah, sekarang sudah selesai!" ujar Melati."Hmm terima kasih!" sahut Devan."Sama-sama mas, ya
"Sintia, buka pintunya!" teriak Rifaldi semakin kencang. "Ada apa lagi mas, sudahlah untuk apa kamu kemari? sebaiknya kamu cepat saja pergi ke kantor!" ujar gadis itu dari dalam sambil menangis. "Maafin aku, aku tahu aku sudah bersikap tidak baik sama kamu! tolong jangan marah seperti ini!" pinta Rifaldi. "Ayoh kita pergi untuk memeriksa kondisi anak kita!" ajak pria itu merayu.Sintia pun membukakan pintu kamarnya dengan ekspresi wajah yang masih marah."Sudah aku katakan kalau aku akan pergi sendiri, aku juga tahu kalau kamu terpaksa bukan mengantarkan aku!" ujar gadis itu emosi. "Coba saja kalau aku ini Melati, pasti kamu akan langsung menyetujuinya kan?" "Kenapa kamu bawa-bawa Melati seperti itu?" tanya Rifaldi.Gadis itu nampak sangat kesal sekali dan berkata "Karena kamu masih sangat mencintainya!" ungkapnya penuh emosi."Tolong kasih aku waktu, kasih aku waktu untuk belajar mencintai kamu! aku juga sedang berusaha untuk melupakan Melati, aku juga tidak ingin terus-terusan hi
"Assalamualaikum..! Ibu, Ayah." teriak Melati."Waalaikumsalam...." sahut ayah dan ibu Melati yang ternyata baru saja datang dari luar. "Loh, ayah sama ibu habis dari mana? pantas saja rumah terasa sepi?" tanya Melati sambil memeluk kedua orang tuanya untuk melepas rindu. "Ibu sama Ayah habis dari rumah sakit, habis kontrol kondisi kesehatan ayah kamu dan Alhamdulillah sekarang sudah baik-baik saja, tidak ada yang perlu di khawatirkan!" sahut Bu Sukma. "Syukurlah kalau kondisi ayah sekarang sudah baik-baik saja!" "Kamu kok kesini gak bilang-bilang dulu sama ibu dan ayah! apa suami kamu tahu nak?" tanya pak Rian. "Mas Devan tahu kok Bu, nanti sore juga dia yang akan menjemput aku pulang. Melati juga sengaja tidak kasih tahu ibu dan ayah karena ingin memberikan kejutan buat ibu sama Ayah!" "Ya sudah kalau begitu ayoh kita masuk!" ajak Bu Sukma. Mereka bertiga pun langsung masuk ke dalam rumah.Sementara itu setelah selesai mengantarkan Sintia ke rumah sakit, Rifaldi langsung berg
Sambil menahan emosinya Devan pun mencoba untuk tenang menghadapi adik tirinya itu. "Jika tidak ada yang ingin kamu katakan lagi, sebaiknya kamu keluar dari ruanganku!" ujar Devan dengan ketus. Tanpa menunggu lama lagi Rifaldi pun langsung keluar dari ruangan kakaknya itu. "Berani sekali dia berbicara seperti itu! ujar devan sambil memukul meja kerjanya. "Kenapa dia harus membawa-bawa wanita itu, dia secara tidak langsung sudah mengingatkan aku akan masa lalu yang pahit!" "Aagghhhh......" teriak Rifaldi sangat kencang. "Jadi itu alasannya kenapa kak Devan mau menerima hadiah bulan madu dari papa, karena dia sudah mulai mencintai Melati!" "Kenapa harus seperti ini, kenapa harus kak Devan yang menikahi Melati. Jika saja orang lain yang menikahi Melati pasti hati aku tidak akan sehancur ini!" Sore harinya sesuai dengan janji, Devan pun menjemput istrinya itu di rumah mertuanya. Tok tok tok..."Assalamualaikum..! assalamualaikum..!" ujar pria itu beberapa kali sambil mengetuk pin
Melati pun nampak berpamitan dengan kedua orang tuanya. Walaupun terlihat jelas di wajah gadis itu dia masih sangat ingin berlama-lama berada disana."Bu, sebenarnya Melati masih sangat ingin berada disini. Tapi Melati harus pergi sekarang!" ungkap gadis itu. "Iyah sayang, ibu juga paham kalau kamu pasti masih ingin tetap disini bersama kami tapi kamu juga harus pulang! bukan kah kalian besok akan pergi ke Bali!" sahut Bu Sukma dengan lembut. "Kalau kamu dan nak Devan sudah pulang dari Bali, ayah harap kalian berdua mau menginap disini untuk beberapa hari saja!" ungkap pria paruh baya itu. "Bagaimana nak Devan? apa nak Devan mau untuk menginap disini?" "Tentu saja, kapan-kapan kami akan sempatkan waktu untuk menginap disini!" sahut Devan dengan santun. "Ya sudah kalau begitu kami pamit dulu, ayah dan ibu harus jaga kesehatan dan diri kalian baik-baik!" "Iyah Melati, kalian hati-hati yah di jalannya. Terima kasih juga untuk waktunya hari ini!" "Sama-sama Bu, justru saya yang bert
Melati dan Devan pun langsung masuk kedalam rumah."Itu kan Devan dan mba Melati..."ucap Sinta saat melati baru saja masuk rumah. "Kalian sudah pulang ternyata, ayoh kita makan sama-sama." ujar Oma Laksmi. "Tidak Oma, terima kasih! Aku dan mas Devan sudah makan tadi di rumah orangtua aku!" sahut Melati."Iyah Oma, Devan juga masih merasa sangat kenyang sekali! Dan sepertinya kami mau langsung pergi istirahat, apalagi besok kita akan melaksanakan perjalanan ke Bali," ungkap pria itu. "Kami berdua sama sekali belum mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa untuk besok!""Iyah Oma, Melati belum mempersiapkan apapun untuk besok!" "Oh begitu ya, ya sudah tidak apa-apa." "Mas, kita juga belum mempersiapkan apa-apa, sebaiknya setelah selesai makan kita langsung packing barang yang akan di bawa yah mas!" ucap Sintia. Rifaldi hanya mengangguk saja tanda setuju. Sementara Devan dan Melati langsung pergi ke kamarnya. "Mas, siapa yang akan mandi lebih dulu?" tanya Melati saat sudah samp
Keesokan harinya Rifaldi sudah berada di depan rumah Sintia, dia terlihat membawakan Sintia bunga dan juga buah-buahan untuk keluarganya. "Assalamualaikum Pak...!" sapa dia pada mertuanya yang kebetulan berada di depan. "Waalaikumsalam... nak Rifaldi pasti kesini untuk menemui Sintia bukan!" sahut pria paruh baya itu.."Iyah Pak, apa Sintia ada!" "Ada, ayoh kita masuk ke dalam!" "Mas Rifaldi, kamu kesini lagi? ada apa mas?" tanya Sintia. "Aku datang kesini untuk meminta kamu agar ikut pulang dengan aku ke rumah kita!" sahut pria itu. Sintia pun langsung memandangi wajah kedua orang tuanya. "Apa mas Rifaldi sudah yakin dengan keputusan ini, aku tidak mau kalau nantinya mas Rifaldi akan menyesal!" "Tentu saja aku sudah yakin, aku tidak akan menyesal sama sekali karena ini murni keinginan aku. Aku ingin kita bisa sama-sama seperti dulu lagi sintia, tolong berikan aku satu kesempatan untuk bisa menjaga dan mencintai kamu dan ikut membesarkan anak kita sama-sama!" ungkap Rifaldi de
"Bapa akan mencoba membantu kamu dan berbicara dengan Sintia mengenai ini, bapa akan memberikan pengertian pada dia. Jadi nak Rifaldi harus mau menunggu untuk itu!" ujar Pak Ridwan."Aku tidak masalah sama sekali pak jika harus menunggu Sintia begitu lama!" Baiklah, kalau begitu sebaiknya nak Rifaldi pulang dulu saja, besok pagi nak Rifaldi bisa datang kesini lagi dan kami akan memberikan keputusannya!" "Baik Pak, Terima kasih sebelumnya atas bantuannya Pak, Bu!" "Sama-sama nak Rifaldi, kalau untuk kebaikan pasti kami akan selalu mendukung. Iyah kan Pak!" ujar Bu Anis. "Iyah bu benar sekali!" sahut Pak Ridwan sambil tersenyum.."Kalau begitu saya pamit pulang dulu pak, besok pagi saya akan kesini lagi. Dan tolong sampaikan salam dari saya untuk Sintia!" "Assalamualaikum....!" ujar Rifaldi.."Waalaikumsalam...!" sahut Bu Anis dan Pak Ridwan..Setelah Rifaldi pulang, Bu Anis dan Pak Ridwan pun langsung mencoba untuk berbicara dengan Sintia. Tok tok tok"Sintia, buka dulu nak. Kami
Serangkaian acara pun mulai di lakukan, semua orang tampak sangat bahagia sekali. Kini acara itu dilanjutkan dengan melakukan siraman. "Dimana ayah dari calon bayinya? Mama suami kamu!" tanya seorang wanita paruh baya yang memimpin acara tersebut...Sontak semua orang pun terdiam dan saling menatap satu sama lainnya. "Apa acaranya tidak bisa dilanjutkan kalau tidak ada suami saya mbok!" tanya Sintia. "Memangnya suami kamu kemana? bukankah ini juga acara yang penting untuk dia!" "Saya ada disini!" sahut seorang pria yang tiba-tiba saja datang. Semua orang pun langsung dialihkan pandangnya, dan merasa terkejut saat tahu bahwa pria tersebut adalah Rifaldi..."Rifaldi pah!" ujar Bu Ranti pada suaminya. Rifaldi pun langsung berjalan ke arah Sintia..."Apa sekarang acaranya sudah bisa di mulai?" tanya pria itu membuat semua orang membisu."Tentu saja, kita bisa mulai siramannya sekarang!" Acara siraman tujuh bulanan pun langsung di lakukan... Setelah serangkaian acara selesai dan b
"Mas, Cindy.. ayoh kesini. aku sudah membuatkan minuman dan cemilan untuk kalian!" panggil Melati...Tak berselang lama Cindy dan Devan pun datang menghampiri Melati yang sudah berada di ruang makan. "Ya ampun kak, kenapa gak ngajak-ngajak aku sih. Aku kan bisa bantuin kakak!" ujar Cindy. "Engga apa-apa kok, ini kan bikinnya juga simple banget jadi kakak bisa sendiri!" sahut Melati.."Aku cobain yah, kelihatannya enak banget!" "Iyah boleh dong, ayoh di makan!" "Hmmm apapun yang dibuat oleh istri aku ini memang gak pernah gagal. Tangan kamu ini memang ajaib banget yah!" "Makasih yah mas, kamu itu selalu memuji aku!" "Kapan-kapan aku juga mau dong kak belajar masak, biar nanti tuh setelah aku punya suami aku bisa masakin suami aku makanan yang enak terus setiap hari. Terus dapet pujian deh dari dia, sama seperti kalian ini!" ungkap Cindy. "Boleh dong, kamu bisa datang kesini dan belajar kapan pun yang kamu mau. Kakak pasti akan selalu ngajarin kamu sampai kamu bisa!" sahut Melati
Setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh akhirnya Melati, Devan dan Cindy pun sudah sampai di rumah baru mereka. Melati terlihat senang sekali dengan rumah baru yang akan ditinggalinya itu. Rumah yang terlihat sangat megah, dan halaman yang luas beserta taman membuat rumah itu terkesan mewah. "Gimana menurut kamu? apa kamu suka sama rumahnya!" tanya Devan. "Aku suka banget mas sama rumahnya, rumahnya bagus, mewah dan terlihat sangat nyaman!" sahut gadis itu. "Waw keren banget kak, ternyata kak Devan pintar juga yah milih desain rumah yang bagus!" puji Cindy. "Aku kayaknya bakalan sering nginep disini deh, apalagi letaknya juga tidak terlalu jauh dari kampus aku!" "Tentu saja boleh dong, kalau kamu mau tinggal disini juga tidak masalah sama sekali kok!" sahut Devan. "Iyah, kakak malah seneng banget karena nanti ada temennya!" "Ya udah yuk kita masuk ke dalam, pasti kamu sudah penasaran kan dengan isi rumah kita yang baru ini!" ajak Devan. "Iyah mas, aku memang sudah penas
Keesokan paginya terlihat Devan dan Melati sudah bersiap-siap untuk pindah rumah, semua orang pun merasa sedih akan kepindahan mereka berdua. "kenapa kalian berdua mendadak pindah pagi ini, bukankah akan pindahnya sore nanti!" Ujar Oma Laksmi.."Sebelumnya aku mau minta maaf Oma, karena secara mendadak aku dan Melati memutuskan untuk pindah pagi ini. Aku juga sudah bicara dengan papa dan meminta ijin untuk tidak masuk kantor dulu!" "Loh kak Devan sama kak Melati mau pindahan sekarang?" Tanya Cindy."Iyah Cindy!" Sahut singkat Melati.."Tapi kenapa? Bukannya kemarin bilangnya nanti sore yah!" "Tadinya memang begitu tapi kita jugakan harus beresin barang-barang kita nanti disana. Jadi pasti akan membutuhkan waktu yang cukup lama!" "Ya udah kalau gitu aku ikut kalian yah, aku bantuin kalian beres-beres disana gimana? Bolehkan?" "Boleh dong, malah kita senang banget karena ada yang bantuin. Iyah kan mas!" Devan pun menganggukkan sambil tersenyum ke arah Cindy. "Yess!" Ucap gadis it
Terlihat Melati sedang membereskan barang-barangnya yang akan dia bawa nanti saat pindah rumah, gadis itu nampak sibuk sekali. Dan tak lama dari itu Devan pun sudah pulang dari kantornya.."Kelihatannya istriku ini sangat sibuk sekali, sampai-sampai suami pulang saja tidak tahu!" ujar Devan menggoda.."Ya ampun mas maaf banget yah, aku terlalu asik beresin barang-barang kita!" sahut gadis itu yang merasa tidak enak. "Tidak apa-apa, aku juga hanya bercanda kok!" "Oh Iyah mas, tadi setelah kamu pergi ke kantor ada kedua orang tua Sintia datang kesini!" "Apa Sintia juga ikut?" "Tidak mas, hanya bapa dan ibunya saja yang datang. Mereka datang kesini hanya ingin meminta kejelasan pada mas Rifaldi dan ternyata mas Rifaldi lebih memilih menceraikan Sintia setelah anak mereka lahir nanti mas!" ungkap gadis itu dengan raut wajah yang sedih. "Aku tidak mengerti dengan jalan pikirannya Rifaldi, dia sampai tega menyakiti banyak orang sekaligus!" "Makanya mas, aku merasa sedih dan bersalah s
Setelah kedua orang tua Sintia pulang, Pak Hardi dan yang lainnya pun mencoba untuk bicara dengan Rifaldi. "Rifaldi tunggu dulu!" pinta Pak Hardi.."Ada apa lagi pah!" sahut pria itu ketus. "Papa ingin bicara dengan kamu!" "Kalau papa ingin membicarakan masalah aku dengan Sintia, aku rasa sudah tidak ada lagi yang perlu di bicarakan pah!" "Rifaldi, mama benar-benar kecewa sama kamu. Kenapa kamu ini jadi egois seperti ini!" ujar Bu Ranti dengan nada yang tinggi. "Aku egois, aku jadi seperti ini karena kesalahan aku sendiri. Seandainya saja waktu itu aku tidak menikahi Sintia dan meneruskan pernikahan aku dengan Melati pasti kejadiannya tidak akan seperti ini!" "Kak, kenapa sih kakak ini gak bisa belajar mencintai kak Sintia. Padahal kak Sintia juga wanita yang baik dia juga sangat mencintai kak Rifaldi dengan sangat tulus!" ungkap Cindy yang juga ikut kesal. "Kamu diam saja Cindy, tolong jangan ikut campur dengan masalah ku ini!" "Kenapa kak, kenapa aku tidak boleh untuk ikut b
Pria itu pun langsung bergegas pergi meninggalkan semua orang dengan menahan kesal. "Sepertinya Rifaldi itu marah pah!" Ujar wanita paruh baya itu.."Marah kenapa mah?" "Dia sepertinya kesal karena Melati dan Devan memutuskan untuk pindah rumah, tapi itu hanya perkiraan mama saja!" ungkap Bu Ranti.."Tapi keputusan Devan untuk pindah rumah itu sudah tepat mah, dengan begitu Rifaldi tidak akan terus di bayang-bayangi oleh Melati. Dan siapa tahu dia bisa melupakan Melati juga!" sahut pak Hardi."Jujur saja sebenarnya memang itu alasan aku dan Melati memutuskan untuk pindah rumah, aku merasa tidak akan baik jika harus tinggal satu atap dengan Rifaldi. Apalagi setelah apa yang sudah dia lakukan selama ini sangatlah keterlaluan, dia bahkan yang pertama kali mengajak Sheril untuk bekerja sama!" ungkap Devan."Apa kamu yakin, kamu tahu dari mana soal itu. Kalau Sheril yang terlebih dulu mengajak Rifaldi bagaimana?" tanya Bu Ranti.."Sheril yang mengatakannya langsung mah, bahkan sebelum Sh