"Erika, kamu bicara apa, sih?" Bimo mencoba menarikku dengan tangannya yang bebas, sementara satu tangannya tidak pernah lepas dari tangan Riani.Aku mengangkat tangan dan menampar wajah Bimo. Dia menutupi wajahnya, matanya terbelalak tidak percaya.Riani mengangkat roknya dan melindungi Bimo dengan satu tangan, sambil merengek lirih, "Kak, jangan marah, jangan sakiti Kak Bimo.""Aku sudah nggak menginginkan pernikahan ini lagi, aku bakal balikin gaun pengantinmu. Biarkan saja aku mati sendirian, huhuhu."Kata Riani sambil beranjak untuk melepaskan gaun pengantin dari tubuhnya, tetapi dihentikan oleh Bimo."Riani, gaun pengantin ini milikmu, pernikahan ini juga milikmu."Dia merapikan gaun pengantin yang dikenakan Riani dengan hati-hati, tidak melewatkan setiap renda. Gaun pengantin berwarna putih makin membuat Riani terlihat lemah, sementara lampu di aula membuatnya terkesan lebih indah dan rapuh.Ini adalah gaun pengantin yang dipilihkan Bimo untukku, tetapi sangat cocok untuknya.Ti
Setelah berjuang cukup lama, aku memaksakan diri untuk berdiri.Ketika menuruni tangga, kakiku keseleo dan rasanya sangat sakit.Aku melihat sepatuku, ternyata tumitku sudah berdarah.Ternyata bukan hanya gaun pengantinnya yang tidak muat dengan ukuranku, sepatu hak tingginya juga tidak muat dengan kakiku.Aku sempat berpikir bahwa itu karena Bimo terlalu sibuk dan tidak cukup teliti dalam memperhatikan hal-hal yang berhubungan denganku, jadi dia salah memilih.Aku melihat ke arah mawar putih dan violet yang diletakkan di taman, yang juga merupakan bunga favorit Riani.Ternyata, semua itu bukan untukku.Ketika aku berjalan melewati jalan setapak di taman menuju lokasi pernikahan sebelumnya, kakiku sudah lelah karena tumitku terluka.Sekarang, kakiku keseleo. Saat menginjak jalan berkerikil, setiap langkah yang aku ayunkan terasa sangat menyakitkan.Semua pelayan menundukkan kepala saat mereka melewatiku. Mereka tidak menatapku, hanya bergegas menuju ruang perjamuan dengan makanan di ta
Dengan kaki yang terluka, ditambah demam akibat kehujanan, dokter menyarankanku untuk menjalani operasi dalam beberapa hari.Aku tidak punya tempat untuk pergi dan hanya bisa tinggal di rumah sakit.Bimo meneleponku malam itu, dengan marah menanyakan di mana aku berada.Riani yang berada di sampingnya mencoba memperkeruh suasana. "Kak Bimo, Kak Erika masih belum pulang, apa dia tidur di tempat temannya? Aku dengar katanya rekan kerjanya banyak yang laki-laki, apa kamu nggak takut terjadi sesuatu dengan mereka?"Bimo mendengkus, "Kamu nggak tahu secinta apa dia denganku. Dia seperti anjing, diusir saja nggak mau pergi, jadi mana mungkin dia selingkuh?"Hatiku seperti tersayat pisau. Ketika Bimo ingin mengakhiri hubungan denganku, aku berusaha sekuat tenaga untuk tetap bertahan. Aku pikir aku sudah membuat hatinya luluh, tetapi tidak disangka di matanya, aku hanyalah seekor anjing penjilat yang tidak bisa dia singkirkan.Bimo menggambarkan perpisahan itu dengan sempurna, bahkan mengulang
Pada hari operasi, aku mengikuti perawat melewati koridor.Di sebelah ada departemen kebidanan dan kandungan. Ada seorang wanita yang baru melahirkan tengah menggendong bayinya dan didorong keluar dari ruang operasi. Keluarga dan teman wanita mendekat dan begitu perhatian dengan kondisi ibu dan anak.Melihat itu, hatiku terasa masam, menunduk dan menyentuh perutku.Perawat mengira aku gugup, jadi menyarankan agar aku bermain dengan ponsel sebentar biar lebih santai.Aku menatap layar ponsel dengan linglung, tanganku tanpa sadar membuka status teman-temanku.Kebetulan saja muncul status Riani yang begitu hati-hati.Dia menuliskan, "Kali terakhir bepergian dengan orang yang paling aku cintai."Dalam foto tersebut, terlihat tangan mereka saling menggenggam erat.Meskipun saat resepsi aku sudah memutuskan untuk menyerah dengan hubungan ini, air mataku tetap terjatuh, membasahi layar ponsel.Karena Bimo sibuk bekerja, sering lembur dan melakukan perjalanan dinas, tanggal pesta pernikahan te
Setelah Bimo mengatakan itu, aku langsung mematikan panggilan dan memblokir nomornya tanpa ragu-ragu.Riani, lebih baik kamu diam dan jangan mengotori jalan reinkarnasi anakku.Berbaring di meja operasi yang dingin, aku menatap cahaya putih yang menyilaukan, membuat mataku perih.Riani masih terus mengirimkan status, sebuah foto yang hangat menarik perhatianku.Ketika bayi dalam perutku sudah dikeluarkan, Riani menyombongkan diri bahwa Bimo telah melelang berlian dengan harga tertinggi. Mereka berdua berciuman dengan penuh gairah di pelelangan. Tepuk tangan di tempat kejadian dan ucapan selamat pun terlihat memenuhi status yang dia kirimkan, meninggalkan catatan yang romantis.Aku terbaring di ranjang rumah sakit. Rasanya seperti ada bagian tubuhku yang dicabut dengan kejam, membuat darah mengalir deras.Selama waktu yang aku habiskan di rumah sakit untuk memulihkan kondisiku, Bimo terus meneleponku berulang kali. Namun, aku mengabaikannya dan langsung memblokir nomor yang dia gunakan.
Kemarahan Bimo langsung tersulut."Erika, kamu harus sadar diri! Kamu sudah dipermainkan olehku selama sepuluh tahun dan kamu sudah rusak. Kamu pikir masih ada orang yang menginginkanmu selain aku?""Jangan lupa, kamu sedang mengandung anakku sekarang."Dia menambahkan. "Nggak masalah kalau kamu mau cerai, tapi gugurkan anak itu."Dia tahu bahwa kesehatanku tidak baik, jadi tidak mudah bagiku untuk bisa mengandung anak ini. Dia juga tahu bahwa aku mencintai anak-anak dan mendambakan keluarga yang lengkap. Dia sangat yakin bahwa aku tidak akan rela menggugurkan anak yang kami miliki dengan susah payah ini.Namun, dia tidak tahu.Saat dia dan Riani sedang melakukan bulan madu, meringkuk di atas lautan biru yang tak berujung dan menggantungkan kunci di jembatan kekasih, anak kami sudah meninggal.Anak kami sudah meninggal.Aku melihat dengan sedikit geli saat dia sedang berpuas diri, berpikir bahwa dia bisa mengendalikanku."Bukankah kalau kita cerai, dia jadi punya ruang?""Erika, tabiat
Wajah Bimo berubah dari sumringah menjadi pucat.Dia bergidik saat membaca tulisan di kertas itu, bahkan jari-jarinya sampai gemetar, tidak percaya dengan apa yang dia lihat.Dia mencubit lengan Riani, matanya memerah sambil memerintahkan, "Bacakan!"Riani terkejut dan membacanya dengan gemetar, "Tiga bulan ... menjadi ... keguguran ...."Bimo merobek-robek kertas itu dan berteriak kesakitan, "Kamu bohong! Ini pasti palsu, palsu!""Bayi itu sudah terbentuk. Erika, kamu kejam sekali!"Dia menunjuk ke arahku, air mata membasahi wajahnya.Aku merasa konyol menghadapi tuduhan seperti itu dan berbalik untuk pergi.Namun, dia melangkah maju dan memelukku erat-erat, napasnya yang tidak teratur mengungkapkan kegelisahan di dalam hatinya."Erika, jangan pergi.""Aku nggak mau cerai.""Katakan padaku kalau itu palsu, cepat katakan!"Suara teriakannya bergema di ruang tamu. Suara kemarahannya berubah menjadi ketakutan, menjadi suara penuh duka."Erika, katakan sesuatu, ya?"Apa lagi yang bisa aku
Sejak Bimo melukaiku dan mendatangkan dokter untuk mengobatiku, dia tidak muncul berhari-hari.Selama ini, aku berpura-pura sakit dan berusaha mencari cara untuk melarikan diri.Riani mengganti akunnya dan kembali menambahkan kontakku, lalu mengunggah banyak foto mesranya bersama Bimo. Bahkan kata-kata yang dia selipkan sangat manis dan penuh cinta.Ada getaran di dalam hatiku. Aku membuka foto-foto itu, lalu menyimpannya.Melihatnya dengan bangga memamerkan kemesraan mereka, aku menuliskan komentar, "Setelah semua taktik yang kamu gunakan, Bimo masih belum melamarmu?"Pertahanan Riani langsung runtuh. Dia mengirimkan belasan pesan suara dan teks, memarahiku dengan berbagai cara."Lihat apa yang dibicarakan semua orang tentangmu? Kamu cuma wanita yang nggak dicintai dan jadi selingkuhan. Penglihatan mereka memang sangat jeli."Dia sangat bangga pada dirinya sendiri, jadi saat aku tidak membalas pesannya, dia menambahkan, "Kalau waktu itu aku nggak pergi ke luar negeri, mana mungkin kam
Setahun kemudian, aku kembali ke rumah. Dengan dorongan dari teman pengacaraku, aku melaporkan ibu, ayah dan adikku ke pengadilan untuk mendapatkan kembali uang yang pernah mereka ambil dari rekeningku.Mereka tidak bisa berbuat apa-apa selain mengumpat.Kata-kata buruk itu bagaikan angin sepoi-sepoi di telingaku, berlalu, kemudian menghilang.Mereka tidak punya rumah dan uang di kota, jadi mereka terpaksa harus kembali ke kampung halaman mereka di pedesaan. Dengan begini, mereka akan makin jauh dengan duniaku.Aku tidak perlu membuang-buang waktu dengan mereka.Ketika aku mengajukan diri untuk bekerja di luar negeri, rekan kerjaku mengajakku bergosip."Mantan suamimu sekarang nggak bisa lagi."Melihat ekspresi menggodanya, aku memutuskan untuk mendengarkan.Karena sadar aku tidak akan luluh, Bimo memutuskan untuk kembali. Dia kembali dalam jeratan Riani dan mereka pun hidup bersama.Riani ingin memanfaatkan kehamilannya untuk menaikkan statusnya. Namun, Bimo teringat saat aku menggugu
Semuanya berjalan lancar di luar negeri. Pimpinan perusahaanku berjanji akan membuatku bertanggung jawab pada ulasan utama untuk kuartal berikutnya.Bimo mengejarku hingga keluar negeri. Dia mengirimkan bunga mawar segar setiap hari. Saat aku melewati toko dan tanpa sengaja melirik perhiasan, dia akan membeli perhiasan itu dan memberikannya kepadaku.Beberapa rekan kerjaku di luar negeri menggodaku, mengatakan bahwa daya tarikku sangat luar biasa. Mereka sampai menebak-nebak apa yang akan dia berikan untukku besok.Namun, aku mengembalikan barang-barang tersebut tanpa dibuka, lengkap dengan pesan tambahan. "Barang-barang ini sama seperti perasaanmu, murah dan nggak berarti."Mungkin karena perkataan ini, dia mulai melakukan hal-hal yang menurutnya bermakna.Pada suatu malam Natal yang bersalju, dia berlutut di depan pintu apartemenku dan mengatakan, "Aku akan menanggung semua kesedihan yang pernah kamu tanggung selama ini."Dia terlihat jauh lebih kuyu dari sebelumnya. Penampilannya ba
Setelah bercerai, aku mendaftar ke program perusahaan untuk belajar di luar negeri.Sejak dulu, aku selalu melepaskan begitu banyak kesempatan demi Bimo. Para pimpinan selalu menyayangkan hal ini karena aku berasal dari sekolah yang bergengsi.Aku menyewa apartemen di dekat perusahaan dan tinggal di sana. Panggilan telepon yang mengganggu dari orang tuaku terus terdengar. Mereka bahkan mengancam akan datang ke perusahaan untuk mengungkapkan sikapku yang mengabaikan orang tua kandung sendiri.Aku sudah bersiap untuk menuntut mereka, tetapi aku tidak menyangka bahwa Bimo sudah menuntut mereka terlebih dahulu.Ketika Bimo datang ke rumah untuk memberitahuku, aku sedang terburu-buru karena sedang mengemasi barang bawaan dan bersiap-siap untuk naik pesawat ke luar negeri malamnya.Aku sangat sibuk dengan pekerjaan, jadi berat badanku turun. Apalagi, ditambah beban penyesalan dan sakit hati yang saling menjerat."Erika, aku tahu kita sudah cerai, tapi aku tetap merindukanmu.""Aku sudah baca
Bimo pun ditangkap untuk diselidiki dan harga saham perusahaan turun untuk sementara waktu.Ketika aku diselamatkan dari vila oleh polisi, aku berdiri di halaman dan menghirup udara segar yang telah lama hilang.Polisi menghubungi keluargaku. Mereka datang, tetapi bukan untuk peduli padaku, melainkan menyalahkanku."Kamu mau mati, bikin suamimu masuk penjara!""Kak, kenapa kamu kejam sekali. Kak Bimo sudah sebaik itu sama kamu, tapi kamu malah membalas kebaikannya dengan permusuhan."Aku mencoba untuk tersenyum. "Ya, aku memang kejam, apa kalian baru sadar?""Oh ya, mulai hari ini dan seterusnya, aku memutuskan hubunganku dengan kalian."Ayah menghela napas dan hendak memukulku. Aku menghindar ke belakang polisi. "Eh, jangan kesal dulu. Beberapa tahun ini pasti kalian sudah dapat banyak uang Bimo. Ini harta bersama dan aku berhak untuk mendapatkannya kembali.""Selain itu, kalian juga mengambil uang di rekeningku tanpa izin. Kalian melakukan kejahatan penyelewengan. Kalau kalian nggak
Bimo mengusap pundakku. "Aku akan carikan wartawan. Lakukan saja apa yang aku katakan."Aku mengangguk setuju, tidak bergerak untuk menghindari pelukannya.Benar saja, wartawan yang dimaksud Bimo datang keesokan harinya.Dia benar-benar tidak sabar, tidak bisa membiarkan wanita kesayangannya menjadi bulan-bulanan gosip.Berdasarkan kalimat-kalimat yang telah dituliskan Bimo untukku sebelumnya, yang harus aku lakukan adalah mengatakan semua yang ada di sana dan menanggung semua kesalahan Riani.Wawancara itu disiarkan secara langsung. Ini adalah sesuatu yang sudah sering aku alami di tempat kerja, jadi aku tidak merasa terintimidasi sedikit pun.Dua lampu sorot menerpa wajahku dan siaran langsung pun dimulai.Dalam sekejap, siaran langsung itu dipenuhi dengan berbagai umpatan, yang sangat tidak mengenakkan untuk didengar.Aku menutup mata. Saat wartawan bersiap untuk melakukan wawancara, aku mengeluarkan beberapa tangkapan layar yang sudah dicetak dari bawah tumpukan tulisan yang disiap
Keesokan harinya, Bimo kembali. Bagian bawah matanya berwarna hitam, sekilas terlihat seperti dia kurang tidur.Dia mengusap alisnya dan langsung mengatakan, "Erika, aku sudah paham mengenai apa yang terjadi kemarin. Begini saja, aku ingin kamu menerima status selingkuhan dulu untuk sementara."Aku menatapnya dengan tenang. Dia menghindari tatapanku dan menambahkan, "Riani belum nikah, jadi jangan sampai reputasinya tercoreng."Meskipun aku tahu dia akan membela Riani tanpa syarat, aku masih merasa konyol dengan bertanya kepadanya, "Reputasiku nggak penting? Aku pantas buat dihujat dan dimaki di dunia maya?"Bimo hanya tertawa, seolah-olah dia tidak menganggap hal itu sebagai masalah."Kamu 'kan sudah menikah denganku, reputasi dan segala macamnya bukan masalah.""Lagi pula, bukankah itu yang biasa kamu hadapi dalam pekerjaanmu? Kalau hal itu benar-benar mempengaruhi pekerjaanmu dan kamu dipecat, aku masih bisa menghidupimu."Memang benar bahwa aku bekerja di perusahaan media, seorang
Selama seminggu disekap oleh Bimo, dia lebih sering datang menemaniku daripada sebelumnya.Riani mulai gelisah dan menggunakan taktik yang makin kikuk.Sampai suatu hari, aku menemukan bahwa opini publik di Internet berubah arah, tiba-tiba mulai menganggap Riani sebagai pihak ketiga.Aku melihat apa yang disebut karma itu. Pada kenyataannya, semuanya tidak berbahaya. Apakah dia melakukan semua ini dengan sengaja?Saat makan malam, Bimo mencuci tangannya dan menyajikan semangkuk sup iga untukku, memanggilku dengan penuh kasih sayang."Erika, ini sup yang dulu kamu suka."Aku tersenyum sambil memandangnya. Saat ini, seleraku sudah berubah.Wajar jika dia tidak tahu karena seluruh hatinya tertuju pada Riani. Jika bukan karena saat di pesta pernikahan aku menyadari bahwa bunganya berbeda dengan yang aku pesan sebelumnya, aku akan mengira dia benar-benar tidak peduli dengan hal-hal seperti ini.Aku tidak ingin berdebat dengannya tentang apa pun dan menerima sup yang dia berikan.Restoran it
Riani marah, mengambil ponselnya dan segera mengirimiku pesan-pesan kasar yang tak terhitung jumlahnya.Aku tertawa pelan, tujuanku tercapai.Aku sekali lagi mengajukan tawaran agar dia bersedia membantuku meninggalkan negara ini. Kali ini, dia tidak menolak walaupun masih memaki-makiku.Setelah Bimo bergegas pulang, dia puas dengan penampilanku yang mengenakan gaun rajutan. Aku sedang membaca di bawah lampu, terlihat patuh dan terampil.Bimo pun mengungkapkan tatapan lembut yang jarang dia tunjukkan. "Erika, aku tahu kamu sudah sangat menderita. Aku akan menebus semuanya perlahan."Aku mengejek dalam hati, menoleh tapi mengerjap sedih. "Suamiku, aku sudah memikirkannya cukup lama dan orang yang paling aku cintai itu kamu. Kamu juga paling mencintaiku, 'kan?"Sudut mulut Bimo menyunggingkan senyum menghina, berpikir bahwa aku benar-benar anjing penjilat yang tidak bisa diusir.Namun, dia menjadi sedikit emosional ketika melihatku mengangkat wajah dan menatapnya dengan mata berdenyut.D
Namun, setelah menunggu beberapa hari, pertunjukan yang dinanti-nantikan Riani belum juga terjadi.Para pelayan di rumah Bimo sangat berhati-hati dalam melayaniku setiap hari. Mereka khawatir Bimo melihat berat badanku turun, marah atau bahkan memar atau benjol.Aku tidak tahu bagaimana perasaan Bimo kepadaku saat ini.Jelas-jelas, dia sangat lembut dan berhati-hati pada Riani, sementara memperlakukanku dengan tidak sabaran. Namun, dia tidak mau melepaskanku, bahkan mengatakan bahwa dia sangat mencintaiku.Sekarang, dia memperlakukanku seperti burung kenari, mengurungku di rumah, tetapi tidak mengucapkan sepatah kata pun kepadaku.Karena tidak ada siapa pun yang bisa dimintai bantuan, aku berpikir untuk menghubungi ibu dan ayah. Namun, mereka menghubungiku terlebih dahulu.Hal pertama yang mereka katakan adalah mereka mendoakanku dan Bimo agar hidup bahagia. Mereka juga mengatakan bahwa seorang wanita yang menikah kedua kali tidak beruntung dan hal-hal klise lainnya.Ibu juga menangis