Share

Tidak boleh ganjen

Penulis: Althafunnisa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pak Bustomi hanya mengendikkan bahunya kepada Zaydan. Dia sendiri juga bingung bagaimana cara membujuk Qiara jika perempuan yang sedang berbadan dua itu merajuk.

"Ayah minta maaf kalau terkesan parno ataupun percaya kepada hal-hal yang berbau mistis, tapi Ayah benar-benar mengkhawatirkan keadaan Qiara kalau sampai Qiara pergi ke danau malam hari dan menginap di sana. Soalnya memang banyak kejadian orang-orang di sini yang ketika sedang hamil muda selalu diikuti oleh kuntilanak." Pak Bustomi berkata dengan hati-hati kepada Zaydan karena dia tahu Zaydan pasti akan menertawakannya mengingat menantunya itu adalah seorang Ustadz yang tidak percaya dengan hal-hal yang dianggap syirik seperti itu.

Zaydan hanya tersenyum mendengar perkataan Ayah mertuanya. Meskipun dia kurang percaya dengan hal-hal yang berbau syirik ataupun mistis, tetap saja dia mengkhawatirkan Qiara jika menginap di danau memang takut ada aura aura yang tidak baik di danau tersebut dan mereka pun memang akan kesulitan memi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (8)
goodnovel comment avatar
Diajheng Widia
laah qiii klw zaysan ga boleh interaksi ama muridnyaa piyee mau ngajaar kan dia dosenn qii ......
goodnovel comment avatar
Diajheng Widia
astagaa qiaraaa... ngeyeel juga kamu yaa
goodnovel comment avatar
Inon Poenya
hmmm ada ada aja nih qiara,, kadang emang kalo bumil tuh suka kena mood swing yaa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Mengalah untuk istri tercinta

    Zaydan berusaha berpikir keras Bagaimana caranya agar Qiara tidak merajuk. Dia yang teramat sangat mencintai Qiara tentu saja tidak ingin jika sampai istrinya itu merasa cemburu kepada mahasiswi di kampus karena memang tugas Zaydan sebagai seorang dosen harus membantu mahasiswi yang tidak mengerti dengan materi."Oke deh. Mas akan ikuti keinginanmu. Mulai besok nggak akan ada lagi mahasiswi yang bertanya tentang materi kuliah kepada Mas di luar kelas. Mas nggak akan melayani pertanyaan mereka kalau mereka mempertanyakan sesuatu yang sudah Mas terangkan di kelas." Zaydan berkata dengan lembut kepada Qiara membuat Qiara yang tadi merasa dongkol seketika melunak hatinya."Beneran?""Iya, Sayang. Pokoknya sebisa mungkin Mas akan menjelaskan di kelas materi apa saja yang tidak dimengerti oleh mereka. Sehingga di luar kelas mereka tidak perlu lagi bertanya apapun kepada Mas. Kamu setuju kan kalau seperti itu?" Zaydan berkata dengan lembut dan menarik istrinya itu ke dalam dekapan.Betapa Qi

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Manager perkebunan

    Terenyuh hati Zaydan mendengar perkataan Pak Bustomi. Dia pun merasa malu karena terus-terusan menolak permintaan Pak Bustomi untuk menerima uang tersebut dengan alasan tulus membantu mertuanya itu, padahal pada kenyataannya dia tidak bisa memenuhi semua kebutuhan Qiara."Baiklah. Zaydan akan menerima uang pemberian dari Ayah setiap bulannya. Maaf karena selama ini Zaydan menolak pemberian Ayah. Semua itu semata-mata karena Zaydan tidak ingin Ayah berpikiran bahwa Zaydan membantu Ayah karena ingin mendapatkan bayaran," ujar Zaydan sambil menatap Pak Bustomi lekat-lekat.Pak Bustomi menepuk-nepuk bahu Zaydan dan merasa bangga memiliki seorang menantu yang sedikitpun Tidak pernah menginginkan keuntungan dari uang milik Ayah mertuanya. Bahkan selama ini Zaydan selalu menolak uang pemberian dari Pak Bustomi meskipun kondisi keuangannya sedang tidak stabil."Boleh Ayah sarankan sesuatu kepadamu?" tanya Pak Bustomi di sela-sela pembicaraan mereka."Silakan, Ayah." Zaydan mempersilakan denga

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Ustadz hebat

    "Kenapa pula Abang harus menertawakanmu? Emangnya kamu itu pelawak?" Pak Bustomi yang memang seorang humoris langsung bertanya kepada adiknya membuat Pak Subhan semakin merasa tidak enak hati dan lelaki itu pun akhirnya mengikut istrinya agar istrinya saja yang angkat bicara."Begini Bang, lusa orang tua Ammar akan datang ke rumah untuk melamar Amira." Bu Subhan memulai ucapan membuat Pak Bustomi tercengang."Emangnya si Ammar sudah membuka cabang butik di Kota Muara Bulian?" Pak Bustomi refleks bertanya kepada Pak Subhan mengingat adiknya itu dulu mengharuskan Ammar memiliki butik di Muara Bulian barulah boleh menikahi Amira."Nggak begitu, Bang. Aku sudah merubah konsep ku itu. Aku pernah mendengar ceramah seorang ustadz kondang yang mengatakan, bahwa mencari seorang menantu tidaklah harus dilihat dari pekerjaannya yang sudah mapan. Tapi mencari menantu haruslah dilihat dari keimanannya dan ketakwaannya kepada Tuhan. Jika seorang pemuda sudah bertakwa kepada Tuhan, maka insya Allah

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Manja

    Pak Subhan dan istrinya saling pandang. Mereka sendiri belum bisa menentukan kapan akan segera melaksanakan pernikahan Amira dan Ammar. Mengingat mereka yang belum bertemu dengan orang tua Ammar yang tentu saja akan mereka putuskan bersama-sama resepsi pernikahan itu."Kalau Paman sih siap saja kapanpun orang tua Ammar ingin melangsungkan pernikahan itu. Kami hanya butuh waktu dari orang tua Ammar saja," sahut Pak Subhan.Zaydan manggut-manggut mendengar perkataan Pak Subhan. Sebenarnya dia ingin memberikan saran kepada Pak Subhan agar sebaiknya resepsi pernikahan itu dilangsungkan secepatnya. Mengingat Ammar Yang sepertinya sudah tidak tahan untuk mengesahkan hubungannya dengan Amira.Namun Zaydan sendiri tidak ingin jika nanti Paman Subhan tersinggung dengan perkataannya, sehingga dia memutuskan untuk menyampaikan apa yang ingin disampaikannya itu kepada Ammar saja esok hari.Zaydan berpamitan pada Pak Subhan dan yang lainnya untuk kembali ke dalam kamar untuk membangunkan Qiara kar

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Dokter Leon

    Qiara sama sekali tidak menyangka Jika ternyata dokter kandungan yang akan memeriksanya malam ini adalah Leon. Dia ingat betul, Leon tidak bertugas di Rumah sakit Mitra Medika Batanghari, tapi bertugas di rumah sakit hamba."Kamu kok tugas di sini?" Qiara bertanya kepada Leon sambil menoleh ke arah Zaydan karena dia khawatir jika Zaydan mulai tersulut emosi dan akan marah kepadanya.Leon mempersilakan Qiara dan Zaydan duduk di hadapannya. Lalu meminta buku catatan kesehatan Qiara yang langsung diberikan oleh Zaydan."Iya, Qi. Aku dipindahkan ke rumah sakit ini." Leon tersenyum sambil menyalakan komputer di sampingnya.Qiara mulai ambigu ketika melihat layar monitor yang sudah mulai menyala dan sepertinya Leon ingin segera memeriksa kandungannya. Perempuan itu menggenggam erat tangan Zaydan untuk meminta pendapat Zaydan apakah dia akan melanjutkan pemeriksaan kandungan itu atau tidak.Bisa Qiara lihat Bagaimana kekesalan di hati Zaydan yang menatap tajam pada Leon yang sejak tadi terus

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Makanan pedas

    Zaydan segera menghadang langkah Qiara dengan cepat. Dia tidak ingin jika sampai istrinya itu salah paham."Sayang, maksud Mas bukan begitu. Mas akan tetap melaksanakan kewajibannya sebagai seorang dosen untuk memberikan keterangan dan informasi serta materi yang jelas kepada para mahasiswa. Tapi Mas juga akan memenuhi keinginanmu untuk tidak membuat cemburu dengan meladeni mereka di luar kelas. Maka dari itu Mas berpikir keras Bagaimana caranya agar bisa membuat mahasiswa tidak banyak bertanya setelah pelajaran selesai," sahut Zaydan dengan mantap.Qiara yang tadi menatap tajam kepadanya langsung melembutkan tatapan dan dia pun langsung bergelayutan di lengan Zaydan."Janji ya. Pokoknya nggak ada lagi mahasiswa yang nanya-nanya soal materi di luar kelas," rengek Qiara dengan manja.Zaydan merangkul Qiara dan mengajak perempuan itu untuk makan di seberang rumah sakit yang mana terdapat sebuah warung nasi uduk yang cukup terkenal enak rasanya."Emangnya Mas pernah makan di sini?" Qiara

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Mengalah untuk kesayangan

    Zaydan hanya menghela nafas panjang mendengar permintaan Qiara. Tentu saja dia dilema, antara ingin memberikan sambal pedas itu kepada istrinya atau akan melihat istrinya merajuk sepanjang malam. Menyesal Zaydan karena telah memesan sambal pedas yang sesuai dengan seleranya."Sayang, Mas kan udah bilang kalau kamu nggak boleh makan sambal pedas?" Zaydan berusaha bernegosiasi dengan Qiara.Namun seperti perkiraan Zaydan, Qiara langsung mengerucutkan bibirnya dan melipat tangan di dada."Curang banget sih, Mas jadi suami. Aku Mas larang makan pedas dengan alasan lagi hamil, tapi Mas nggak menghargai perasaanku sedikitpun." Mata Qiara mulai berkaca-kaca karena dia merasa Zaydan keterlaluan telah memberi dia keinginan untuk menikmati makanan pedas di hadapannya.Zaydan yang tidak ingin melihat Qiara bersedih akhirnya memutuskan untuk tidak memakan sambal yang berada di hadapannya. Lelaki itu membawa sambal kepada pelayan penjual nasi uduk dan meminta sambal yang baru."Mas mengalah deh. M

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Udara segar di danau

    Suara kicau burung begitu merdu di pohon belimbing yang terletak di samping rumah Pak Bustomi. Beberapa ekor bebek tampak melintas di pinggir jalan membuat Qiara yang tengah berjalan di atas rerumputan di depan rumah Pak Bustomi tersenyum kegirangan."Lucu juga ya Kalau seandainya aku punya anak yang banyak nanti. Pasti mereka bakalan seperti anak-anak bebek itu yang mengikutiku ke mana pun pergi." Qiara terkekeh sambil membayangkan dia yang memiliki banyak anak yang usianya hanya terpaut satu tahun saja yang tentu saja mengikuti kemanapun dia pergi."Emangnya kamu nggak keberatan Kalau mas minta punya anak banyak seperti bebek-bebek itu?" Zaydan tiba-tiba memeluk Qiara dari belakang membuat perempuan itu tersentak kaget."Ih, mas kerjaannya nguping aja deh. Bikin sebel." Qiara memukul bahu Zaydan karena dia menyadari bahwa suaminya itu baru saja menguping pembicaraannya.Zaydan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sebenarnya dia tidak berniat untuk menguping pembicaraan istrinya, h

Bab terbaru

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Kesayangan Abi (End)

    2 tahun kemudian. "Jangan peluk Abinya Zahwa." Zahwa mendorong tangan Qiara yang melingkar di perut Zaydan saat mereka berbaring di saung samping rumah. "Abinya Zahwa kan kesayangan Umi." Qiara tetap memeluk Zaydan. "Lepasin! Abinya Zahwa!" "Sayangnya Abi dan sayangnya Mas kok berantem gitu sih? Sini-sini, peluk Abi sama-sama." Zaydan meletakkan Zahwa di atas perutnya dan membaringkan kepala Qiara di atas bahunya. Setiap hari selalu ada keributan karena memperebutkan perhatian Zaydan dari Qiara dan Zahwa. "Sayang, kita mandi yuk. Udah sore nih." Qiara membujuk Zahwa agar mandi. "Nggak mau." "Tapi ini udah sore." "Nggak mau!" "Zahwa, jangan lari-lari gitu. Umi capek." Qiara menyeka dahinya yang berkeringat karena mengejar Zahwa di halaman rumah. "Sayang, kamu aja deh yang bujuk Zahwa. Aku capek banget." Qiara akhirnya pasrah. Ia duduk di tepi kolam ikan sambil melipat tangan di dada. "Ya udah, Mas bujuk dia dulu. Kamu mandi duluan gih." "Oke." "Tunggu." "Apa lagi, Mas?"

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Pernikahan Amira

    "Ayah harus mencicipi tumis kangkung buatan Mas Zaydan. Kali ini tumis kangkungnya pakai cumi loh." Qiara meletakkan satu sendok tumis kangkung ke dalam piring ayahnya."Kalau Zaydan yang masak, tentu saja ayah tidak meragukannya lagi. Tapi kalau kamu yang masak, ayah masih agak sedikit ragu.""Iihhhh. Ayah kok gitu sih? Di sini kan Qiara yang anaknya ayah."Suasana makan malam begitu hangat karena Pak Bustomi yang sudah merindukan masakan Zaydan hari itu terbalaskan sudah kerinduannya.Zahwa selalu terkekeh setiap kali digoda oleh Pak Bustomi. Bayi mungil itu merasa teramat sangat senang karena bertemu dengan seorang lelaki yang sangat mirip dengan ibunya."Ayah sangat setuju dengan ide Zaydan memakaikan Zahwa hijab sejak bayi. Jangan sampai kesalahan ayah dan ibumu akan terulang kembali pada cucu ayah ini." Pak Bustomi membantu Zaydan memasangkan hijab untuk Zahwa karena bayi itu baru saja selesai gumoh.Ponsel Pak Bustomi berdering dengan kencang ketika mereka masih asyik berbincan

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Melepas rindu

    "Saya tidak pernah menimpakan kesalahan Zaydan di bahu saya. Justru Zaydan lah yang sudah mengemban dosa saya sehingga perseteruan ini bisa terjadi. Kalau saja saya tidak mendorong Qiara dengan keras. Kalau saja saya menuruti permintaan Qiara untuk menceritakan tentang jati diri saya. Kalau saja saya tidak memiliki pemikiran buruk pada Qiara, mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi." Air mata meleleh membanjiri pipi Bu Jamilah.Pak Budi dan istrinya yang berada di dalam mobil tidak tahan melihat perdebatan antara Pak Bustomi dan Bu Jamilah yang tak kunjung usai. Sepasang suami istri itu pun menghampiri Pak Bustomi yang masih berdebat dengan Bu Jamilah."Budi?""Apa Anda percaya jika saya yang menceritakan kejadian sebenarnya?"Pak Bustomi menatap sepasang suami istri yang wajahnya begitu tegang. Hubungan baik sebagai sesama donatur di yayasan kasih ibu membuat Pak Bustomi mempersilakan sahabatnya itu masuk ke dalam rumah.Pak Budi pun menceritakan semua yang terjadi antara Bu Jami

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Benang merah

    "Harganya 150 juta?" Zaydan terbelalak ketika cincin itu sudah diletakkannya di toko berlian terbesar di kota Jambi."Benar sekali, Pak. Berlian ini penuh dengan permata dan hanya gagangnya saja yang kecil. Sehingga harganya memang relatif tinggi.""Sebentar. Saya tanya istri saya dulu." Zaydan segera menghubungi Qiara dan mengabarkan bahwa harga berlian itu dibeli dengan nilai 150 juta."Alhamdulillah. Berarti tidak terlalu banyak mengalami penyusutan. Mas minta pihak toko berlian mentransfer ke rekening Mas saja supaya lebih aman.""Oke, Sayang."Zaydan merasa lega karena satu permasalahan telah selesai di rumah tangganya. Kemarin setelah berdebat dengan Qiara, Zaydan akhirnya memenuhi keinginan istrinya itu untuk menjual cincin berlian tersebut dan segera mengambil program S2.Pak Rektor kampus IAI Nusantara merasa bersyukur karena akhirnya Zaydan memutuskan mengambil program S2. Pihak kampus memang teramat sangat menyayangi Zaydan karena kedisiplinannya di kampus dan beberapa pres

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Cincin berlian

    "Bukan begitu, Sayang." Zaydan menarik Qiara ke dalam pelukannya dan mencium pipi istrinya itu Dengan mesra."Aku tahu, Mas, tapi aku tetap sependapat dengan kamu. Aku tidak ingin jika nanti calon menantuku memiliki nasib yang sama dengan suamiku. Aku tidak ingin Zahwa seperti ibunya yang sangat membangkang soal memakai hijab karena tidak dibiasakan dari kecil." Qiara mengecup telapak tangan Zahwa dengan lembut."Dia cantik sekali. Kulitnya putih bersih dan wajahnya ....""Fotocopy Mas Zaydan. Sepertinya aku hanya tempat penampungan benih saja.""Bukankah lebih baik seperti itu, Nak? Hari-hari kamu akan ditemani oleh dua Zaydan yang generasi dan versinya berbeda."Qiara hanya terkekeh mendengar ucapan Bu Jamilah. Dia sendiri sebenarnya merasa bangga melihat kemiripan Zaydan dan Zahwa. Dari raut wajah Zahwa yang menandakan bahwa Qiara memiliki cinta yang begitu teramat sangat besar kepada Zaydan. Sehingga sedikitpun tak ada celah wajahnya di tubuh bayi mungil itu.***"Ibu mau ke mana?

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Hijab Zahwa

    Pak Bustomi mengusap kasar wajahnya. Menyesal karena sudah mendatangi rumah anak menantunya yang akan berdampak pada kekecewaan di hatinya sendiri."Terserah bagaimana kemauanmu. Ayah tidak akan pernah peduli lagi apapun yang terjadi padamu." Pak Bustomi pergi meninggalkan kediaman Qiara dan Zaydan."Sayang, Mas tahu Mas bukanlah suami yang baik untukmu. Mas mungkin tidak bisa memberikan kehidupan yang baik seperti ayahmu. Tapi Mas berjanji tidak akan pernah membiarkan kalian tidak makan seperti yang ditakutkan oleh Ayah." Zaydan merangkul bahu Qiara dan mengecup kening istrinya itu dengan mesra.***"Kamu keberatan nggak kalau ibu pulang ke rumah kita?" Zaydan menggulung lengan baju sambil menatap Qiara yang tengah menyusui Zahwa."Mas kok nanya sama aku sih? Mas kepala keluarga yang wajib mengambil keputusan di rumah ini.""Tapi kamu adalah istri Mas. Keputusannya Mas ambil harus sesuai dengan persetujuan darimu.""Masalahnya, apa ibu juga setuju untuk tinggal di sini?"Zaydan mengh

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Qiara vs Pak Bustomi

    "Mas, mobil kita ke mana? Selama pulang dari rumah sakit, aku tidak melihat keberadaan mobil kita." Qiara yang tengah menjemur Zahwa di halaman rumah menoleh ke arah garasi mobil yang kosong."Nanti Mas ceritakan sama kamu. Sekarang kamu fokus aja menjemur Zahwa dan mengajaknya berbicara."Zaydan segera masuk ke dalam rumah dan meninggalkan Qiara yang menjemur Zahwa di bawah sinar matahari pagi.Bu Jamilah masih dirawat di rumah sakit di kota Jambi. Dokter belum mengizinkan Bu Jamilah pulang sebelum perempuan paruh baya itu sembuh total. Zaydan pun sepakat dengan ucapan Dokter karena dia khawatir jika sampai terjadi hal yang buruk pada ibunya.Satu minggu sudah berlalu. Qiara sudah pulang dari rumah sakit dan mulai belajar menjaga bayinya melalui arahan-arahan yang disampaikan oleh Dokter kandungan.Zaydan pun dengan begitu cekatan membantu segala sesuatu yang dibutuhkan oleh Qiara. Mulai dari membantu memandikan, sampai menyiapkan pakaian bayi tersebut."Sayang, air hangat untukmu su

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Penjelasan Zaydan

    "Apa maksud ibu? Meminta Zaydan memilih antara Qiara atau ibu? Itu artinya ibu tidak ingin tinggal satu atap dengan Qiara?" Zaydan melepas genggaman tangannya dan berdiri sambil melipat tangan di dada."Dari sini sudah bisa membuktikan kalau kamu pasti tidak akan memilih ibu. Kamu pasti akan memilih Qiara," sahut Bu Jamilah sambil menyunggingkan senyumnya."Tentu saja, Bu. Qiara adalah perempuan yang aku nikahi dan Aku bersumpah di hadapan Tuhan dan orang tuanya bahwa aku akan menjaga dan merawat dia dengan baik. Bahkan sekarang Qiara sedang melahirkan benih yang sudah aku tanam. Bagaimana mungkin aku meninggalkan Qiara demi memenuhi permintaan ibu.""Tapi aku adalah ibu kandungmu.""Lalu apa salahnya kalau ibu kandung dan istriku bisa bersama-sama? Toh selama ini Qiara teramat sangat menyayangi ibu. Bahkan ibu selalu memuji kebaikan Qiara.""Itu dulu. Sebelum ibu tahu bagaimana karakter Qiara yang sebenarnya. Setelah ibu tahu bahwa Qiara ingin menguasai mu sepenuhnya, sedikit pun tak

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Pilih ibu atau istri

    "Ibu kenapa, Mas? Kritis?" Qiara yang ikut mendengar keterkejutan Zaydan menoleh ke arah suaminya itu."Iya. Pak Budi meminta Mas untuk segera berangkat ke rumah sakit." Zaydan mengusap kasar wajahnya. Ia tidak mungkin meninggalkan Qiara dan Zahwa di rumah berdua saja dengan kondisi Qiara yang baru saja melahirkan.Rumah mereka yang terletak di pinggiran kota tentu saja membuat Zaydan khawatir jika anak dan istrinya ditinggal berdua saja di rumah."Ya sudah. Kalau begitu Mas langsung saja pergi ke sana. Aku nggak papa kok berdua saja sama Zahwa.""Nggak bisa gitu dong, Sayang. Mas nggak mau meninggalkan kalian berdua di sini. Itu sangat berbahaya." Zaydan menggeleng sambil memikirkan langkah apa yang harus dia ambil."Apa begini saja. Kalian ikut Mas aja ke kota Jambi. Mas akan booking sebuah hotel untuk kalian tempati. Hotel yang letaknya dekat dengan rumah sakit." "Tapi, Mas ...."Zaydan langsung membereskan barang-barang Zahwa dan Qiara. Lelaki itu segera memasukkan barang-barang

DMCA.com Protection Status