Home / Romansa / Plz Don't Be Sad / It's Suddenly

Share

It's Suddenly

Author: niinanola
last update Last Updated: 2021-05-12 06:41:08

Hari ini aku merasa tidak enak badan. Terasa seperti remuk redam. Mungkin karena aku berdesak-desakan di acara Konser kemarin bersama Mi Hee. Punggungku ngilu seperti ditusuk-tusuk. Bagian betisku juga agak kram karena banyak berlari dan… ya, jempolku juga tak kalah perihnya dari betis dan punggung ini. Entah berapa lama lagi aku harus membalutnya dengan kain kasa. Aku sudah tak sabar ingin memakai sepatu.

"Kau akan ke supermarket hari ini?” tanya Mi Hee padaku saat kami sedang berada di kantin siang ini.

Aku mengangguk sambil menyuapkan buah pisang ke dalam mulut.

“Apa aku perlu ikut?”

Aku menggeleng. “Tidak usah! Kau masuk kelas saja. Aku tidak masalah, kalaupun pergi sendiri!”

“Jeongmal?”

“Nae!”

“Erm, jangan lupa membeli lobak!”

“Iya, aku sudah tahu itu!”

“Dan…” Dia berhenti dan mulai tersenyum aneh padaku.

Aku mengernyitkan dahiku sambil menatapnya.

“Kau harus mengirimkan padaku foto SNine, kalau kau bertemu mereka di sana?”

“Mwo????? Kau ini ada-ada saja! Mana mungkin mereka berkeliaran di supermarket? Huh!” Aku melempar wajah Mi Hee dengan kulit pisang yang masih berada di genggamanku dengan pelan.

“Bisa saja, kan?”

“Bisa apanya? Sudahlah! Kau jangan terlalu sering berkhayal yang tidak-tidak, Mi Hee!!!” seruku padanya.

Dia tertawa memandangku.

Dasar!!! Kecintaannya pada Ahn Jae hampir membuatnya gila! Aku tak percaya dia bisa segila ini? Apakah di dalam otaknya memang cuma ada Ahn Jae? Aku menggeleng-gelengkan kepalaku sambil memandang Mi Hee yang mulai tersenyum sendiri memandang handphonenya. Aku tak tahan lagi melihat tingkah konyolnya seperti itu! Dia benar-benar sudah tidak waras lagi.

Aku berjalan ke arah sayur-sayuran untuk mencari lobak pesanan Mi Hee. Lobak ini sudah menjadi makanan kesukaanku setelah Mi Hee meraciknya menjadi makanan yang sangat lezat. Selain menjadi seorang hyperdreamer, dia juga seorang koki yang sangat cantik dan berbakat. Mi Hee pernah membuat cupcake yang bahannya berasal dari lobak pada saat perayaan ulang tahunnya. Aku sangat mengagumi sahabatku itu. Banyak bakat di dalam dirinya yang tak bisa aku contoh.

Braakkkkk....

Sepertinya trolyku menabrak sesuatu. Sebuah minuman kaleng. Aku memandang minuman kaleng itu. Sebelum tanganku meraihnya, tiba-tiba seorang pria datang dan langsung menyambar minuman kaleng yang sempat menahan roda trolyku. Aku tersentak dan ingin meminta maaf padanya, tetapi dia membuang wajahnya dariku dan menutupnya dengan topi.

“Joesonghabnida…” ucapku dengan sangat keras karena dia tidak menghiraukanku.

Sesaat kemudian, pria itu berhenti dan membalikkan tubuhnya. Dia melihatku dari balik topinya, seperti mengintip. Aku mengernyitkan dahi sambil memperhatikan sosok itu dengan sangat teliti. Dia seperti… sepertinya… Apakah aku tidak salah lihat? Namun, mengapa dia ada di sini? Aku masih ragu dengan penglihatan ini. 

“Apa kau Lee.…”

Spontan saja dia menutup mulutku dengan kasar dan memandang sekeliling Supermarket ini. “Jangan sebut namaku dengan keras! Mereka bisa menyantapku di sini…” bisiknya di telingaku dengan nada tak beraturan.

Dadaku berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Wajahnya yang begitu dekat membuatku tidak bisa berkata apa-apa selain menganggukkan kepala.

Kami berjalan menuju taman, tempat dimana pertama kalinya kami bertemu. Lee Sin membuka kacamata hitamnya dan tersenyum padaku. Wah... Sepertinya ini adalah hari keberuntunganku, batinku. Aku sedang bersama seorang idola sekarang. Sedang duduk berdua dengannya tanpa siapapun mengetahuinya, termasuk Mi Hee. Aku meluruskan badanku dan mengambil nafas yang agak panjang.

“Kau sendirian?” tanyanya sembari membuka tutup minuman kaleng yang dibelinya dari Supermarket tadi.

“Nae! Mi Hee sedang menyelesaikan tugasnya di perpustakaan," jawabku dengan pelan.

Dia tersenyum sambil berujar, “Oya, bagaimana dengan kakimu? Sudah sembuh??” Lee Sin memegang pergelangan kakiku dengan sangat hati-hati.

“Lumayan… Tinggal menunggu lukanya mengering. Makanya harus dibalut supaya tidak kena debu dan infeksi,” jawabku.

“Oh…” Dia mengangguk lagi. Kali ini dia memberikanku sebuah minuman kaleng.

“Kau juga sendirian?” tanyaku kembali padanya.

“Iya.”

“Kau tidak takut dikejar oleh mereka?” tanyaku sambil membuka minuman kaleng yang baru saja diberikannya padaku.

“Aku suka seperti ini,” jawabnya dan meneguk minumannya.

“Wae?”

“Aku ingin menjadi orang biasa, makanya aku sering melakukannya…” jawab Lee Sin.

“Bukannya enak menjadi seorang idol?” tanyaku dan meneguk minumanku lagi.

“Kau berpikir seperti itu?”

Aku mengangguk.

“Menurutmu itu sangat mengasyikkan, tetapi tidak bagiku. Sejak menjadi seorang idol, hidupku menjadi lebih sulit.”

“Setidaknya kau harus lebih bersyukur daripada mereka yang mungkin merasa iri padamu. Ya misalnya saja aku…” ujarku berusaha menenangkan hatinya.

“Kau??”

“Kadang aku berpikir, menjadi seorang idol pasti hidup lebih mudah. Ini, itu, apa saja bisa ku miliki! Aku juga memiliki orang-orang yang menyayangiku…” ulasku mulai bercerita tentang perasaanku yang memang benar-benar merasa iri pada mereka.

“Oya???”

“Kenapa? Kau sepertinya tidak tertarik dengan ucapanku…” jawabku sambil mengerucutkan bibirku ke arahnya.

“Bukan begitu! Aku hanya ingin kau mengetahui yang sesungguhnya. Menjadi seorang idol berarti kau berjanji untuk menjaga semua privasimu, termasuk dirimu sendiri saat berada di tempat umum. Bahkan, aku juga harus menjaga image dan attitudeku di depan masyarakat yang mengenalku. Kalau saja ada sedikit cela yang mereka dapat tentangku, seketika itu juga aku akan jatuh dan semua yang ku capai takkan ada harganya lagi…” Ucapan Lee Sin membuatku merinding. Dia juga mulai menunjukkan wajahnya yang serius padaku.

Aku memandang pria itu dengan tajam. Dia memang benar, batinku. Kehidupan seorang superstar pasti sangatlah berat. Penuh persaingan, penuh kedisplinan, dan kerja keras. Namun, apapun itu kalau semuanya dikerjakan dengan ikhlas, pasti Tuhan juga akan selalu menolong kita.

“Hei, apa yang sedang kau pikirkan?” tanyanya sambil menyentil dahiku dengan kuat.

Aku tersentak sembari menggelengkan kepalaku. “Aniyo! Aku hanya mulai berpikir tentang keinginanku untuk menjadi seorang superstar…” jawabku sambil tertawa padanya.

Diapun ikut tertawa dan mengeluarkan handphonenya dari dalam kantong celana. Kemudian dia menatapku, “Oya, bolehkah aku meminta nomor handphonemu?”

Aku menatapnya dengan sangat lama.

"Tidak boleh ya?" tanya Lee Sin.

Aku tersadar. "Bukan... Bukan tidak boleh...."

"Lalu?"

"Apa aku tidak sedang bermimpi?"

"Mimpi?"

"Seorang idol KPOP meminta nomor handphoneku?"

Lee Sin mengangguk sambil tersenyum.

Aku membalas senyumannya.

Apakah ini yang dinamakan dengan keajaiban? Atau inikah bonus dari semua doa-doa yang ku panjatkan kepada Tuhan? Aku tak dapat berkata apa-apa lagi selain mengucapkan syukur di dalam hati. Tuhan sudah terlalu baik padaku hingga hari ini. Sampai aku hampir takabur dengan segala keajaiban ini.

"Aku tidak akan mengganggumu. Aku hanya ingin menjalin persahabatan denganmu. Boleh, kan?" Suara Lee Sin menggema kembali di telingaku.

Ku pandangi wajah tampan si pria Korea itu dengan sangat lama. Baiklah, ku pikir tidak ada salahnya.

Related chapters

  • Plz Don't Be Sad   A Wish

    Sebulan berlalu, setelah kali kedua aku bertemu dengan lelaki itu. Lee Sin. Entah apa kabarnya sekarang? Aku tak pernah lagi bertemu dengannya. Yang dapat ku lakukan hanya melihatnya di layar kaca tanpa bisa bertemu langsung seperti yang sudah-sudah. Ada rindu di dalam hatiku sebenarnya. Aku ingin memandangnya secara langsung seperti waktu itu. Apakah dia sudah melupakanku? Atau ini hanya perasaanku saja. Mungkin ya. Kalau dipikir-pikir, Lee Sin adalah seorang idol sementara aku hanyalah gadis biasa yang tak mungkin sebanding dengannya. Seharusnya aku tak berkhayal seperti gadis yang ada di drama Korea yang sering ku tonton. Namun, inilah keajaiban itu. Masih jelas di ingatanku saat dia meminta nomor teleponku siang itu di taman."Ku harap kita akan bertemu kembali, Kara!" ujarnya sambil menyimpan telepon genggamnya ke dalam saku celana siang itu.Aku hanya tersenyum memandang wajah oriental sang idol. Matanya yang sipit dan akan menghilang saat tertawa membuatku tak d

    Last Updated : 2021-05-13
  • Plz Don't Be Sad   The Winter

    Taman ini membeku. Kursi yang ku duduki juga terasa seperti es. Aku mulai menggigil. Ku lirik jam tanganku, sudah jam 8 lewat 10 menit. Aku mulai cemas. Apakah Lee Sin lupa dengan janjinya atau dia sedang sibuk sekarang? Atau… Ah... Aku bisa mati kedinginan di sini, kalau dalam waktu 5 menit lagi dia tidak datang juga. Coat yang ku pakai sepertinya tak bisa menghangatkan badanku karena dinginnya semakin menembus tulang. Ini memang sedang musim dingin di Korea. Kenapa aku percaya saja pada pria Korea itu? Kenapa aku mengikuti ajakannya? Kenapa aku sampai segila ini menembus dinginnya malam Korea hanya untuk bertemu dengannya? Ah, sepertinya aku sama gilanya seperti Mi Hee sekarang. Ini semua karena Lee Sin.“Mianhae…” Sebuah suara datang dari arah belakang.Aku membalikkan tubuh ke belakang. Dia memakai jaket bertopi berwarna biru tua dan kacamata hitam yang legam.Sambil tersenyum, Lee Sin meletakkan coatnya ke tubuhku. “Kau sudah

    Last Updated : 2021-06-08
  • Plz Don't Be Sad   The Heartbeat, Oh No!

    "Hyung..." Suara Lee Sin terasa berat.Gyo Joon memandangnya sebentar dan fokus kembali pada layar yang berada di hadapannya."Menurutmu, apakah mungkin kita bisa menjalin hubungan dengan seseorang?" tanya Lee Sin dan mendekati Joon yang sedang bermain game di ruang tamu malam itu."Kau menyukai seseorang? Siapa? Gae Na? Gyu Won?" Joon terkejut m3ndengar pertanyaan juniornya itu"Aniyo! Bukan mereka." Lee Sin menggeleng dengan cepat."Lalu siapa?""Hanya seorang gadis biasa.""Memangnya kau bukan orang biasa?" balas Joon tanpa melihat Sin sedikitpun. Dia masih sibuk dengan game online di laptopnya. Ya, hidup Joon hanya ditemani dengan game yang dapat membuatnya lebih tenang setelah mengadakan beberapa music tour bersama SNine.Lee Sin menggaruk kepalanya sambil menunjukkan wajah yang sedikit bingung dengan jawaban Joon. Sepertinya in

    Last Updated : 2021-06-09
  • Plz Don't Be Sad   Rahasia Hati

    Sebulan telah berlalu. Setelah kejadian itu, aku tak pernah mendengar kabar apapun lagi darinya. Sampai aku melihat sebuah acara Weekly Idol di TV tentang mereka, tentang SNine yang sempat menjadi bunga tidurku sepanjang malam."Kau tidak ingin duduk bersamaku di sini?" tanya Mi Hee dan melemparkan sebuah bantal kursi padaku. Dia tersenyum sambil melambaikan tangannya.Aku menggeleng. Perasaanku sudah berubah sejak Lee Sin tak lagi pernah menghubungiku."Kenapa?" Dahi Mi Hee mengerut."Aku sedang tidak enak badan," jawabku tanpa menoleh sedikitpun ke arahnya."Kau tidak ingin melihat SNine? Kau yakin?" tanyanya lagi seakan tidak percaya dengan jawabanku.Aku menggeleng lagi dengan cepat."Kau aneh! Biasanya kau paling rajin menatap mereka seharian di sini. Ya sudah, kalau begitu." Mi Hee memalingkan wajahnya dariku.Aku duduk di meja makan sambil mengupas sebuah apel merah yang ada di atasnya."Kara, lihatlah! Itu

    Last Updated : 2021-06-09
  • Plz Don't Be Sad   He's Back!

    Eodiyeo?Aku meraih ponselku sambil meregangkan tangan yang terasa sakit karena sedari pagi aku terus bergelut dengan tugas dari Profesor Hyuna. Aku tidak tahu bahwa ternyata Pshycology itu merumitkan. Hampir saja aku merasa putus asa saat mulai mengerjakan tugas itu satu persatu. Antara sadar atau tidak, aku melotot memandang layar ponselku. Lee Sin? Benarkah ini pesan darinya? Sontak saja aku melompat dari kasur dan terduduk manis di depan meja rias. Senyumku mengembang seketika. Aku masih terus memandang namanya yang terpampang di layar. Entahlah, aku sudah seperti orang gila setiap berhadapan dengan pria Korea yang tampan ini. Sambil tersenyum lebar, aku mulai mengetik balasan pesan untuknya. Aku tidak ingin kehilangan kesempatan ini. Rasa rindu sudah memuncah dalam jiwaku, seperti meronta-ronta menginginkan kehadiran Lee Sin secepatnya. Aneh memang, tetapi itulah yang ku rasakan.Aku di rumah. Memangnya ada apa?

    Last Updated : 2021-06-12
  • Plz Don't Be Sad   The Sweetheart

    Tempat ini ramai sekali. Banyak remaja Korea yang sedang hilir mudik di hadapanku sekarang. Mungkin mereka juga sedang menunggu kedatangan sang idola tepat di pintu masuk gedung, sama sepertiku dan Mi Hee. Suara lengkingan yang tak henti-hentinya terdengar dari setiap sudut gedung membuatku ingin mundur saja dan pulang ke rumah. Mereka sangat histeris menyambut SNine. Mungkin lebih baik aku tidur manis di atas kasur sambil membayangkan Lee Sin dengan indah. Ah, dalam keadaan seperti ini masih sempatnya aku melamunkan yang tidak-tidak. Kehisterisan merekapun mulai menjadi-jadi. Berkali-kali nama Lee Sin mendayu syahdu di telingaku. Rasanya cemburu di dalam hati begitu kuat saat gadis-gadis centil ini memanggil namanya. Apa yang ku pikirkan sekarang? Lee Sin bukan hanya milikku. Dia adalah milik para penggemarnya karena dengan adanya dukungan dari mereka untuk Sin, itu akan membuat Sin meraih kesuksesannya dengan mudah.Tak berapa lama, pintu masuk gedung pun terbuka. Semua pen

    Last Updated : 2021-06-15
  • Plz Don't Be Sad   SURPRISE

    Aku masih bingung dengan semua yang sedang terjadi di sini.Mi Hee juga menatapku dengan tajam sembari berbisik pelan, “Ini ada apa?”“Aku juga tidak mengerti…” bisikku sambil menggeleng ke arahnya."Tetapi tidak apa-apa juga. Aku senang bisa melihat mereka dari dekat. Kau juga, kan?” tanya Mi Hee membalas bisikanku sambil tertawa kecil.Akhirnya satu persatu dari member SNine keluar dari sebuah ruangan. Mereka menghampiriku dan Mi Hee sambil tersenyum. Kelima superstar itu berjalan menuju kami yang masih saja tak percaya dengan semua ini. Aku mencari wajah Lee Sin diantara wajah pria-pria tampan ini. Dia berada di belakang seorang. Entahlah, aku tak mengenalnya.Tiba-tiba Ahn Jae langsung mendekati Mi Hee. Pria itu membawa seikat bunga dan memberikannya pada Mi Hee. “Apakah kau yang bernama Mi Hee?” tanyanya dengan suara yang amat lembut.“N-Nae…” Suara Mi Hee terdengar ber

    Last Updated : 2021-06-15
  • Plz Don't Be Sad   Is It RIGHT?

    Hari ini aku dan Mi Hee akan pergi ke Supermarket untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Cuaca sudah memasuki musim dingin. Ku putuskan untuk memakai coat berwarna pink pemberian Lee Sin di hari ulang tahunku. Setelah memakai jas itu, rasanya kepercayaan diriku kembali lagi. Aku berputar-putar di cermin sambil sesekali tersenyum bahagia menatap diriku yang terlihat manis memakai coat ini. Ini memang sudah lama ku idam-idamkan."Waeyo?" tanya Mi Hee yang tiba-tiba saja masuk ke kamarku tanpa mengetuk pintunya terlebih dulu."YAA, kenapa kau tidak mengetuk pintunya dulu?""Aku sudah mengetuk pintunya, tetapi kau sama sekali tidak menyahut. Ya sudah, aku masuk saja!" seru Mi Hee sembari merebahkan tubuhnya ke atas kasur.Aku meliriknya tanpa berkata apa-apa."Kau baru membelinya?" tanya Mi Hee sambil menunjuk coat yang sedang ku pakai.Aku menggeleng. "Aniyo! Ini kado dari L

    Last Updated : 2021-06-18

Latest chapter

  • Plz Don't Be Sad   I'm Break My Heart

    Aku masih menangis. Ku pandangi foto diriku dan Lee Sin bergandengan saat di Jeju. Dia begitu ceria. Dia begitu menawan. Sampai aku tak menyangka ini terjadi padanya. Kenangan itu kembali terngiang di ingatanku. Saat Lee Sin mengungkapkan semua perasaannya yang begitu kuat untukku.“Sebenarnya apa yang membuatmu begitu mencintaiku, Lee Sin?” tanyaku padanya.“Hm, apakah kau harus tahu?” jawabnya menggodaku.“Nae… Aku masih tidak percaya seorang idol Korea menyukaiku. Ini sebuah keajaiban, kan?” jawabku sambil tertawa kecil.Dia mengencangkan pelukannya di pinggangku. “Aku juga tidak tahu. Mungkin ini yang disebut cinta. Aku tidak punya alasan apapun untuk mencintaimu,” jawab Lee Sin.“Oya?”“Nae. Aku benar-benar mencintaimu…”“Kau yakin?” ulangku lagi.“Kalau aku sudah mengatakan ya, berarti itu adalah kejujuran. Selama ini j

  • Plz Don't Be Sad   An Accident

    Aku berjalan perlahan menuju gerbang kampus. Suasana hatiku masih kacau walaupun sudah tak ada lagi yang terjadi. Bullyan yang ku terima beberapa bulan yang lalu sudah memudar perlahan-lahan. Mereka tak lagi melihatku dengan sinis. Mi Hee benar, ini hanya sementara saja dan akan segera berakhir. Ku harap tak akan terulang lagi di dalam hidupku. Di saat bersamaan, telepon genggamku berdering.“Nae…” jawabku dengan pelan.“Oediyeo?” tanyanya dengan nada yang tidak biasa.“Aku di kampus. Ada apa??”“Aku pikir kau harus bolos hari ini.”“Waeyo?”“Kau pulang saja. Aku tunggu di rumah sekarang…”Klik. Telepon terputus.Suara Mi Hee terdengar berbeda dari biasanya. Dia juga tiba-tiba menyuruhku pulang di saat seperti ini? Ku pandang gerbang kampus yang sedikit lagi ku jangkau. Apakah a

  • Plz Don't Be Sad   Love Is Moment

    Kembali aku menguak cerita lama yang masih bersemi indah di dalam hatiku. Malam ulang tahun Lee Sin yang sangat berarti untukku. Saat itu, Professor Hyuna menyarankanku untuk memberikan sebuah syal pada Lee Sin di hari ulang tahunnya. Menurut Hyuna, Sin pasti akan selalu memakai syal ini kemanapun dia pergi. Dengan begitu, syal pemberianku akan selalu menjadi pendamping dimana pun dia berada."Bagaimana? Kau tertarik??" tanyanya dan mendekatiku yang masih memilah-milah syal yang pantas untuk Lee Sin.Aku masih bingung. "Semua syal yang ada di sini benar-benar bagus, Unnie," jawabku.Professor Hyuna tertawa kecil melihat wajahku yang kebingungan. Dia juga ikut membantuku memilih kado ulang tahun Lee Sin."Apakah kau tahu warna kesukaannya?" tanyaku dengan wajah memelas pada Hyuna. Aku memutar kedua bola mataku."Hitam, putih, dan abu-abu. Ku pikir seperti itu warna kesukaannya," jawab Hyuna lagi."Hitam, putih, dan abu-abu? Dia benar-benar ti

  • Plz Don't Be Sad   Memory Of JEJU

    Lagi-lagi aku melamun tentang Lee Sin. Aku sama sekali tak menyangka hubungan kami akan berakhir secepat ini. Sudah lebih dari sebulan, Sin tak pernah lagi menghubungiku. Sebenarnya tak ada siapapun yang mengharapkan ini terjadi. Dimana dia dan apa yang terjadi dengannya, aku sama sekali tak tahu. Setiap aku mencoba menghubungi Sin, teleponnya selalu tidak aktif. Satupun pesan singkat yang ku kirim tak pernah dibaca dan dibalas. Ada apa sebenarnya??Aku mulai mengenang kembali semua kebersamaan kami sebelum Sin benar-benar menghilang dariku.Kami sampai di Jeju. Tepat sebulan setelah makan malam itu, kami menjalin hubungan yang aku sendiri tak tahu harus mendeskripsikannya seperti apa. Aku hanya menikmati hubungan itu dengan seorang idola Korea, Lee Sin. Mungkin akan banyak pro dan kontra dalam hubungan kami, tetapi kami tak perduli. Belum lagi, Lee Sin juga tak ingin siapapun mengetahui hubungan kami. Masalah pekerjaan adalah nomor satu baginya dan aku tak bisa memung

  • Plz Don't Be Sad   Malam Itu...

    Langkahku ini terasa berat pada akhirnya. Ini adalah tahun ketiga, dimana kehidupanku semakin rumit selama berada di Korea. Padahal, selangkah lagi pendidikanku akan selesai, tetapi kekhawatiran semakin menggebu di dalam hati. Perasaan yang tak bisa ku ungkapkan dengan apapun itu sebenarnya. Sudah sebulan lamanya, Sin juga tidak menghubungiku. Apakah dia benar-benar sibuk dengan pekerjaannya atau dia sedang melupakanku sementara waktu? Ah, seharusnya aku memyadari sesuatu diantara kami. Seorang superstar pasti tidak akan memiliki banyak waktu luang sepertiku, gumamku selalu di dalam hati. Terakhir pertemuanku dengannya adalah pada saat malam itu, malam ulang tahun Lee Sin."Saengilchukka habnida... Saengilchukka habnida... Saranghae uri Lee Sin, Saengilchukka habnida."Nyanyian ini terdengar lebih syahdu di telingaku. Aku pun ikut bernyanyi dengan wajah berseri-seri. Sin juga terlihat sangat bahagia. Dia mengenakan kemeja biru muda, jas hitam, dan celana panjang hitam

  • Plz Don't Be Sad   Playfull Today

    Pagi ini, kami bersiap-siap untuk pulang ke Seoul. Aku mengikat rambutku dan masuk ke dalam mobil. Lee Sin sudah menungguku di dalam dengan kacamata hitam dan topinya. Dia tersenyum memandangku yang saat itu sedang berjalan keluar dari penginapan. Mudah-mudahan pagi ini saluran TV Korea dalam keadaan baik-baik saja. Aku melangkah lebih cepat lagi menuju mobil agar tidak ada yang melihat keberadaan kami. Kalau sampai itu terjadi, akan menjadi sebuah berita besar di Korea."Gwenchana?" tanyanya saat aku membuka pintu mobil."Nae..." jawabku tersenyum.Dia membalas senyumanku.Sepanjang perjalanan menuju Seoul, Sin bercerita banyak tentang keluarga dan kehidupannya. Dia juga berkisah tak pernah bermimpi menjadi seorang idol seperti sekarang. Impiannya adalah menjadi seorang dokter anak. Aku tersenyum mendengar kisahnya itu."Apa kau mengenal Professor Lee Hyuna?" tanyanya saat aku membuka layar handphoneku yang sudah mati semalaman.Beberapa pe

  • Plz Don't Be Sad   A Miracle For KARA

    Setelah 2 jam di dalam perjalanan menuju suatu tempat yang aku sendiri tidak mengetahuinya, akhirnya membuatku merasa segar sekarang. Sambil sedikit menguap, ku rentangkan kedua tangan dan menggerakkan kepalaku ke kiri dan ke kanan. Setelah ku sadari, ternyata aku sedang bersama Lee Sin. Aku menoleh ke arahnya.Pria itu tersenyum sembari memperhatikanku. "Kau sudah bangun?" tanyanya.Aku tersenyum malu membalasnya. Dia pasti sudah melihatku menguap tadi. Aku hanya mengangguk.Tiba-tiba, Lee Sin membuka bagian atap mobilnya dengan lebar. Udara segarpun masuk ke dalam dan membuatku menarik nafas panjang."Wah, segarnya! Aku ingin terbang sekarang juga!" teriakku dengan penuh rasa bahagia sambil berdiri di atas jok dan merentangkan kedua tangan.Anginnya seperti menampar-nampar wajahku. Pemandangan yang sangat luar biasa indahnya. Belum pernah aku merasakan udara dan suasana sesegar ini. Benar-benar suasana yang menawarkan sejuta kebahagiaan. Ak

  • Plz Don't Be Sad   Ini Tidak Ada Dalam Bayanganku

    Kami sampai di sebuah Mall, tempat dimana mereka sering berkunjung untuk membeli sesuatu. Lee Sin berjalan di depanku. Sore ini, dia mengenakan sweater besar dengan aksen bunga sakura di bagian dadanya dan memakai kacamata hitam. Sepertinya ini adalah sebuah penyamaran yang sudah dirancang serapi mungkin agar para penggemar tidak mengetahui keberadaan mereka di sini. Sementara, aku hanya menggunakan syal untuk menutupi wajahku. Rasa khawatir juga sedang berkecamuk di dalam dada. Aku takut para penggemar fanatic itu akan menyerbuku dengan tiba-tiba dan.... Ah, aku tidak ingin membayangkannya lagi. Pasti akan sulit untuk keluar dari masalah besar seperti itu."Ayo!!!!" seru Alan mengajakku masuk ke dalam sebuah butik dengan baju-baju bermerek yang sudah pasti sangat mahal harganya.Aku menelan ludah. Mungkin biaya kuliahku setahun di kota ini belum tentu dapat membeli satu baju saja dari butik ini. Aku berjalan menuju sebuah kursi tunggu yan

  • Plz Don't Be Sad   Aku Ada Diantara Mereka

    Jujur saja, aku sangat gugup sekali dengan suasana ini. Ini adalah pertama kalinya Sin mengajakku ke dormnya, dimana para idol yang sedang popular di seluruh negera menetap dengan karakter mereka masing-masing. Ada rasa ketidaksiapan saat bertemu dengan mereka secara langsung seperti ini.Setelah menyapa Alan, aku melihat pria itu lagi. Pria tampan dan mempesona yang rasanya tak asing bagiku. Sepertinya aku pernah bertemu dengannya sebelum ini, tetapi apakah ini sebuah dejavu? Lee Sin memanggilnya dengan sebutan Hyung. Apakah itu berarti dia adalah leader dari grup ini?Saat melihatku masuk, pria itu bangkit dari sofa dan menyapaku dengan sangat ramah. "Kau sudah datang?" tanyanya. Mata sipitnya tampak jelas, mungkin karena dia tidak memakai make up seperti di atas panggung.Aku mengangguk dengan gugup. Ada sesuatu yang berbeda setiap aku berhadapan dengan pria ini. Apa yang sebenarnya terjadi denganku?"Anggap saja seperti di rumahmu sendiri, arasso?" uj

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status