Share

HAMIL!

Author: Juniarth
last update Last Updated: 2024-01-15 21:39:13
"Sudah bangun, Mbak?"

Bu Sri datang dengan membawa baki berisi sarapan untukku.

Kepalaku mengangguk dengan badan benar-benar terasa segar sekali. Semalam setelah mendapat suntikan obat, aku benar-benar mengantuk sekali.

"Mas perawatnya mau cek kondisi Mbak Lilyah, sekalian mau cabut infusnya."

Setelah dicek, ternyata keadaanku sudah membaik.

"Nanti sekitar pukul sembilan pagi, harap Mbak Lilyah ke International Hospital untuk cek kesehatan lanjutan. Saya sudah merekomendasikan dan Mbak Lilyah mendapat jalur priority. Nanti di sana Mbak akan ditangani oleh dokter-dokter terbaik."

Usai infus itu dilepas, aku beranjak ke kamar mandi dengan bantuan Bu Sri. Padahal aku bisa berjalan sendiri.

Setelah membersihkan diri dengan air hangat, aku melahap sarapan yang dibawakan Bu Sri lalu baru menyadari jika tidak mendapati Lois sama sekali mulai dari bangun hingga sekarang.

"Kemana Lois?" gumamku sendiri.

Kemudian aku mencari ponselku yang ternyata berada di atas meja rias. Niat hati ing
Juniarth

enjoy reading ... double up.

| 1
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (15)
goodnovel comment avatar
Tuti Alawiyah
Lilyah jangan mau mengalah dengan pelakor, pupuk terus cinta kalian, pandang masa depan dengan Lois dan sikembar, moga Thor mengerti maksudku, terbawa cerita, Thor keren, ditunggu double upnya ya thor
goodnovel comment avatar
Rahma Wati
yeeeeeee akhirnya hamil twins ......... come on lilyah. .berjuang sama lois jangan sia sia kan perjuangan lois li ingat si twins dalam rahim mu li..aaaaa pasti lois excited banget li...
goodnovel comment avatar
Hobby baca
jadilah wanita dewasa lilyah. ikuti dan nurut apa kata suami. qiyas adalah orang ke tiga yang tak perlu didengar. semoga happy ending sesuai rencana lois. lois sangat bahagia mendapatkan kado spesial anak kembar darimu. kau pasti akan diratukan. tak perlu lagi mikir macam2. please berpikirlah dewasa
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Satu-Satunya Cara

    “Secara agama, Mbak tetap bisa ditalak jika ingin bercerai. Tapi secara hukum negara, perceraian dapat dilakukan hanya setelah bayinya lahir.” Tubuhku langsung melemas mendengar ucapan Pak Kusno. Bukankah itu artinya … “Berarti saya harus menunggu sampai sembilan bulan lamanya?” Kepala Pak Kusno mengangguk tegas. “Benar sekali, Mbak.” Aku memejamkan mata sembari menghela nafas sangat lelah. Sungguh, aku hanya ingin perceraianku dengan Lois bisa terjadi secepat mungkin tanpa ada gangguan seperti ini. “Apa nggak ada cara lain, Pak?” “Tidak bisa, Mbak Lilyah. Mau tidak mau, Mbak harus menunggu sampai melahirkan baru bisa diproses kembali.” Kemudian aku berpikir kembali dan apa salahnya jika mengutarakan kegundahan hati pada pengacara senior ini. “Pak, saya dan suami udah nggak bisa mempertahankan pernikahan ini lagi. Kalau kami nggak segera bercerai, saya bisa gila menghadapi masalah rumah tangga kami. Belum lagi kalau tunangannya meminta bertemu atau sebagainya.” “Saya tahu,

    Last Updated : 2024-01-16
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Dia Menungguku Di Kamar

    "Demi Tuhan, Lilyah! Kamu ... hamil?"Kepalaku mengangguk pelan tanpa menatap mata Qhiyas yang menyorotku dengan sejuta keterkejutan."Dan anak ini ... akan jadi batu sandungan perceraianku dengan Lois, Yas."Lalu Qhiyas meraih kedua lenganku hingga mata kami saling menatap. "Ly, aku emang cinta sama kamu. Tapi, bukan berarti aku mendukung kamu gugurin anaknya Lubis! Itu nggak benar, Ly!" "Ini jalan hidupku, Yas. Kamu nggak bisa rasain gimana bingung dan hancurnya aku sekarang." Kali ini Qhiyas benar-benar menunjukkan raut seriusnya di hadapanku. "Anak itu nggak salah, Ly. Dosa kalau kamu menggugurkannya! Dan nggak ada dokter yang mau menggugurkan kandungan pasien tanpa prosedur yang tepat! Mending kamu bilang sama Lubis kalau lagi hamil anaknya biar dia tahu harus ngapain." "Keputusannya tetap sama, Yas. Dia bakal dinikahin sama Eliska dan aku merana sendirian. Jadi mending aku gugurin anak ini dari pada dia lahir tanpa Ayah. Dari pada dia ngerasain pahitnya hidup, Yas. Tumbuh di

    Last Updated : 2024-01-16
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Mengabulkan Perceraian Yang Kamu Mau

    Mendadak tubuhku seperti dijalari hawa dingin dari ujung kepala hingga ujung kaki. Bahkan tiap langah kakiku seperti berjalan di atas lantai kaca yang sangat tipis. Degub jantungku pun berdetak tidak karuan hanya dengan membayangkan bertemu Lois setelah dua hari lamanya dia menghilang entah kemana. Tanpa kabar. Dan membebaskanku pergi kemanapun tanpa larangan. Berjalan ke kamar pun pelan seolah-olah lantai kaca itu akan retak dan pecah jika aku salah melangkah. Ketika sudah berada di depan pintu kamar kami, aku menarik nafas sebanyak mungkin lalu menghelanya perlahan untuk mengurangi kegugupan. Filingku berkata, sepertinya pertemuanku dan Lois kali ini tidak akan baik-baik saja. Lalu tanganku yang sedikit bergetar dan dingin itu menyentuh gagang pintu dan membukanya perlahan. Mirip akan mengunjungi kamar singa jantan yang kelaparan. Perlahan namun pasti, aku mendorong pintu kamar hingga terbuka. Menampilkan kamar kami yang terasa hangat karena ... 'Lois.' Gumamku dalam hati. Mat

    Last Updated : 2024-01-17
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Ayah Menyayangi Kalian Berdua

    “Aku … Raden Mas Renjana Lubis Hartadi, dengan ini … menjatuhkan hukuman untuk istriku karena berani menyembunyikan kehamilannya! Lalu diam-diam mesan obat terlaknat yang mau diminum buat gugurin darah dagingku!” Aku membelalakkan mata dengan air mata masih membasahi pipi lalu mendongak menatap Lois. Apa? Obat itu … Ya Tuhan, bagaimana bisa Lois mengetahuinya? Kini dia menatapku tajam tanpa ampun! Lalu dia berbalik kembali ke ujung ranjang lalu menyibak bantal. Di sana dia menyimpan obat peluruh kandungan yang tadi siang kupesan lalu membawanya tepat di hadapanku. “Apa kamu bertanya-tanya gimana caranya aku bisa tahu tentang obat sialan ini?” tanyanya dengan mendesis tajam dan menatapku dengan sorot intimidatif. Kemudian aku mengusap air mata dan melirik obat peluruh kandungan itu takut. Lalu Lois meremasnya kuat hingga urat dan tulang jemarinya nampak jelas dengan mata tidak lepas dari menatapku. “Kamu depresi dan hilang kepercayaan diri, Ly. Tapi bukan berarti kamu berhak me

    Last Updated : 2024-01-18
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Kejutan Di Pagi Hari

    Karena mencium aroma parfum Lois, akhirnya kesadaranku tergugah. Perlahan aku membuka mata diikuti tubuh terasa segar sekali. Lampu kamar dibuat Lois masih setengah redup. Mungkin dia tidak ingin membangunkan aku sambil berdandan untuk bersiap ke pabrik. Bahkan mengurangi gerakan yang berpotensi menggugah tidurku. Padahal biasanya dia suka membuat lampu kamar terang benderang padahal pagi masih buta lalu menarik selimutku hingga teronggok di lantai. Tapi itu tidak ia lakukan pagi ini. “Lois,” sapaku dengan suara serak. Dia yang tengah memasang dasi begitu terkejut karena aku memanggil namanya. Kemudian ia mempercepat memasang dasi lalu duduk di tepi ranjang sambil mengusap keningku. Menyingkirkan anak rambutku ke samping kepala. “Mual? Apa si kembar bikin kamu nggak nyenyak?” Kepalaku menggeleng pelan karena si kembar nyatanya tidak merepotkanku sama sekali. “Kenapa nggak bangunin aku?” tanyaku. “Biar si kembar berkembang optimal. Jadi aku nggak mau ganggu kamu. Mau ke kamar ma

    Last Updated : 2024-01-19
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Main Nyelonong Seperti Pelacur

    Kemudian Bu Sri datang dengan seorang pelayan rumah untuk menyajikan dua gelas minuman hangat. Secangkir teh beraroma camomile untuk Bu Dirut, sedang untukku segelas susu. Susu? Kenapa memberiku susu? Usai menyuguhkan minuman itu, Bu Sri lantas tidak segera pergi. Melainkan tetap berdiri di sebelah kananku agak ke belakang dengan sikap patuh. Kedua tangannya saling bertaut di depan tubuh. "Bisa tinggalin kami berdua, Bu Sri?" tanya Bu Dirut dengan nada menyuruh. Bu Sri seperti enggan meninggalkanku namun tidak menjawab. "Kenapa cuma diem aja? Aku mau bicara empat mata sama perempuan ini!" ucapnya sedikit ketus."Maaf, Den Ajeng. Saya diperintahkan Den Mas untuk mengawasi Mbak Lilyah." "Apa Bu Sri pikir aku ini penjahat?" tanya dengan menaikkan sebelah alis, "Aku ini putri pertama majikan besarmu, Bu Sri! Jadi cepat tinggalin kami!" ucapnya kembali dengan nada tegas. Kemudian Bu Sri mengangguk patuh setelah aku menganggukkan kepala tidak masalah. Setelah Bu Sri tidak berada di r

    Last Updated : 2024-01-20
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Benar-Benar Putra Mahkota Yang Menyamar

    "Dasar nggak tahu diri!" Maki Bu Dirut dengan wajah emosi. "Silahkan keluar, Den Ajeng!" ucap Bu Sri tanpa mengindahkan bajunya yang kotor. "Berani ngelawan aku, heh?!" "Den Mas dan Mbak Lilyah adalah majikan utama saya. Dan saya minta Den Ajeng untuk segera pergi jika di rumah Den Mas hanya berniat mencelakai Mbak Lilyah!" Bi Dirut segera mengambil cek itu dengan kasar lalu mengembalikannya ke tempat semula di dalam tas mahalnya dengan wajah bersungut marah dan dagu terangkat. "Yang satu pel**ur! Satunya lagi pelayan go**ok!" Tanpa mengucapkan salam apapun kemudian Bu Dirut meninggalkan rumah. Membanting pintu dengan kasar. "Bu Sri, apa terasa panas?" "Nggak sama sekali, Mbak Lilyah." Kemudian tanganku bergerak mengusap pakaian Bu Sri yang basah karena teh itu namun ditahan olehnya. "Bu Sri seharusnya nggak usah begini." "Saya kasihan sama Mbak Lilyah kalau makin stress. Nanti bisa berefek buruk ke kehamilan. Saya khawatir Mbak Lilyah nanti nekat seperti yang Den Mas kataka

    Last Updated : 2024-01-21
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Lois Vs Romo

    "Nin, pulang yuk?!" ajak Gia."Lha? Kok buru-buru sih, Gi? Nanggung nih makanannya."Gia segera menarik tangan Nina begitu akan meraih terang bulan manis pembelian Lois tadi."Lo tuh mikir dikit kek. Den Mas itu udah pulang. Artinya ini tuh waktunya dia kumpul sama Lilyah. Kita buruan cabut!" "Dih, kita kan tamunya Lilyah, Gi.""Siapa tahu Den Mas capek lalu minta pijit Lilyah kek!" Aku membelalakkan mata lalu melempar kotak tisyu itu ke arah Gia. Malu lebih tepatnya."Mulut lo, Gi!""Kenapa? Suka bener ya?"Lalu aku menggeleng tidak habis pikir dengan ucapannya itu. "Ayo, Nin! Udah mau setengah sembilan malam nih!" "Lo tuh emang nggak bisa diajak asyik deh, Gi!" Setelah kedua temanku pulang dengan taksi online, aku segera membereskan gelas minuman dan ceceran camilan mereka. Namun tidak sepenuhnya selesai karena pelayan rumah melarangku melakukannya. "Mbak Lilyah istirahat saja. Biar kami yang membereskan." "Nggak apa-apa." Usai membantu kedua pelayan menata kembali ruang tamu

    Last Updated : 2024-01-22

Latest chapter

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Bikin Anak Lagi Yuk?

    POV RADEN MAS / LOIS Luis dan Lewis sudah sering bertandang ke rumah Romo dan Ibu sejak aku dan Lilyah pindah ke Jakarta. Entah sudah berapa bulan kami di Jakarta. Bahkan Romo dan Ibu khusus membuat acara welcome party untuk keduanya dengan mengundang keluarga Hartadi saja. Acara itu lumayan meriah tapi tidak ada Lilyah. Dia tidak mau datang karena takut pada Romo dan Ibu, ditambah keduanya juga tidak mengundang Lilyah. Meski aku memaksanya untuk datang namun tetap saja Lilyah tidak mau. Saudara-saudara begitu gemas melihat Luis dan Lewis saat bermain dengan keponakan yang lain. Pasalnya kedua anak kembarku itu benar-benar menggemaskan dan rupawan. “Yang, ayo ke rumah Romo dan Ibu. Ini akhir pekan lho.” Ajakku. Lilyah baru saja memasukkan bekal Luis dan Lewis ke dalam tas. “Kapan-kapan aja, Mas. Kalau aku udah diundang Romo dan Ibumu. Untuk saat ini biar kayak gini dulu. Aku cuma nggak mau mereka ilfil sama aku.” “Lagian, aku sama si kembar udah biasa sembunyi dari media tenta

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Senyum Bahagia Palsu Istriku

    POV RADEN MAS / LOIS "Den Mas, akta kelahiran Mas Luis dan Mas Lewis sudah jadi," ucap Pak Wawan, asisten pribadiku. Aku yang sedang duduk di kursi kebesaran CEO Hartadi Group lantas menerima map hijau berisi akta kelahiran baru kedua jagoanku. Gegas aku membuka map itu dan membaca kata demi kata yang tertulis di sana dengan seksama. Tidak ada yang berubah selain nama kedua putraku itu. Raden Mas Satria Luis Hartadi. Raden Mas Satria Lewis Hartadi. Dan nama Lilyah masih tertulis jelas sebagai ibu kandung keduanya. "Makasih, Pak Wawan. Nanti akan aku tunjukin ke Lilyah." Sudah satu minggu ini kami menempati rumah baru yang berada tidak jauh dari rumah Romo dan Ibu. Tentu saja Lilyah berusaha beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Begitu juga dengan Luis dan Lewis. Biasanya kami tinggal di tempat yang minim polusi dan masih bisa menikmati pepohon tinggi di Bandung, kini justru disuguhi dengan pemandangan gedung bertingkat dan hawa yang panas. Sejak kami pindah ke Jakarta,

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Raden Mas Satria Luis dan Lewis Hartadi

    POV RADEN MAS / LOIS "Kalau kamu nggak nyaman, kita bisa cari rumah yang sesuai seleramu aja, Yang. Nggak masalah kok meski nggak dekat sama rumah Romo dan Ibu."Aku tidak tega melihat Lilyah kembali hancur ketika terus-terusan ditolak keluarga Hartadi untuk sesuatu hal yang tidak ia lakukan. Ekspresinya kini terlihat meragu dan tidak nyaman sama sekali dengan tangan menepuk pantat Luis yang mulai terlelap. "Aku akan bilang Romo dan Ibu kalau kamu nggak suka tinggal di Jakarta. Alasannya logis kan?!"Lalu Lilyah melepas ASI dari mulut Luis perlahan sekali kemudian mengancingkan pengait baju di bagian dada sambil duduk. Aku pun sama, memberi guling kecil untuk dirangkul Lewis agar tidak merasa aku meninggalkannya lalu duduk menghadap Lilyah."Kita ngobrol di ruang tengah aja yuk, Mas?" Pintanya dan aku menuruti.Kututup pintu kamar perlahan sekali lalu menuju ruang tengah dengan merangkul pundak Lilyah. Rumah sudah sepi karena semua pelayan, bodyguard, dan asistenku sudah masuk ke da

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   CEO Baru

    POV RADEN MAS / LOIS Dengan jas hitam yang terasa pas melekat di tubuh, aku turun dari mobil MPV Premiun usai pintunya dibuka oleh asistenku, Pak Wawan. Di depan loby pabrik sigaret yang dulu kupimpin, pengawal yang biasa bersama Romo langsung mengamankan jalanku menuju aula. Tidak ada media satupun yang kuizinkan untuk meliput pengangkatanku sebagai CEO Hartadi Group yang baru. Aku tidak mau wajahku malang melintang di media manapun lalu dikaitkan dengan kerajaan bisnis keluarga Hartadi yang turun temurun ini. Nanti efeknya bisa ke keluarga kecilku. Begitu memasuki aula rapat pabrik yang sekarang berubah lebih modern, jajaran direksi sudah menungguku. Lalu seulas senyum kusuguhkan sambil menyalami tangan mereka satu demi satu. "Selamat Mas Lubis." "Semoga sukses." "Semoga Hartadi Group makin berjaya dengan anda sebagai pemimpinnya." Rasanya aku terlalu muda duduk di kursi ini mengingat kolega bisnis Romo sudah berumur semua. Romo saja yang terlalu cepat ingin mengundurkan d

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Serah Terima Jabatan

    POV RADEN MAS / LOIS "Nggak bisa apa, Romo?" tanyaku dengan menatap beliau lekat. "Lubis, Romo dan Ibumu terlahir dari keluarga yang menjaga etika, harga diri, sopan santun, juga tata krama yang tinggi. Coba kamu lihat orang-orang yang bermartabat tinggi di luar sana, sudikah mengangkat menantu yang pernah digauli lelaki lain lalu sempat menjadi perbincangan orang lain meski videonya udah nggak ada di dunia maya?" Aku hanya menatap Romo tanpa mengangguk atau menggeleng. "Lebih baik mereka menikahkan putranya sama yatim piatu yang benar-benar terjaga kehormatannya, Lubis. Karena kehormatan itu ... adalah harga tertinggi seorang perempuan yang nggak bisa dibeli dengan apapun kalau udah terlanjur dihancurkan laki-laki lain." "Tapi aku mencintai Lilyah dan mau menerima kekurangannya di masa lalu, Romo. Dia itu dijebak. Bukan seenak hati nyodorin kehormatannya demi lelaki lain," ucapku pelan namun tegas. Kepala Romo menggeleng, "Maaf, Romo dan Ibumu nggak bisa, Lubis. Maaf." Lalu aku

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Lewis Dan Luis Mulai Ada Di Hati

    POV RADEN MAS / LOIS "Selamanya! Katakan sama Romo dan Ibumu, orang tua mana yang bisa menerima perempuan bekas lelaki lain?! Hati orang tua mana yang bisa merelakan putra kesayangannya menikah sama perempuan yang pernah digilir sama bajingan-bajingan?!" "Nggak ada, Lubis! Nggak ada orang tua yang bisa terima itu!" Romo berucap tegas meski tidak keras karena ada Luis dan Lewis. Jangan sampai mereka mendengar perdebatan yang menyangkutpautkan tentang Ibu mereka. Walau mereka belum memahaminya. "Tapi aku udah bersihin semua video Lilyah yang udah diunggah di dunia maya, Romo." "Tetap aja, Lubis! Tetap aja jatuhnya dia itu perempuan yang pernah ditiduri lelaki lain! Asal kamu tahu, Romo nggak masalah kamu nikah sama dia asal nggak ada masa lalu kelamnya yang kayak gitu! Tapi, takdir berkata lain. Dia tetap perempuan kotor!" "Meski Lilyah dijebak saudaranya sendiri?" tanyaku dengan tatapan mengiba. *** Pukul delapan malam, aku baru tiba di Bandung. Helikopter perusahaan turun di

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Tidak Akan Pernah Ada Restu

    POV RADEN MAS / LOIS "Kita harus bicara, Lubis!" Hanya itu yang Romo katakan lalu beliau berlalu bersama Ibu. Kemudian aku dan Mbak Syaila mengikuti keduanya dengan menggendong si kembar menuju ke dalam rumah megah kedua orang tuaku ini. Rumah yang bisa membuat siapapun tersesat jika tidak terbiasa berada di dalamnya. Lirikan sinis dari kakak pertamaku yang haus harta, Mbak Ayu, tidak kuhiraukan sama sekali ketika melihat kedatanganku. Dia pernah hampir mencelakai si kembar ketika masih berada di kandungan Lilyah. Dan tidak akan kubiarkan kedua kalinya dia menyentuh Luis dan Lewis walau hanya sekedar mengusap pipinya. Jujur, aku gugup dan merasa sangat bersalah pada Romo dan Ibu karena hubungan kami tidak kunjung membaik pasca aku lebih memilih Lilyah dan kehamilannya kala itu. "Mbak, kira-kira Romo sama Ibu mau ngomong apa?" Bisikku dengan menyamakan langkah dengannya. "Kalau aku tahu duluan itu namanya aku mau jadi dukun, Lubis." Sungguh candaan Mbak Syaila tidak membuat

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Kedatanganku Dengan Si Kembar

    POV RADEN MAS / LOIS Hari ini akan menjadi pertama kalinya aku kembali ke pabrik sigaret di Bandung yang setahun lalu kutinggalkan demi melindungi Lilyah dan kedua putra kembarku dari intervensi keluarga besarku. Dulu aku membangun pabrik ini dengan susah payah bahkan jatuh bangun untuk menunjukkan pada Romo, Ibu, dan keluarga besar Hartadi jika aku bisa sehebat Romo membawahi bisnis sigaret turun temurun keluargaku. Namun, demi kebahagiaan Lilyah dan ketenangannya merawat si kembar, aku memutuskan untuk meninggalkan semua fasilitas eksklusif premium yang keluargaku berikan. Pikirku, harta bisa kucari dari bisnis pribadiku, tanpa harus mengorbankan perasaan istri dan kedua buah hatiku yang tidak berdosa. "Kamu yakin nggak mau ikut?" tanyaku sambil menatap Lilyah lekat-lekat. Dia tengah mencukur jambang di rahangku dengan begitu telaten. Kepalanya kemudian menggeleng pelan dengan tetap mencukur rambut halus itu agar penampilanku tetap menarik. "Masih ada waktu lima belas meni

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Dihibur Harapan Yang Tak Pasti

    POV RADEN MAS / LOIS “Saya tinggal dulu, Pak Daniel.” Aku tidak menjawab pertanyaan Pak Daniel tentang si kembar dan memilih berlau dari taman bermain itu. Aku belum bisa mengakui si kembar dan Lilyah pada dunia secepat ini. Khawatir nanti akan menimbulkan perselisihan lagi antara aku dan keluarga Hartadi. Aku tidak tega melihat Lilyah dan kedua putra kembarku terluka karena penolakan dari keluarga besar Hartadi. Setelah berada di salah satu toilet khusus pria, aku mengirimkan sebuah pesan pada Lilyah. [Pesan dariku : Aku ke toilet dulu. Mendadak mulas banget, Yang.] Padahal pesan itu mengandung kebohongan seratus persen hanya untuk menghindari persepsi Daniel tentang keberadaan si kembar dan juga Lilyah. Biarlah seperti ini dulu entah sampai kapan. Yang penting kami bahagia dan tidak membuat hati siapapun terluka. *** “Mas, kamu kok belum balik dari toilet?” Itu suara Lilyah dari sambungan telfon. “Apa perutmu masih mulas?” Bukan mulas, juga bukan masih di toilet.

DMCA.com Protection Status