enjoy reading ...
Setiap kali aku merasa kesal dan benci pada Lois karena dia kembali dekat mantan kekasihnya juga masih berstatus sebagai suamiku, maka aku akan bersikap acuh. Bahkan terang-terangan melakukan perang dingin! Seperti semalam, ketika dia menjemputku dari kos Nathasya, aku tidak berucap apapun dan langsung masuk ke dalam kamar kontrakan. Membiarkan Lois melakukan apa yang dia inginkan. Dan melupakan banyak kebaikannya yang kubayar dengan sikap dingin serta acuh. "Sarapan dulu, Ly," dia memasuki kamarku dengan membawa dua lapis roti simple sandwich dan secangkir teh hangat. Setiap hari, dia selalu membuatkan sarapan berupa olahan roti dan teh manis hangat untukku. "Nggak usah, makasih," tolakku halus. Lois segera meletakkan sepiring simple sandwich dan secangkir teh itu di atas meja riasku lalu dia menarik tubuhku agar berdiri dari duduk. Dan secepat kilat, dia menarikku agar duduk di atas pangkuannya dengan posisi menyamping. Lalu kedua tangannya melingkar erat di kedua pinggangku.
Beberapa mata karyawan yang masih berdiri di teras lobby karena menunggu jemputan ojek online pun menatapku heran karena dijemput mobil semewah ini. Memangnya siapalah aku ini? Hanya seorang staf customer service perusahaan sigaret besar ini. Tidak lebih. "S ... saya?" tanyaku tidak percaya dengan menunjuk diri sendiri. Mataku berkedip cepat dan membola karena merasa tidak mungkin. Karena seingatku, tadi belum menekan tombol ‘pesan’ pada aplikasi ojek online. Lagi pula mana mungkin aku memesan taksi semahal ini? Gajiku bisa habis tak bersisa sebelum habis bulan. "Iya, Mbak Lilyah. Anda yang saya maksud. Mari, silahkan masuk." Pintu mobil sedan itu terbuka lebar untukku. Dan Sopir berseragam biru gelap nan rapi itu berdiri di sebelah pintu dengan tangan mempersilahkan. "Tapi ... saya ... eh ... maksudnya, siapa yang nyuruh anda menjemput saya, Pak?" tanyaku dengan nada tergagap karena kebingungan. "Pak Lois yang menyuruh saya." "Lois?" tanyaku membeo. Kepala sopir itu mengang
Pesan dari Mama : [Ly, makasih banyak karena kamu udah ngirim hadiah sebanyak ini untuk pertunangan Vela dan Ishak. Mama nggak bisa bilang apa-apa selain, teruslah berbahagia dengan jalanmu, Nak. Mama selalu mendoakan yang terbaik. Mama juga berpesan, dikemudian hari teruslah akur dengan adikmu, Vela. Meski dia bakal jadi istri mantan tunanganmu, tapi hubungan darah diantara kalian nggak bisa hilang.] Vela menjadi istri mantan tunangan yang masih kucintai itu? Lalu kami harus akur setelah apa yang dia lakukan padaku? Ya Tuhan, aku bukan orang paling alim di dunia hingga bisa merelakan perbuatan keji adikku itu. Dia menyewa orang untuk mengambil kehormatanku lalu memvideonya seolah-olah aku ini perempuan murahan lalu menyebarkannya. Dia sengaja mengirim video itu pada Papa dan keluarga Ishak agar rencana pernikahan kami batal. Luka itu, aku tidak bisa merelakannya begitu saja! "Maaf, Ma. Aku nggak bisa," gumamku lirih lalu mengunci layar ponsel tanpa membalas pesan Mama. Tenda,
Aku tiba-tiba menjelma layaknya dewi afrodit dalam seketip mata. Rambut tersanggul rapi dengan model feminim floral crown dan gaun malam indah berwarna pink salem panjang bertabur swarovski yang memiliki bentuk off shoulder untuk menunjukkan betapa indahnya tulang selangka milikku. Saat aku begitu takjub dengan penampilan yang disulap secantik ini secara dadakan di ruang tamu kontrakan, terlihat sosok Lois keluar dari ruang tengah dari pantulan cermin meja rias milik MUA yang sengaja diboyong kemari. Dia terlihat kesusahan mengaitkan kancing kemeja putih yang ada di pergelangan tangan. Tuksedo hitamnya kali ini terlihat begitu pas melekat di tubuhnya yang tinggi ideal. Tidak seperti saat memakai jas hitam waktu acara akad nikah main-main kami dulu. "Udah seles --- " ucapannya terhenti ketika kepalanya mendongak lalu menatapku dari pantulan cermin meja rias. Si lelaki gemulai bertangan dingin yang membuatku tampil secantik ini menoleh dengan senyum indah. "Cantik 'kan, Bos?" Kepal
Lois itu misterius tapi loyal. Dia tidak pernah menceritakan tentang kehidupannya di masa lalu. Bahkan tidak pernah terlihat mengeluh dihadapanku atas permasalahannya. Apa dia tidak memiliki masalah dalam hidupnya? Atau sengaja memendam masalahnya sendiri? Tapi dia memiliki sisi loyal tak terbatas padahal dia menikahiku atas permintaan Papa demi menyelamatkan nama baik keluarga. Namun herannya, mengapa sejauh ini dia tidak pernah mengusik perceraian seperti kesepakatan diawal dan tetap bersikap selayak suami pada istrinya? “Lois, acaranya dimulai jam berapa? Kok yang parkir mobil saudara-saudaraku? Yang diundang berapa?” Mobil mewah yang kuyakini disewa oleh Lois ini baru saja tiba di Jalan Cempaka, alamat komplek rumah kedua orang tuaku berada. Sudah berjajar beberapa mobil saudara-saudara dari Papa dan Mama. “Mungkin Ishak datangnya telat,” ucapnya santai kemudian sengaja memarkir mobil super mewah ini di depan rumah. Namun sebelum turun, terlihat Om Dedi berjalan ke arah mobil
Mobil Ferrari merah yang tetap terlihat kinclong meski diliputi keremangan cahaya lampu di malam ini, tetap saja mengundang perhatian keluarga besarku. Mereka takjub luar biasa melihat mobil ini dan memuji betapa beruntungnya aku dinikahi Lois. Bahkan Papa sampai bingung bagaimana bisa Lois membawa mobil yang seumur hidup Papa saja tidak bisa menyewanya. Tapi Lois, yang dihina sebagai seniman recehan justru bisa membuat semuanya nyata. Lois yang tetap setia berdiri di sebelahku dengan tangan kiri ini berada di lengannya, sedang menatap ke arah kerumuman keluarga Mama dan Papa yang mengitari mobil mewah itu. Senyum tipisnya sarat akan makna dan kesombongan itu menunjukkan betapa manusia zaman sekarang terbiasa menilai sesuatu dari hartanya. "Lois, mobil sewaan itu dipulangin jam berapa?" bisikku dekat telinganya agar tidak ada yang mendengar. Kepala Lois menoleh lalu kepalaku reflek mundur untuk tetap menjaga jarak dengannya. "Minggu depan juga nggak apa-apa." "Ngaco kamu! Tadi
Ishak menghentikan langkah kakinya setelah mendengar ucapan Lois. Dengan kedua tangan masih berada di dalam saku celana, dia menoleh ke kiri. Hingga pandanganku dan dirinya bertemu. Pandangan yang masih saja membuat hatiku berdebar tidak karuan. Hanya saja, kali ini ekspresi wajahnya terlihat datar namun memunculkan aura tidak bersahabat. Lois tetap berdiri di sebelahku sembari menatap Ishak yang usianya lebih tua dari dirinya. Lalu tangan kirinya terangkat menyentuh pinggangku. Aku sedikit terkejut namun biasa menguasai keadaan. Kedua mata Ishak turun ke arah pinggangku dan menatap tangan Lois sesaat. Lalu dia menaikkan pandangan menatap kedua mataku. “Selamat malam, Kak Lilyah.” “Selamat malam juga, Ishak. Aku mewakili ucapan salam dari istriku,” ucap Lois tenang. Kemudian Ishak berlalu dan Lois menurunkan tangan kirinya dari pinggangku. “Jangan pernah bersikap kamu seperti masih mencintainya, Ly,” bisik Lois dan kujawab dengan anggukan kepala. Ishak dan keluarga besarnya dud
"Selamat malam semuanya. Selamat menikmati makan malam yang tersaji." "Kenalkan, saya Lois. Kakak ipar Vela. Suami dari Lilyah. Di sini, saya berdiri untuk menghibur anda semua dengan memutar sebuah film pendek yang sudah disiapkan. Sekaligus hadiah terindah untuk adik ipar saya, Vela, dan calon suaminya, Ishak." Nampak pemilik tenda sedang mencolokkan flashdisk ke sebuah laptop mini yang sudah terhubung dengan proyektor. Sorot lampu LCD ke proyektor menunjukkan jika video yang akan diputar masih belum siap. "Ini salah satu hadiah yang lain untuk adik ipar saya. Selamat menikmati makan malamnya dan film pendek ini." Usai Lois mematikan mikrofon, lelaki yang mengoperasikan video itu memberi kode pada Lois jika video siap untuk diputar. Dari kejauhan, Lois menatapku sekilas dengan senyum tipis penuh makna. Lalu dia berjalan menuju lelaki itu dan membisikkan sesuatu. Tidak berapa lama, lampu yang menerangi backdrop dimatikan satu dan membuat proyektor terlihat sangat terang. Aku,