"Sudahlah Nia, tidak usah membela diri sendiri. Sejak awal memang kamu tidak menyukai Riri sehingga kamu dengan tega menyakiti dia," bentak Edi."Aku memang tidak menyukai dia. Tapi aku masih memiliki hati untuk tidak menyakiti janin yang tidak berdosa itu," jawab Nia."Kamu memang tidak menyakiti calon anakku, tapi kamu menyakiti Ibunya sehingga itu akan berdampak kepada calon anakku!" seru Edi. "Sudahlah Nia berbicara denganmu memang akan menguras emosiku saja. Kamu wanita tidak berpendidikan sehingga percuma aku berbicara sama kamu, yang sudah pasti kamu tidak akan mengerti." Edi lantas keluar dari dalam kamar dan menuju ke ruang tengah yang dimana Riri berada. Edi masih merasa cemas, ia takut terjadi sesuatu kepada calon buah hati dirinya bersama Riri. Edi sudah di butakan oleh rasa cintanya kepada Riri sehingga Edi tidak bisa melihat mana yang salah dan mana yang benar. Gea yang melihat pertengkaran di antara kedua orang tuanya lantas berjalan mundur dan duduk di pojok kamar de
DEG"Tidak Za, rumah tangga Mbak dan Mas Edi sampai saat ini baik-baik saja dan tak ada masalah apapun," jawab Nia."Kenapa Mbak selalu menutupi sifat buruk Mas Edi sih, Mbak!" "Mbak tidak menutupi apapun Za.""Sudahlah Mbak, jangan berbohong lagi. Aku sudah mendengar pertengkaran kalian."Nia menghela nafas panjang, kini mau tak mau ia harus berterus terang kepada adiknya. Nia akhirnya menceritakan semua yang dirinya alami selama berumah tangga dengan Edi, tak ada satupun yang Nia sembunyikan lagi.Cukup lama Nia dan Zae berbincang melalui sambungan telpon, hingga mereka mengakhiri sambungan telpon tersebut.Nia cukup bernafas lega, kini ia merasa bebannya sedikit berkurang saat sudah menceritakan semuanya kepada sang adik. Nia juga mengatakan niatnya kepada Zae untuk berjualan dan ingin meminjam sedikit uang milik adiknya yang berada di dalam rekeningnya. Zae lantas menyetujui ide tersebut dan dia dengan suk rela memberikan uang tersebut tanpa meminta gantinya.Nia melirik jarum ja
"Jadi Istri bukannya masak, tapi malah keluyuran nggak jelas!" "Apa yang harus aku masak? Batu?" tanya Nia dengan entengnya. "Apa kamu nggak mikir jika di rumah beras habis dan semua serba habis. Lalu apa yang harus aku masak dan aku hidangkan untuk kalian?""Kenapa kamu tidak memintanya kepada Riri? Semua uang yang aku miliki termasuk uang jatah kamu pun ada di Riri," ujar Edi.Nia menyunggingkan senyum sinis, sudah bisa ia tebak jika suaminya akan memberikan semua uang yang ia miliki. Sangat berbeda dengan saat berumah tangga dengan Nia, Edi hanya memberikan nafkah yang jauh dari kata layak."Kenapa Mas harus menungguku pulang? Bukankah Mas mempunyai dua Istri saat ini?""Riri tidak bisa memasak. Lagi pula Riri sedang mengandung dan dia tidak bisa bekerja berat."Nia menggelengkan kepalanya, ia baru tau jika memasak adalah pekerjaan berat yang tidak boleh di lakukan saat hamil. Padahal saat Nia mengandung Gea, Nia masih bisa melakukan semua pekerjaan
Kedua mata Nia membelak, Nia terkejut saat melihat Riri sedang menjewer telinga putrinya. Nia bergegas mematikan kompor dan menghampiri putrinya yang sudah terisak."Lepasin!" Nia menepis tangan Riri yang berada di telinga Gea. Ibu mana yang tak akan marah jika melihat putrinya di perlakukan seperti itu oleh orang asing."Kamu selain nggak becus jadi Istri, tenyata nggak becus juga jadi seorang Ibu!" cibir Riri dengan tangan bersedekap dada. "Lihat apa yang di lakukan oleh anak kamu. Ini bedak yang baru saja aku beli bahkan harganya sangat mahal dan aku yakin kamu tidak akan bisa menggantinya," lanjut Riri."Apa kamu becus menjadi seorang Istri? Bahkan untuk memasak saja kamu tidak bisa," ledek Nia.Kedua tangan Riri mengepal, ia lantas melayangkan tamparan ke wajah Nia tetapi dengan sigap Nia menahan tangan tersebut dan menghempaskannya dengan kuat. PLAK"Itu kan yang mau kamu lakukan kepadaku?" tanya Nia. "Itu balasan untuk kamu yang sudah berlaku kas
Nia tak menghiraukan ucapan Riri, Nia kembali berkutat di dapur untuk menyiapkan makan malam. Malas sekali rasanya Nia memasakan makanan untuk wanita lain, hanya saja Nia tak mau membuat keributan di dalam rumah tersebut.Setelah selesai memasak, Nia langsung menghidangkan makanan tersebut di atas meja makan. Aroma wangi yang berasal dari makanan yang di masak oleh Nia membuat perut Edi menjadi keroncongan."Sudah lama rasanya aku tidak makan masakan kamu," ucap Edi dengan menarik kursi dan mendudukan dirinya.Nia hanya tersenyum manis menanggapi ucapan suaminya. "Bagaimana bisa makan masakanku, jika selama ini di luaran sana ada makanan yang lebih menggoda iman," batin Nia.Nia mendudukan dirinya di hadapan Edi, ia melayani Edi mengambilkan nasi lengkap dengan lauk pauknya."Kenapa kamu memasak ikan? Aku tidak mau makan, makanan ini!" protes Riri."Jika kamu tidak mau memakannya, ya sudah, aku saja masih mau kok," jawab Nia dengan enteng."Kamu kena
"Lain kali jangan seperti itu. Wajar saja Nia marah seperti itu karna kamu menghina Gea," ujar Edi."Iya Mas, aku minta maaf." Riri menundukan kepalanya dengan tersenyum tipis, tak ada rasa sesal sebab sudah menghina dan membuat keributan di meja makan malam ini. Riri memang tidak menyukai Gea sebab Riri berfikir jika kehadiran Gea pasti akan membuat Edi membagi kasih sayangnya dengan calon anak yang saat ini dirinya kandung.**Jam alarm berbunyi dengan nyaring, Nia yang masih memejamkan matanya seketika terbangun saat mendengar alarm yang dirinya pasang. Nia melirik ke arah jam yang sudah menunjukan pukul enam pagi, saat ini tak ada yang harus Nia kerjakan jadi Nia memilih untuk kembali memejamkan matanya.Saat baru saja memejamkan matanya, ketukan pintu yang sangat keras membuatnya terpaksa bangun."Sudah jam segini kenapa masih di dalam kamar? Dasar menantu malas!" baru saja membuka pintu Nia sudah di suguhi oleh omelan mertuanya dengan suara yang sangat
Nia menghela nafas panjang saat melihat ibu mertuanya melemparkan uang ke wajahnya, "Sabar Nia... Sabar." Nia mengambil selembar uang berwarna merah yang tergeletak di lantai, sungguh hatinya terasa sakit akan perlakuan yang di lakukan oleh mertuanya.Nia segera menghapus cairan bening yang hendak menetes di sudut matanya, entah kesalahan apa yang di lakukan oleh dirinya hingga perlakuan yang Ratmini berikan kepada Riri dan dirinya sangat berbeda."Nggak usah cengeng! Masak ayam dan sayur-sayuran yang segar," titah Ratmini.Nia memandang uang yang berada di tangannya, hanya uang seratus ribu rupiah Nia di tuntut untuk masak enak sedangkan semua bahan-bahan di dapur telah habis termasuk beras dan minyak.Tanpa berbicara banyak, Nia lantas menggandeng Gea untuk di ajak ke warung sayur. Nia sudah terlalu malas untuk berdebat dengan siapapun, sejak kemarin dirinya tak hentinya membuang tenaga untuk berdebat dengan madunya.**Setelah selesai makan, Nia berniat memandikan Gea terlebih dahu
Edi terdiam mendengar ucapan sang ibu, "Bu, aku nggak bisa ceraikan Nia karna ada Gea di antara kami," sahut Edi."Walaupun kalian sudah berpisah, Gea tetap akan jadi anak kandung kamu Edi," ujar Ratmini."Aku tau Bu, tapi aku tidak tega. Gea pasti akan sedih jika dia megetahui bahwa kedua oranng tuanya berpisah.""Gea itu masih kecil, dia nggak akan tau bahwa kamu dan Nia bercerai. Atau jangan jangan..." Ratmini menatap Edi dengan tatapan menyelidik."Jangan jangan apa Bu? Ibu jangan salah paham, aku hanya memikirkan perasaan Gea saja," kilah Edi. "Dan aku juga masih memiliki rasa cinta dan sayang kepada Nia." Edi berucap dalam hatinya, ia tak mungkin mengakui jika dirinya masih mempunyai perasaan kepada istri pertamanya. Mau bagaimanapun rumah tangga dirinya dan Nia sudah berjalan cukup lama hingga tak semudah itu menghilangkan perasaannya kepada Nia."Ck, untuk apa kamu mempertahankan perempuan seperti itu demi menjaga perasaan Gea. Lagi pula anak sekecil itu belum mengerti tentang