Makin hari, Aluna makin tidak peduli dengan suaminya, tidak pula dia bertanya kemana suaminya pergi. "Aluna, kamu di mana?" tanya Angkasa saat Aluna dan Rangga masih di rumah makan miliknya."Bentar lagi pulang, Mas. Sabar, ya!" Aluna bergegas membawa Rangga pulang, sebenarnya rumah tangganya dengan Angkasa sudah tidak romantis lagi, Aluna hanya bertahan saja memenuhi kewajibannya sebagai istri selama Angkasa tidak meminta bercerai dan kedapatan selingkuh di belakangnya. Sampai rumah, Angkasa terlihat masam. "Sudah makan, Mas?" tanya Aluna meletakkan kotak makanan yang dibawanya dari dapurnya. Aluna mendekati suaminya dan Angkasa tiba-tiba menepis tubuhnya tanpa Aluna tahu kesalahannya apa, padahal Aluna sedang baik ingin memijat tubuh suaminya. "Dapur terus yang kamu urusi, suami kamu urusi," ucap Angkasa dengan ketus. Aluna sampai jatuh ke lantai karena Angkasa mendorongnya sekuat itu. Kasar sekali. Tidak lama, Angkasa mendekati kotak makanannya dan membukanya. "Buang aja ke sa
"Aluna bilang gak mau di madu, Bu. Makanya aku bertengkar dengannya, aku hanya diam," ucap Angkasa. Rose tahu kalau sudah dua Minggu Angkasa kembali lagi ke rumahnya, dia tinggal sendiri tanpa Aluna. Rose juga tidak melihat usaha Angkasa untuk kembali lagi dengan Aluna. "Ibu itu udah bilang, dia itu wanita aneh tapi Rangga itu cucu, Ibu. Terserah dia mau pergi atau gak, yang penting jangan bawa Rangga, memang dia bisa sekolahin Rangga, uang aja gak ada, sok-sokan. Dia itu baru beli mobil murah aja sudah sombong banget," jawab Rose sambil mengumpat Aluna habis-habisan. Dua Minggu ini kepala Angkasa rasanya mau pecah. Sebenarnya dia juga bingung kenapa malam itu dia bertindak seperti itu dengan Aluna, dia sama sekali tidak ada niat mengusir Aluna dari rumah tetapi mulutnya sudah terlanjur mengatakan itu. Angkasa bahkan berbohong mengatakan Aluna tidak mau dimadu, Aluna itu pencemburu dan semua yang jelek-jelek tentang Aluna. Aluna juga sudah siap, dia tidak minta Angkasa menganggapnya
Aluna memang menghindari bertemu dengan Angkasa, untunglah Rangga memang sedang libur kenaikan kelas. Rangga sekolah di dekat rumah, sekarang mereka sedang libur dan Angkasa terus mencari dimana Aluna tinggal, saat Angkasa sudah mendapatkan alamat Aluna, Aluna justru tidak ada di tempat. Aluna pergi ke Bandung, dia mengajak Rangga liburan, sudah lama sekali mereka tidak berlibur setenang ini. Ya, Aluna sudah ikhlas dengan hidupnya. Cukup Rangga di sampingnya dan Aluna akan perjuangkan itu sampai akhir. Aluna bahkan menggunakan pengacara karena dia ingin hak asuh Rangga jatuh ke tangannya. "Ma, Kenapa Papa gak ikut?" tanya Rangga saat mereka menikmati kebersamaan hanya berdua saja. Rangga tahu orang tuanya bertengkar, dia sebenarnya sangat sedih tetapi tidak bisa mengekspresikan kesedihannya. Rangga hanya ingin selalu dekat saja dengan Aluna. Jangan seperti kemarin, dia ditinggalkan dengan Papa dan Neneknya. "Kerja, Sayang. Makanya Mama pergi sama Rangga aja," jawab Aluna sambil men
Aluna sudah tidak lagi peduli dengan apa yang terjadi dengan Angkasa. Saat ini, dia hanya ingin fokus pada tujuan utamanya yaitu berpisah dengan Angkasa. Entah kenapa Aluna berpikir inilah kebahagiaan yang akan dia dapatkan setelah lepas dari suaminya. Sudah lama Aluna bertahan dan sekarang dia ingin menikmati hidup tenang. Mengurus usahanya yang semakin hari semakin maju. "Siapa?" Bunyi ketukan pintu membuat Aluna terperanjat dari aktivitasnya bermain dengan Rangga. Besok sidang cerai dia dan Angkasa dan malam ini, siapa yang datang. Aluna sekarang tinggal dengan satu pembantunya yang dari desa, dia tidak punya tempat tinggal, Aluna memberikan tempat tinggal untuknya dengan syarat membantunya membersihkan rumah. "Sari, lihat siapa yang datang, kalau itu Pak Angkasa. Jangan dibuka, aku gak mau ketemu dia, kamu udah pernah aku tunjukkan fotonya, kan?" Sari mengangguk dan berjalan menuju pintu, dia mengintip sebentar lalu melihat dua orang wanita dan satu orang laki-laki yang data
"Kurang ajar memang Aluna itu, memang punya harta berapa dia sampai ngomong begitu sama kamu, pokoknya Ibu gak setuju kamu kembali dengannya, Angkasa!" Angkasa makin pusing, di restoran pusing menghadapi uangnya yang dibawa kabur oleh karyawannya. Rumah tangganya juga pusing karena Aluna tidak mau bercerai, ditambah Ibunya yang terus merongrong minta agar Angkasa segera menikahi Ulfa, memangnya kenapa dia dengan Ulfa, Ulfa tidak hamil, mereka bahkan tidak punya hubungan tetapi orang tuanya keras sekali meminta Angkasa menikahi wanita itu. "Bu, jangan ikut campur lagi, Bu. Angkasa mohon! Jangan buat masalah Angkasa semakin pusing. Ibu itu urusan aja Ayah, urusin Siska atau urusin aja Dela," ucap Angkasa menyebutkan Adiknya yang kerja di luar kota. "Gak bisa gak ikut campur, Angkasa. Kalau kamu sudah, ibu juga yang susah, setidaknya kalau kamu menikah dengan Ulfa, kamu gak ada kerjaan lagi, kamu bisa numpang hidup sama dia, kalau sama Aluna, apa yang mau kamu harapan, dia itu lagakny
Selama proses perceraian, Aluna tidak mau dulu dekat dengan siapapun, dia tidak ingin nanti Angkasa menuduhnya selingkuh dan membuat hak asuh Rangga jatuh ke tangan Angkasa. Selama sidang berjalan, Aluna selalu menang, Aluna yakin kalau gak asuh Rangga akan jatuh ke tangannya. Selama sidang juga, Angkasa tidak mau dan selalu menolak bercerai dengan Aluna, dia selalu minta diberi kesempatan untuk memperbaiki rumah tangganya dan inilah yang menyebabkan proses sidang menjadi lambat. "Sudah lama aku gak ketemu, Rangga. Hari ini aku mau ngajak Rangga jalan, Aluna." Aluna berkeras tidak mau memberikan Rangga karena sudah tahu Angkasa akan membawa anaknya kabur. Jangan sampai Rangga dijadikan alasan Angkasa untuk kembali lagi dengan Aluna. "Sebulan putusan cerai, aku gak mau kasih Rangga berdua aja sama kamu atau menginap, kamu boleh main tapi gak boleh ngajak Rangga pulang!" tegas Aluna katakan seperti itu, Aluna harap Angkasa mengerti kenapa dia melakukan ini. "Egois kamu, Lun. Rangga
Aluna harus menjalani empat kali sidang baru hakim mengetuk palu dia dan Angkasa resmi berpisah. Angkasa sepertinya juga sudah tidak lagi mengganggunya, dia sepertinya sibuk dengan pernikahan yang akan dia jalani dengan Ulfa. Pernikahan yang diinginkan oleh ibunya sampai Angkasa rela berpisah dengan Aluna hanya karena permintaan Rose. Aluna memang sedih saat hamil mengetuk palu, rasanya dunianya seakan runtuh. Bohong kalau Aluna tidak merasakan apa pun, dia menjalani hidup yang bahagia sebenarnya dengan Angkasa kalau saja Rose tidak ikut campur. "Lun, walaupun kita sudah berpisah, aku tetap Papa Rangga, aku juga punya hak untuk melihatnya meskipun hak asuh jatuh di tanganmu," ucap Angkasa setelah mereka keluar dari ruang sidang. Aluna mengangguk, ya, tidak bisa Aluna pisahkan anak dan ayahnya. Meskipun seperti itu, Angkasa tetap orang tua dari anaknya. "Iya, Mas. Gak ada juga yang akan memisahkan kamu dari Rangga, kalau mau jengguk Rangga, silahkan!" Aluna tersenyum simpul. Tidak
Sebagai seorang Janda, Aluna ingin tampil mempesona, tidak munafik dia masih punya pikiran untuk menikah lagi karena anaknya masih kecil dan dia juga masih sangat muda. Hanya saja Aluna sangat pemilih untuk pernikahan keduanya. Dia kini sudah termasuk sukses dalam usahanya, hari demi hari dia menabung untuk membuat usahanya semakin meningkat sesuai dengan yang dia impikan. Dia sudah mulai membuat rancangan tempat makan yang digemari oleh orang-orang saat ini. Hari ini, Aluna membawa Rangga pergi ke toko mainan karena sudah janji akan membelikan Rangga mainan kalau nilai di sekolahnya baik dan saat pengambilan raport. Rangga termasuk berprestasi. Rangga memang Aluna ikutkan semua les, agar tidak ketinggalan pelajaran di sekolahnya. "Ma, Rangga mau mobil remot yang di atas!" Rangga menunjuk kotak mainan yang tinggi sekali, Aluna tidak bisa menggapainya. Dia melirik ke kiri dan tiba-tiba dari kanan, ada tangan yang membantu mengambil kotak mainan itu. "Pak Bram." Pertemuan kedua kalin
Ternyata setelah dekat dengan Bram, Aluna memilih menunda pernikahan mereka karena belum yakin untuk menikah kedua kalinya. Masih ada perasaan takut dalam diri Aluna tentang kegagalan pernikahan apalagi Angkasa dan Rose sekarang semakin sering mendekatinya lagi. Angkasa lebih sering mengajak Rangga keluar dan membuat Rangga tidak mau menerima Bram sebagai Ayah tirinya karena pengaruh dari Rose. Aluna selalu membujuk Rangga agar dia paham dia dan Papanya sudah tidak bisa bersama lagi."Lun, sudah setahun lebih, kapan kita menikah?" tanya Bram. Tidak masalah menunda pernikahan tetapi Aluna jangan kembali dekat dengan mantan suaminya. Bram kurang suka melihat kedekatan Aluna."Mas Bram udah gak tahan?" "Bukan aku Lun, Mama yang gak sabar lagi, Mama bilang mungkin kamu gak suka denganku, benar begitu Lun?" Aluna diam, bukan tidak suka. Dia belum siap membangun rumah tangga baru tetapi Bram tidak mau menjauh meskipun Aluna bilang mencarilah wanita yang lain dulu. "Kalau memang Mama min
Meskipun Rose sudah terlihat baik tetapi Aluna tidak lantas langsung jatuh hati kembali pada Angkasa. Semua sudah berlalu. Sekarang ada laki-laki dengan keluarga yang tulus mencintainya. Tidak melihat latar belakangnya seperti apa. Ibu mertua yang sangat baik. Rose pikir, Aluna yang tidak menyimpan dendam dengannya, itu karena masih mencintai Angkasa. Tidak, sama sekali tidak. Aluna hanya tidak ingin terlihat aneh saja, Rose itu Nenek dari Rangga. Sejelek apa pun Rose, dia bagian dari Keluarga Anaknya. Ikatan Aluna dan Angkasa sudah putus. Tidak ada yang namanya cinta lagi meskipun Angkasa juga begitu agresif mendekati Aluna. "Melamun apa?" tanya Bram yang tiba-tiba datang, padahal Restoran belum buka. Aluna sibuk melihat kolam ikan yang ada di restorannya sambil berpikir tentang hidupnya. "Gak ada, Mas. Pagi banget datang ke Restoran, kenapa?" "Oh, mau nunjukin contoh kartu undangan buat pernikahan kita, Lun. Coba lihat dulu, yang mana yang bagus dan cocok buat kita." Aluna sudah
"Kamu balik lagi aja dengan Luna, Nak?" Ada angin apa Ibunya yang dulu sangat membenci Aluna, tiba-tiba menyuruh Angkasa kembali lagi dengan Aluna. Rose tidak menyangka kalau Ulfa ternyata hanya mempermainkan Angkasa, membawa banyak harta Angkasa dan untungnya Angkasa masih bisa bertahan hingga saat ini. "Mana mau Bu, Aluna dengan Angkasa lagi. Ibu itu dulu kasar sekali dengannya, memang Ini gak dengar, Aluna sekarang sedang dekat dengan laki-laki, perhatian dan sayang dengannya, aku lihat foto mereka liburan bersama dengan Rangga, Aluna bahkan di peluk oleh Ibu kekasihnya, gak seperti Ibu yang selalu memusuhinya," ucap Angkasa dengan sinis. Karena Ibunya, rumah tangga Angkasa hancur, yang kedua juga hancur. Dia belum ingin menikah lagi, Angkasa masih senang sendiri, menikmati hari-harinya dengan bekerja dan jalan dengan Rangga. Menyesal dia meninggalkan Aluna. Untungnya bisnisnya kembali berdiri. Kali ini Angkasa tidak ingin memikirkan wanita. Hatinya masih memikirkan Aluna, Aluna
Meskipun tidak disukai oleh orang tua Bram, Bram tetap saja membawa Aluna ke pertemuan-pertemuan keluarga. Bram tau kalau sekali bertemu belum tentu Keluarganya senang. Kali ini Aluna ikut masak-masak dirumah mewah Bram. Dia membuat ikan bakar, banyak keluarga yang akan datang nanti, Mama Bram memang tidak suka membeli makanan di restoran. Dia lebih suka masakan tangan. "Udah biasa masak?" tanya Mama Bram. "Iya, Bu. Aluna buka Restoran, ini lagi bangun juga, supaya tempatnya sedikit besar," ucap Aluna. Dia bukan mau sombong tetapi Mama Bram harus tahu kalau dia mendekati Bram bukan karena harta, dia juga punya usaha dan usahanya tidak kecil. Aluna sangat pintar mengolah masakan dan sambal buatannya juga enak, makanya rumah makannya laris. "Mama ini suka banget ikan bakar, Lun. Mama udah ngiler lihat ikan bakar kamu," ucap Mama Bram sambil melihat tetesan bumbu ikan bakar yang sedang Aluna kipas ikannya itu. Aluna membuat sendiri dengan tangannya. "Ada yang udah jadi, Bu. Aluna su
Seperti yang Aluna pikirkan, orang tua Bram tidak menyukainya. Masalahnya Aluna ini janda, Bram itu jejaka, belum pernah menikah meski mengasuh Milano. "Mas, aku bukan gak mau ikut makan malam sama Keluarga kamu, masalahnya Ibu kamu semalam telepon, habis pertemuan kita kemarin, aku sudah ceritakan." Bram sudah tahu semua itu, masalahnya Bram cocok dengan Aluna, dia sudah pernah punya anak dan pasti tidak masalah kalau Bram mengajak Milano sedangkan kalau dia mendapatkan gadis, mereka keberatan dengan adanya Milano dan sulit mencari wanita yang tulus saat ini. "Aku udah bilang dengan Ibu, aku yang jalani, aku akan terima kamu apa adanya, gak peduli kamu janda atau gak, aku yang jalani nantinya, Lun."Pernikahan tidak semudah itu, bukan masalah mereka berdua yang menjalani hubungan ini. Mereka punya keluarga yang harus disatukan. Kalau belum apa-apa saja, Aluna sudah tidak disetujui. Aluna jelas akan menyerah. "Gimana ya, Mas. Aku cerai dengan Mas Angkasa itu karena orang tuanya ti
Sepanjang jalan menuju Bekasi, Aluna hanya diam saja di dalam mobil, dia sedang memikirkan nasib mantan suaminya. Menyedihkan sekali kalau apa yang dikatakan oleh orang itu benar, Ulfa jalan dengan laki-laki lain, padahal Ulfa begitu dekatnya dengan Angkasa saat itu. "Kenapa, Lun?" tanya Bram sambil melirik Aluna yang melamun. Aluna terkejut mendengar suara Bram dan langsung menggeleng saja."Gak ada, Mas. Masih lama, ya?" tanya Aluna. "Sebentar lagi sampai, nanti ada orang tuaku, aku kenalkan kamu ke mereka." Aluna tidak siap, tetapi tidak apa, toh dia dan Bram tidak ada hubungan cinta apa pun, hanya teman biasa saja. Aluna sadar kalau dirinya janda, sedangkan Bram masih perjaka, Milano bukan anaknya tetapi anak Kakaknya yang meninggal dunia karena kecelakaan dengan istrinya. Bram yang menjaga Milano dari tiga tahun yang lalu. Bahkan karena itu, dia belum punya pasangan sampai sekarang. Sampai di hotel tempat acara, banyak sekali keluarga Bram. Mereka berjalan bersebelahan tetapi
Percuma saja, Aluna sudah tidak ada perasaan lagi pada Angkasa. Aluna juga tidak lagi berharap kembali kepada mantan suaminya. Aluna ingat Rose saja sudah membuatnya lelah sekali. Meskipun dia sangat cinta mati dengan Angkasa, kalau ingat Rose yang selalu jahat dengannya, cinta itu perlahan sirna. "Denger-denger, Siska anak Rose, suaminya ketangkap basah di hotel selingkuh dengan teman kantornya." Aluna mendapatkan cerita ini dari tetangga mertuanya yang sedang mampir di restorannya."Kamu denger gak Aluna?" Aluna tersenyum tidak enak, masalahnya Aluna tidak lagi mengurusi masalah rumah tangga mantan suaminya, nomornya saja sudah tidak Aluna simpan demi kesehatan mental dan pikirannya. Menjadi janda tidaklah mudah bagi Aluna. Dia mendapatkan nyinyiran dari banyak pihak. Aluna terima saja, orang yang mengumpat dan menjelekkannya tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. "Gak denger, Bu. Aluna sibuk ngurus dapur," jawab Aluna masih duduk di meja kasir. Dia yang menjaga kasir. Rangga di
Kehidupan baru Aluna dimulai, sekarang dia mulai menutup semua kenangan indah bersama Angkasa. Memperbaiki dirinya menjadi lebih baik lagi, sebagai seorang janda yang mempesona, banyak sekali saat ini yang mendekati Aluna bahkan mantan suaminya sendiri sering mengirim pesan pada Aluna dan mengeluh tentang istri barunya. Heran saja Aluna. "Angkasa ini kenapa sih?" Aluna sedang sibuk membangun restorannya yang baru, kebetulan dia mendapatkan donatur dan ikut berbagi keuntungan dengan Aluna, orang itu tidak lain adalah Bram. Bukan hanya Bram saja yang mendekati Aluna, teman Angkasa yang merusak rumah tangganya juga gencar sekali mendekati Aluna. Hanya saja tidak ada yang Aluna tanggapi karena dia masih belum memikirkan pernikahan untuk saat ini. Baru saja Aluna sibuk membalas pesan pelanggannya, Angkasa kembali menghubunginya. "Kenapa, Mas?" Aluna masih baik, bagaimanapun Angkasa adalah Ayah dari anaknya, meskipun mereka berpisah, Aluna tidak mau putus hubungan dengan Angkasa karena
Aluna menunggu Rangga selesai dibereskan. Dia duduk di ruang tamu dan terus mendengar pertengkaran Ulfa dan Rose. Baru saja menikah sudah konflik dan itu tentang uang lagi, harusnya Rose tidak perlu ikut campur masalah mahar seperti ini tetapi seperti kata Aluna. Dia hanya ingin menonton akhir dari Mertua nerakanya dan mantan suaminya yang penurut. Sebenarnya Angkasa dulu tidak menuruti seperti ini, tidak tahu kenapa semenjak kejadian fitnah itu, Angkasa lebih percaya dengan apa yang dikatakan orang tuanya daripada istrinya sendiri. "Lun, makan dulu!" Angkasa pusing mendengar ocehan Ulfa dan Rose di dalam kamar, dia menemui Aluna yang duduk sendirian tanpa malu dicibir oleh keluarga Angkasa. Aluna mengambil anaknya, bukan main peduli urusan rumah tangga orang. Terserahlah itu! "Udah Mas tadi sama Mas Bram makan dulu," jawab Aluna bohong. Jangan sampai Angkasa ini tidak tahu kalau dia juga sudah punya lelaki yang menyukainya. "Gak disuruh masuk?" "Oh, gak usah bentar doang, cuma n