Selama proses perceraian, Aluna tidak mau dulu dekat dengan siapapun, dia tidak ingin nanti Angkasa menuduhnya selingkuh dan membuat hak asuh Rangga jatuh ke tangan Angkasa. Selama sidang berjalan, Aluna selalu menang, Aluna yakin kalau gak asuh Rangga akan jatuh ke tangannya. Selama sidang juga, Angkasa tidak mau dan selalu menolak bercerai dengan Aluna, dia selalu minta diberi kesempatan untuk memperbaiki rumah tangganya dan inilah yang menyebabkan proses sidang menjadi lambat. "Sudah lama aku gak ketemu, Rangga. Hari ini aku mau ngajak Rangga jalan, Aluna." Aluna berkeras tidak mau memberikan Rangga karena sudah tahu Angkasa akan membawa anaknya kabur. Jangan sampai Rangga dijadikan alasan Angkasa untuk kembali lagi dengan Aluna. "Sebulan putusan cerai, aku gak mau kasih Rangga berdua aja sama kamu atau menginap, kamu boleh main tapi gak boleh ngajak Rangga pulang!" tegas Aluna katakan seperti itu, Aluna harap Angkasa mengerti kenapa dia melakukan ini. "Egois kamu, Lun. Rangga
Aluna harus menjalani empat kali sidang baru hakim mengetuk palu dia dan Angkasa resmi berpisah. Angkasa sepertinya juga sudah tidak lagi mengganggunya, dia sepertinya sibuk dengan pernikahan yang akan dia jalani dengan Ulfa. Pernikahan yang diinginkan oleh ibunya sampai Angkasa rela berpisah dengan Aluna hanya karena permintaan Rose. Aluna memang sedih saat hamil mengetuk palu, rasanya dunianya seakan runtuh. Bohong kalau Aluna tidak merasakan apa pun, dia menjalani hidup yang bahagia sebenarnya dengan Angkasa kalau saja Rose tidak ikut campur. "Lun, walaupun kita sudah berpisah, aku tetap Papa Rangga, aku juga punya hak untuk melihatnya meskipun hak asuh jatuh di tanganmu," ucap Angkasa setelah mereka keluar dari ruang sidang. Aluna mengangguk, ya, tidak bisa Aluna pisahkan anak dan ayahnya. Meskipun seperti itu, Angkasa tetap orang tua dari anaknya. "Iya, Mas. Gak ada juga yang akan memisahkan kamu dari Rangga, kalau mau jengguk Rangga, silahkan!" Aluna tersenyum simpul. Tidak
Sebagai seorang Janda, Aluna ingin tampil mempesona, tidak munafik dia masih punya pikiran untuk menikah lagi karena anaknya masih kecil dan dia juga masih sangat muda. Hanya saja Aluna sangat pemilih untuk pernikahan keduanya. Dia kini sudah termasuk sukses dalam usahanya, hari demi hari dia menabung untuk membuat usahanya semakin meningkat sesuai dengan yang dia impikan. Dia sudah mulai membuat rancangan tempat makan yang digemari oleh orang-orang saat ini. Hari ini, Aluna membawa Rangga pergi ke toko mainan karena sudah janji akan membelikan Rangga mainan kalau nilai di sekolahnya baik dan saat pengambilan raport. Rangga termasuk berprestasi. Rangga memang Aluna ikutkan semua les, agar tidak ketinggalan pelajaran di sekolahnya. "Ma, Rangga mau mobil remot yang di atas!" Rangga menunjuk kotak mainan yang tinggi sekali, Aluna tidak bisa menggapainya. Dia melirik ke kiri dan tiba-tiba dari kanan, ada tangan yang membantu mengambil kotak mainan itu. "Pak Bram." Pertemuan kedua kalin
Berat rasanya bagi Aluna membiarkan Rangga untuk ikut acara pernikahan Papa dan Ibu sambungnya. Tidak rela sebenarnya tetapi Aluna tidak boleh egois, dia biarkan saja Rangga dijemput oleh Angkasa untuk menghadiri pernikahannya. Sakit hatinya, jelas sangat sakit, lelaki yang dulu bersama dengannya, sekarang menjadi milik wanita lain. Apalagi Angkasa menjemput dengan Ulfa. Untungnya Aluna bukan lagi wanita menderita seperti dulu. Saat Angkasa menjemput Rangga, Aluna tampil cantik sekali. Dia tidak mau terlihat semakin tidak terurus, untungnya wajahnya semakin cerah, rambutnya juga indah. Aluna terlihat lebih langsing dengan dress selutut yang dia gunakan. Angkasa menjemput Rangga juga mengajak Rose. Lagi dan lagi bertemu dengan mantan mertua gilanya. Sakit mata Aluna tetapi dia tetap harus menghadapi wanita tua yang menyebalkan itu. Untungnya Rose bukan mertuanya lagi. Aluna juga memasang wajah datar saat melihat Rose. Maaf saja, Aluna bukan malaikat yang tersenyum dengan gilanya saat
"Sakit, ya, rasanya." Aluna bicara pada dirinya sendiri. Hari ini pernikahan Angkasa dengan Ulfa, bohong kalau dia tidak merasakan kegalauan dalam hatinya. Angkasa pernah jadi bagian penting dalam hidupnya. Kini Angkasa sudah punya pengganti dirinya, lebih cepat dari dugaan Aluna. Ada rasa sedih, kecewa, marah dan sakit. Aluna merasa menyesal tetapi tidak akan dia rasakan itu karena di antara Angkasa dan dirinya ada Rangga. Buah hati yang mereka dapatkan dengan cinta. Tidak ada yang salah, yang salah hanya keadaan saja yang tidak mendukung mereka bisa bersama. Lamunan Aluna terhenti karena ada sering ponsel yang mengganggu pikirannya. "Ada waktu jalan?" tanya Bram. Laki-laki tampan ini memang sedang dekat dengan Aluna. Jujur saja, Aluna tidak tahu pekerjaannya, rumahnya, apa pun tentang Bram karena memang tidak ingin menjalani kisah serius dengannya. Belum sepertinya, terlalu cepat dan aneh saja kalau sampai Aluna sama seperti Angkasa. Kalaupun ingin menikah, pertimbangan Aluna s
Aluna menunggu Rangga selesai dibereskan. Dia duduk di ruang tamu dan terus mendengar pertengkaran Ulfa dan Rose. Baru saja menikah sudah konflik dan itu tentang uang lagi, harusnya Rose tidak perlu ikut campur masalah mahar seperti ini tetapi seperti kata Aluna. Dia hanya ingin menonton akhir dari Mertua nerakanya dan mantan suaminya yang penurut. Sebenarnya Angkasa dulu tidak menuruti seperti ini, tidak tahu kenapa semenjak kejadian fitnah itu, Angkasa lebih percaya dengan apa yang dikatakan orang tuanya daripada istrinya sendiri. "Lun, makan dulu!" Angkasa pusing mendengar ocehan Ulfa dan Rose di dalam kamar, dia menemui Aluna yang duduk sendirian tanpa malu dicibir oleh keluarga Angkasa. Aluna mengambil anaknya, bukan main peduli urusan rumah tangga orang. Terserahlah itu! "Udah Mas tadi sama Mas Bram makan dulu," jawab Aluna bohong. Jangan sampai Angkasa ini tidak tahu kalau dia juga sudah punya lelaki yang menyukainya. "Gak disuruh masuk?" "Oh, gak usah bentar doang, cuma n
Kehidupan baru Aluna dimulai, sekarang dia mulai menutup semua kenangan indah bersama Angkasa. Memperbaiki dirinya menjadi lebih baik lagi, sebagai seorang janda yang mempesona, banyak sekali saat ini yang mendekati Aluna bahkan mantan suaminya sendiri sering mengirim pesan pada Aluna dan mengeluh tentang istri barunya. Heran saja Aluna. "Angkasa ini kenapa sih?" Aluna sedang sibuk membangun restorannya yang baru, kebetulan dia mendapatkan donatur dan ikut berbagi keuntungan dengan Aluna, orang itu tidak lain adalah Bram. Bukan hanya Bram saja yang mendekati Aluna, teman Angkasa yang merusak rumah tangganya juga gencar sekali mendekati Aluna. Hanya saja tidak ada yang Aluna tanggapi karena dia masih belum memikirkan pernikahan untuk saat ini. Baru saja Aluna sibuk membalas pesan pelanggannya, Angkasa kembali menghubunginya. "Kenapa, Mas?" Aluna masih baik, bagaimanapun Angkasa adalah Ayah dari anaknya, meskipun mereka berpisah, Aluna tidak mau putus hubungan dengan Angkasa karena
Percuma saja, Aluna sudah tidak ada perasaan lagi pada Angkasa. Aluna juga tidak lagi berharap kembali kepada mantan suaminya. Aluna ingat Rose saja sudah membuatnya lelah sekali. Meskipun dia sangat cinta mati dengan Angkasa, kalau ingat Rose yang selalu jahat dengannya, cinta itu perlahan sirna. "Denger-denger, Siska anak Rose, suaminya ketangkap basah di hotel selingkuh dengan teman kantornya." Aluna mendapatkan cerita ini dari tetangga mertuanya yang sedang mampir di restorannya."Kamu denger gak Aluna?" Aluna tersenyum tidak enak, masalahnya Aluna tidak lagi mengurusi masalah rumah tangga mantan suaminya, nomornya saja sudah tidak Aluna simpan demi kesehatan mental dan pikirannya. Menjadi janda tidaklah mudah bagi Aluna. Dia mendapatkan nyinyiran dari banyak pihak. Aluna terima saja, orang yang mengumpat dan menjelekkannya tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. "Gak denger, Bu. Aluna sibuk ngurus dapur," jawab Aluna masih duduk di meja kasir. Dia yang menjaga kasir. Rangga di