Share

2-First Date

Author: Meila Woo
last update Last Updated: 2022-04-03 05:13:58

Embusan napas kasar dikeluarkan oleh seorang gadis yang mengenakan kaos putih oversize yang dipadukan dengan celana joger warna oranye. Dengan tatapan lurus ke cermin, ia melihat pantulan dirinya yang molek. Lantas, memoles bibirnya dengan lipstick berwarna pink.

“Kalau bukan karena ada Eric kemarin, aku nggak bakal menyetujui ajakan Lucas buat kencan.” 

Estelle meraih sling bag hitam di atas meja. Ketika ia mengecek ponsel, ternyata ada banyak panggilan tak terjawab dari nomor tak dikenal. 

“Nomor siapa ini?” gumam Estelle sambil menatap ponselnya nanar. 

Panggilan dari nomor tak dikenal kembali masuk. Estelle memutuskan untuk tak acuh. Namun, panggilan telepon dari nomor yang sama terus masuk. Akhirnya ia pun mengangkatnya.

“Halo?”

Estelle terdiam selama beberapa detik, memberi kesempatan si penelepon bicara. Namun, si penelepon tak kunjung berbicara.

“Maaf, ini siapa, ya?” tanya Estelle pelan.

Tut! Tut! Tut!

Kening Estelle mengerut. Panggilan itu diputuskan secara sepihak tanpa ada kejelasan tentang siapa sosok penelepon. 

“Aneh. Padahal dia yang meneleponku berkali-kali,” gumam Estelle.

Ponsel Estelle kembali bergetar. Tanpa membaca nama si penelepon, Estelle langsung menjawab, “Kalau tidak ada perlu, jangan telepon saya terus!”

“Estelle, ada apa?”

Mendengar suara baritone yang familiar, Estelle langsung menjauhkan ponsel dari telinganya dan menatap layar. “Eh, aku kira orang lain.”

“Kamu sudah siap buat kencan pertama kita, kan?” 

“Sebenarnya males. Tapi, karena aku lagi nggak ada kegiatan, ya ... aku siap,” balas Estelle jujur.

“Aku jamin ... habis kencan pertama ini, pasti kita bakal melakukan kencan selanjutnya.”

“Kepedean!” 

Estelle menutup panggilan telepon itu sepihak. Lantas, ia beranjak untuk menemui Lucas yang sudah menunggunya di halaman apartemen.

Mulut seorang pria berjas navy menganga melihat seorang gadis molek yang berjalan mendekat. Ia tak habis pikir mengapa Estelle selalu berhasil membuatnya terpesona, mulai dari fisik sampai intelektualnya.

“Kenapa?” tanya gadis itu datar.

“Kamu cantik banget, Estelle. Ke KUA saja, yuk!”

“Hah?”

“Iya, KUA. Kita nikah saja.”

Estelle menelan salivanya. “Kamu sudah gila, ya? Maaf, tiba-tiba aku ada urusan. Kita batalin saja kencan hari ini.”

Estelle membalikkan badannya dan langsung melangkah. Namun, langkah gadis itu berhenti ketika Lucas meraih tangan kanannya. 

“Aku bercanda, kali. Aku memang ingin menikahimu, tapi sebelum kita nikah ... aku ingin hubungan kita itu sedekat nadi di dalam tubuh.”

Estelle tak menjawab ucapan Lucas. Ia justru membuang wajah ke samping.

“Ayolah, Estelle! Aku sudah booking tempat yang bagus buat kencan pertama kita.”

“Di mana? Restoran?” tanya Estelle dingin.

Pertanyaan singkat Estelle dibalas dengan anggukan oleh Lucas.

Mendapat traktiran makanan merupakan hal yang Estelle sukai. Tentu ia menyukainya karena tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk menikmati makanan yang enak. Apalagi, sekarang yang mengajaknya makan bersama adalah Lucas. Pria itu pasti akan mengajaknya makan makanan enak yang mahal.

“Oke, ayo!” ucap Estelle.

Lucas sontak tersenyum lebar, lalu segera membuka pintu mobilnya dan mempersilakan Estelle masuk. Gadis yang selalu terlihat molek dan manis di mata Lucas itu pun masuk dan langsung memasang sabuk pengaman sebelum mobil itu melaju.

Sungguh, Lucas sangat senang telah berhasil mengajak Estelle untuk berkencan setelah berkali-kali mendapat tolakan. Meskipun hanya Lucas yang menganggapnya sebagai kencan, ia tak mengacuhkannya. Tak bisa menutupi rasa senangnya, Lucas pun terus tersenyum sambil sesekali melirik ke spion tengah bahkan ketika sedang mengemudi.

“Awas saja kalau ajakanmu malah bikin aku masuk rumah sakit,” celetuk Estelle.

“Salah siapa kamu jadi orang susah banget diajak kencan.”

“Soalnya aku bukan wanita murahan, Lucas. Dan—”

“Masih berharap balikan sama mantan?” sahut Lucas.

***

Lucas menyanggah dagunya dengan kedua tangan. Senyum lebar terus terlukis di wajah gagahnya. Lantas, matanya lurus menatap gadis yang duduk persis di depannya.

Mendapat tatapan super lama dari Lucas, Estelle mengembuskan napas kasar. Bola matanya diputar sebesar 360 derajat. “Tolong, jangan lebay!” celetuknya.

“Siapa yang lebay coba? Aku dari tadi juga diam saja.”

“Terserah kamu, deh.”

Beberapa menit kemudian, makanan pesanan mereka datang. Makanan berupa seafood Lucas pilih sebagai menu utama kencan pertamanya dengan Estelle. Sambil menikmati makanan, sejoli itu berbincang. 

“Estelle, gimana kalau kita melakukan itu lagi?” celetuk Lucas sambil senyam-senyum.

“Itu apa?” 

Lucas tak membalas. Namun, jari telunjuknya mengelus bibir dengan tatapan menggoda ke arah Estelle. 

“Jangan gila!”

“Tapi, kamu menikmatinya.”

“Kata siapa?”

Lucas tersenyum asimetris. “Kamu bilang it’s okay waktu itu.”

Estelle menunduk dan mempertahankannya selama beberapa detik. Lantas, ia kembali menatap lurus ke arah Lucas. “Aku bilang kayak gitu karena terkejut,” ucapnya cepat.

Sontak rasa canggung menyelimuti Estelle. Bayangan ciuman singkat pagi itu kembali melintas di pikirannya. Untuk menghilangkan rasa canggung yang mendadak muncul, Estelle pun langsung menyendok makanan dengan cepat.

“Estelle?”

Gadis bersurai legam itu berdeham sambil mengunyah makanan.

“Aku mau minta tolong.”

“Apa?”

Lucas tersenyum tipis sambil menatap Estelle hangat. 

Estelle menelan saliva kasar. Jantungnya sontak berdebar. Gadis yang sedari tadi membuat mulutnya sibuk melakukan gerakan peristaltik pun terdiam.  

“Tolong beri aku kesempatan buat lebih dekat sama kamu. Kamu bisa, kan?”

Estelle masih membisu. Entah mengapa lisannya mendadak kelu. Sosok Lucas yang biasanya terlihat berengsek, kini justru terlihat santun. Jarang sekali Lucas berucap dengan mengatakan kata tolong kepada orang lain.

“Estelle?” 

Kedua mata Estelle menutup. Ia menarik dan mengembuskan napas selama beberapa kali untuk menetralkan detak jantungnya. Ketika dirasa detak jantungnya mulai stabil, ia kembali membuka kedua mata.

Lagi, ia mengembuskan napas kasar satu kali. Lantas, kedua ujung bibir ditariknya ke samping. “I’ll try it.”

“Serius?”

Estelle menjawab pertanyaan singkat Lucas dengan anggukan pelan.

“Kalau begitu, berarti aku punya kesempatan buat menikahimu, dong?”

“Lucas ....”

Lucas terus menggoda Estelle. Meskipun Estelle selalu menjawabnya dengan dingin, Lucas tak menyerah untuk terus menggoda. Lelaki itu tak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas untuk berbincang lama dengan Estelle. 

Tak terasa, dua jam telah berlalu. Semua makanan yang mereka pesan pun sudah habis. Estelle meraih ponsel yang sedari tadi belum disentuhnya sejak makan bersama Lucas. Ia melihat ada sebuah pesan tak terbaca dari Isac—sang adik.

“Lucas, kayaknya aku harus pulang sekarang.”

“Lho, kenapa? Kencan kita belum selesai. Aku masih ingin ngajak kamu ke suatu tempat.”

“Lain kali saja. Adikku datang ke apartemenku. Jadi, aku harus pulang.”

“Okelah. Aku antar kamu.”

Setelah melakukan pembayaran, sejoli itu keluar dari restoran. 

“Ah, hujan. Padahal tadi cerah,” ucap Lucas. “Estelle, aku mau mengambil mobilku dulu. Kamu tunggu di sini, ya!”

“Iya,” balas Estelle singkat.

Lucas berlari ke tempat parkir mobil, sedangkan Estelle berdiri sambil menengadah dan membasahi telapak tangannya dengan air hujam. Senyum tipis terbit ketika hidungnya mencium pethrichor yang menenangkan.

“Ah, jadi pengin hujan-hujanan,” lirih Estelle.

Ketika Estelle masih terlena menikmati langit yang memuntahkan muatan, sebuah mobil berhenti tepat di depannya. Ia pun langsung menoleh dan menghentikan aksinya yang membasahi tangan dengan air hujan. Melihat mobil yang berhenti bukanlah milik Lucas, dahinya pun mengerut.

Pintu kemudi terbuka secara perlahan. Estelle bisa melihat bahwa si pengemudi mulai keluar dari mobil. Seorang pria jangkung berkemeja cokelat polos itu menampakkan diri dan menatap Estelle sambil membiarkan tubuhnya basah.

“Eric?” lirih Estelle.

Related chapters

  • Pikat Cinta Mantan Pacar   3-Dia Kembali

    “Estelle?” panggil Eric sambil tersenyum tipis. Estelle menyeringai, lalu membuang muka. Tak mendapat respons positif dari Estelle, Eric pun melangkah mendekati gadis itu. Tanpa permisi, lelaki yang tubuhnya basah terguyur air hujan itu langsung meraih kedua tangan Estelle. Tentu, Estelle langsung melepas genggaman tangan itu kasar. “Anda pikir Anda bebas menyentuh saya, hah?” “Ma-maaf. Aku sungguh—” “Estelle!” Lucas memanggil Estelle dari dalam mobil. Gadis yang memakai kaos oversize itu tersenyum lebar ke arah Lucas. “Bentar!” “Estelle, kamu—” “Maaf, Pak Eric. Saya harus pergi.” Estelle pun berlari dan masuk ke mobil Lucas, sedangkan Eric hanya bisa menatapnya sendu. Di dalam mobil, Estelle tak banyak bicara. Sesekali Lucas melirik ke arah gadis yang duduk sejajar dengannya. “Estelle?” Estelle menoleh dan menjawab, “Ap

    Last Updated : 2022-04-03
  • Pikat Cinta Mantan Pacar   4-Dengarkan Aku

    Lucas tersenyum asimetris. “Kenapa Anda menatap saya seperti itu?” tanyanya. “Jangan buat berita burung!” balas Eric sambil menatap tajam ke arah Lucas. “Siapa yang bikin berita burung, hah? Rumor itu memang benar, kan? Anda sudah bertunangan. Saya membacanya sendiri di internet.” Eric sontak membisu, lisannya kelu. “Diam, berarti benar,” sindir Lucas. Estelle yang sedari tadi diam, kini ia mulai membuka suara. Makanan yang dipesan sudah selesai dilahapnya. “Saya permisi.” Melihat Estelle pergi dengan raut yang tak ramah, Lucas pun mengekorinya. Ia meninggalkan Eric yang masih mematung di kursi. Estelle sudah menduga jika Lucas pasti mengikutinya. Lelaki itu mungkin menyadari perubahan sikapnya yang tadi tak bisa ditahan setelah mendengar kabar tentang pertunangan Eric. Karena tidak ingin karyawan lain melihat Lucas mengekorinya, ia pun memilih untuk pergi ke rooftop melalui tangga darurat.&

    Last Updated : 2022-04-03
  • Pikat Cinta Mantan Pacar   5-A Proof

    Lucas yang terkejut atas perlakuan tanpa aba-aba dari Estelle awalnya hanya bisa mematung. Matanya menatap mata Estelle yang terpejam. Namun, beberapa detik kemudian, Lucas ikut beraksi—membalas ciuman Estelle—dan membuatnya terlihat makin intens. “Apa-apaan?” batin Eric kesal. Kedua tangan Eric mengepal kuat. Tak kuat melihat panorama sejoli yang berciuman di depan mata, Eric langsung pergi meninggalkan mereka dengan dada yang terasa sesak. Pun dengan air mata yang keluar dari ujung matanya. “Aku pikir kamu masih mencintaiku.” Eric kembali berujar dalam hatinya. Memperdalam ciuman ternyata membuat napas terasa sesak. Estelle dan Lucas pun melepas ciuman itu guna menghirup oksigen. Ketika Lucas hendak kembali mencium Estelle, gadis itu justru menunduk. “Estelle?” panggil Lucas lirih. Estelle langsung membungkam bibirnya dengan tangan kanan. “Mati kamu, Estelle

    Last Updated : 2022-04-03
  • Pikat Cinta Mantan Pacar   6-Masalah Baru

    Suara Lucas yang cukup lantang membuat Estelle harus membungkam mulut pria itu dengan tangan kanannya. Lantas, gadis itu meraih tangan Lucas dan membawanya menjauh dari restoran. Untung saja restoran tempatnya makan menggunakan sistem pembayaran elektronik. Jadi, Estelle tak perlu repot-repot pergi ke kasir untuk membayar cash setelah selesai makan karena ia sudah membayarnya di awal. Setelah Estelle dan Lucas berada di depan kantor, Estelle baru melepas genggaman tangannya. Sementara itu, Lucas mencium tangannya sendiri—menikmati aroma bekas genggaman Estelle. “Wangi,” lirih Lucas dengan kedua mata yang terpejam. Estelle menggeleng melihat kelakuan Lucas. Ia tak habis pikir mengapa ada orang seperti Lucas yang harus selalu bertemu dengannya. Lucas sungguh tak terlihat seperti seorang pria dewasa, tetapi justru terlihat seperti remaja lebay. “Estelle, makasih,” ucap Lucas dengan senyum lebar yang terlukis di wajah tampannya.

    Last Updated : 2022-04-15
  • Pikat Cinta Mantan Pacar   7-Publikasi Hubungan

    Para karyawan departemen keuangan langsung kembali ke kursinya masing-masing, kecuali Estelle dan Suzy. Mereka merasa takut akan kehadiran seorang pria yang memiliki pengaruh penting di perusahaan tempat mereka bekerja. Ini adalah kali pertama mereka melihat pria itu berbicara dengan nada serius seperti itu. “Gawat. Kenapa dia harus ke sini?” batin Suzy. Suzy membalikkan tubuhnya. Seorang pria tegap berambut cokelat menatapnya dengan sedang bersedekap dada. Tatapan pria itu sungguh galak sehingga Suzy membisu. “Berani-beraninya kamu ganggu pacarku,” ucap Lucas sambil menyeringai. “Apa? Pa-pacar?” tanya Suzy tak percaya. Lucas melangkah mendekat ke arah Estelle yang mematung. Dengan sigap, ia mengalungkan sebelah tangannya ke pundak Estelle. Tak lupa dengan senyum manis yang ditampilkannya. Pria yang merupakan calon penerus perusahaan Red Group memang sudah terbiasa memperlakukan Estelle dengan manis. Namun

    Last Updated : 2022-04-21
  • Pikat Cinta Mantan Pacar   8-Bermalam di Rumah Estelle

    Setiap melihat Eric, Estelle merasa ada silet yang menggores hatinya. Pedih. Memori masa lalu muncul tiba-tiba dan ia sangat membenci hal itu. Ia merasa bahwa mengingat masa lalu bersama Eric merupakan kutukan buruk yang sulit dihilangkan. Ketika Estelle sedang memilih gaun, secara tak sadar matanya melirik ke arah Sheryl yang sedang memilih gaun dengan Diana. Mereka terlihat begitu dekat. Melihat kedekatan mereka, Estelle berpikir dalam hitungan minggu, pesta pernikahan Eric dan Sheryl akan digelar. “Kamu cemburu?” bisik Lucas tepat di samping telinga Estelle. Estelle begitu terkejut. Siapa yang tidak akan terkejut jika sedang melamun dan tiba-tiba ada orang yang berbisik padanya? Dengan mata menatap tajam ke arah Lucas, Estelle menjawab, “Tentu saja nggak. Buat apa aku cemburu? Nggak guna!” Gadis itu berpindah posisi ke tempat kumpulan midi dress berwarna soft. Ia mengambil sebuah midi dress lengan pendek berwarna lilac polos. Lantas

    Last Updated : 2022-04-21
  • Pikat Cinta Mantan Pacar   9-Different Morning

    Debaran benda berukuran sekepal tangan di dalam dada Estelle makin tak karuan. Ia tak ingat mengapa bisa sampai di kamarnya dan apa yang telah dilakukannya dengan Lucas tadi malam. Estelle hanya mengingat waktu ia pulang dari butik. Setelah itu, ia tak mengingat apa pun. “Morning, Estelle,” sapa Lucas lembut. Estelle membulatkan kedua matanya. Bagaimana bisa Lucas setenang itu setelah melakukan hal di luar keinginan Estelle? Apa Lucas tidak merasa bersalah sama sekali? Tidak! Lucas pasti justru merasa senang telah melakukan hal itu pada Estelle. “Gila,” lirih Estelle. Kedua mata Estelle memanas seketika. Peluhnya juga tak lupa mengalir sampai membasahi bantal yang ditidurinya. Ia tak bisa menahan peluhnya untuk tidak mengalir. “Estelle, kamu kenapa?” Lucas bertanya pelan. “Kamu gila, Lucas! Aku minta kamu buat pacaran kontrak sama aku. Tapi, bukan berarti kamu bebas ngelakuin hal ini sama aku,” balas Estelle den

    Last Updated : 2022-04-22
  • Pikat Cinta Mantan Pacar   10-Past Story

    Meskipun Estelle menganggap Lucas layaknya seorang remaja yang menyebalkan, sesekali ia merasa bahwa Lucas merupakan seorang pria dewasa yang begitu tangguh. Ketangguhan Lucas dibuktikan dengan dirinya yang tak pernah goyah untuk mengejar cinta Estelle, meski gadis itu selalu menolaknya terang-terangan. Estelle sering mendengar bahwa seseorang akan berubah seiring berjalannya waktu. Bukan hanya fisik seseorang yang berubah, tetapi juga perasaan orang tersebut kepada yang lainnya. Namun menurut Estelle, perasaannya sangat sulit untuk diubah. Atau, ia tak sadar bahwa perasaannya telah berubah? Estelle biasanya tak menceritakan masa lalu kepada orang lain. Ia sangat membenci masa lalu indah yang justru menoreh luka di hati. Ia sangat benci membahas seorang pria yang berhasil membuatnya terpikat. Namun, sekarang Estelle justru menceritakan masa lalu itu kepada Lucas. “Eric adalah cinta sekaligus pacar pertamaku,” ucap Estelle setelah bebe

    Last Updated : 2022-04-23

Latest chapter

  • Pikat Cinta Mantan Pacar   30-Remember You

    Tampak indah sebuah gelang manik buatan tangan. Perpaduan warna pastel yang indah membuat gelang tersebut cukup unik. Ditambah ada inisial huruf E di gelang itu. Sepertinya, si pembuat memang secara sengaja membuat gelang yang hanya ada satu untuk perempuan berinisial E itu. Estelle terkejut. Di dalam batinnya bertanya-tanya, siapa si pengirim gelang itu. Gelang sederhana, tetapi begitu indah. Warnanya ia suka, bentuk payung yang bersanding dengan inisial huruf E pun disukainya. "Wah, gelangnya lucu. Sepertinya orangnya sengaja bikin just for you deh, Es," celetuk salah satu rekan kerja Estelle. "Dari siapa tuh? Sepertinya bukan dari Lucas.""Entahlah," balas perempuan berambut gelung yang menerima paket gelang unik itu.Gelang unik dimasukkan kembali ke wadahnya. Tidak ingin ambil pusing, Estelle hanya meletakkan kotak berisi gelang itu di meja dan ia pun mulai kembali melakukan pekerjaannya. Namun, kehadiran gelang itu cukup mengganggu. Estelle penasaran dengan pengirim hadiah it

  • Pikat Cinta Mantan Pacar   29 - Peringatan Hubungan

    Tok-tok-tok!"Masuk!"Suara khas high heels terdengar dengan langkah yang anggun. Perempuan yang rambutnya digelung rapi mulai mendekat ke arah meja milik pria berjas warna navy. Terlihat pria itu sedang memainkan bolpoin di tangan dengan tatapan yang tak fokus."Anak perusahaan Red Group sedang mengelola hotel. Dan, ini proposal pembangunan hotel. Silakan dipelajari dulu isi proposalnya," ucap perempuan molek itu sambil meletakkan proposal ke meja.Perempuan dengan rambut digelung itu mengerutkan dahi karena si pria tak meresponsnya. Lantas, ia pun memanggil nama pria itu sampai tiga kali. Akhirnya, di kali ketiga ia memanggil, pria bernama Lucas itu pun menoleh. "Eh, iya, gimana?"Perempuan itu mengulang kembali kalimat yang disampaikannya baru saja. "Oke. Aku akan coba mempelajarinya," balas Lucas pelan. "Kalau begitu, permisi."Perempuan yang memakai rok span selutut itu mulai berbalik, hendak meninggalkan kantor anak direktur perusahaan Red Group. Baru beberapa langkah, namany

  • Pikat Cinta Mantan Pacar   28-Buket Mawar Merah

    Sinar mentari tampak cukup terik hari ini. Setelah selesai bekerja di sebuah kafe, Eric pergi ke toko bunga. Dulu, sewaktu belum memutuskan hal bodoh pergi dari rumah, Eric bisa membeli buket bunga mawar merah yang besar. Namun, sekarang ia harus berhemat. Jadi, ia hanya bisa membeli buket kecil.Hidup mandiri tanpa fasilitas apa pun dari orang tua rupanya melelahkan. Perbedaannya begitu kentara. Eric merasakannya. Ia cukup menderita. Akan tetapi, ia harus bertahan demi memperjuangkan sebuah hal yang konyol. Ya, memperjuangkan cintanya yang pernah sirna.Kedua ujung bibir pria berkemeja kotak-kotak itu tertarik. Ia mencium mawar merah yang sudah ada di genggaman. Aroma bunga tersebut begitu menenangkan jiwa. Setelah melakukan transaksi pembayaran, ia pun pergi meninggalkan toko bunga tersebut.“Dia pasti suka.”Dengan kaki jenjangnya, Eric mulai melangkah. Dulu, ia bisa mudah bepergian dengan mobil mewah warna silver miliknya. Namun, sekarang ia hanya bisa mengandalkan kakinya. Sebuah

  • Pikat Cinta Mantan Pacar   27-Masa Lalu

    Lampu kamar masih menyala terang. Seorang pria sedang menatap layar laptop dengan tatapan kosong. Di layar tersebut, tampak judul laporan hasil penjualan bulan ini. Ia perlu mengeceknya kembali. Namun, sepertinya pikiran pria itu sedang cukup kacau. Sudah lebih dari lima menit ia hanya menatap layar tanpa menggeser kursor ke bawah untuk melihat isi laporan dengan rinci.Ucapan seorang mahasiswa di rumah sakit membuat pria itu teringat akan masa lalunya. Masa lalu berupa kesalahpahaman yang berujung membuat retak hubungan. Mengingat masa itu, rasanya cukup kekanakan. Namun, ia sendiri juga masih belum mendapatkan cara untuk mengembalikan hubungan baik yang sudah retak ini.“Hhh ...” Ia mengembuskan napas berat.***Sembilan Tahun yang LaluDua lelaki tampan dan satu perempuan cantik sedang menikmati es krim bersama. Senyum mereka tampak begitu cerah, secerah mentari siang ini. Dilihat dari kejauhan pun, hubungan mereka tampak begitu dekat. Sepertinya, mereka sudah menjalin hubungan pe

  • Pikat Cinta Mantan Pacar   26-Dering Ponsel

    Di bawah langit senja yang begitu menawan, kedua sejoli yang terikat hubungan palsu itu masih mempertahankan posisi. Ya, wajah mereka masih saling bertatapan. Akan tetapi, mereka tidak langsung memuaskan nafsu yang sedang bergejolak di dalam hati.Bohong jika gadis yang mengenakan gaun motif bunga itu ingin menolak. Jauh di dalam lubuk hatinya, ia sangat menginginkan kejadian itu akan terjadi. Ini adalah kali pertama untuknya benar-benar menginginkan bibir Lucas mendarat lembut membasahi bibirnya.Secara pelan, kedua kelopak mata Estelle tertutup. Melihat hal itu, tentu Lucas yang sudah tidak kuat untuk segera memuaskan nafsunya langsung tersenyum. Dengan pelan, wajahnya makin didekatkannya menuju wajah Estelle. Ia akan melakukan hal yang romantis kali ini.Akhirnya aku bisa dapetin kamu, batin Lucas.Tring! Tring! Tring!Sial! Suara nada dering di ponsel Estelle langsung membuat gadis itu membuka mata. Ia juga langsung melepaskan tubuhnya dari tubuh Lucas. “Aku angkat telepon dulu,”

  • Pikat Cinta Mantan Pacar   25-Senja di Pantai

    Embusan angin di sore hari begitu lembut. Dengan pelan, angin berembus menyapu helai rambut Estelle yang berkilau. Sayang sekali, di tempat yang seindah ini digunakan gadis itu untuk melamun.Bakso iga yang melimpah ruang di mangkuk dengan kuah hangat, kini telah mendingin. Bukan, bukan karena si pembeli telah menyantapnya. Namun, justru semangkuk bakso iga yang menggiurkan itu hanya ditatap dengan sendok yang berputar tak jelas. Melihat Estelle terus melamun, Lucas merasa bersalah. Gadis yang dicintainya itu ternyata benar-benar bersedih atas kejadian tadi. Sudah jelas jika Estelle masih menyimpan nama lelaki sialan itu di hatinya, pikir Lucas.Estelle terperanjat ketika ada tangan yang hangat menggenggam tangannya. Lamunannya pun seketika buyar. Kini, kedua manik indah itu menatap manis Lucas dengan penuh tanda tanya.“Estelle ...,” panggil Lucas lembut.“Hm?” balas Estelle singkat.“Berapa peluangku buat gantiin lelaki sialan itu di hatimu?”Mendengar pertanyaan itu, Estelle refle

  • Pikat Cinta Mantan Pacar   24-I'll Protect You

    Tubuh Eric membatu ketika kedua bola matanya menangkap sepasang raga yang pergi dari hadapannya. Rasa sesak begitu membuatnya sulit bernapas. Sungguh, ia begitu menyesali masa lalu yang telah menghancurkan kepercayaan Estelle padanya.Estelle memang bukanlah cinta pertama Eric. Namun, rasa cinta Eric kepada Estelle tidak pernah berubah sejak mereka mengenal, berpisah, dan bertemu kembali seperti sekarang. Hanya nama Estelle yang terukir di dalam hati Eric.Eric pikir, banyaknya waktu yang ia habiskan bersama Estelle di masa lalu akan menjadi pondasi hubungan mereka di masa selanjutnya. Namun, tak disangka jika Estelle sering memendam kesedihannya di masa lalu. Dan, itu membuat Eric merasa begitu menyesal—ingin memutar waktu dan mengubahnya.“Estelle, aku benar-benar menyesal,” lirih Eric setelah bayangan raga Estelle dan Lucas telah lenyap dari pandangan.Di sisi lain, Estelle dan Lucas sudah berada di dalam mobil. “Kita mau pergi kencan ke mana?” tanya Lucas cengingisan, seperti bia

  • Pikat Cinta Mantan Pacar   23-Tolong Berhenti!

    “Aku mau ambil kue di sana, ya,” ucap Estelle.Angela mengangguk. “Tolong ambilkan aku satu potong brownies, ya.”“Aku juga,” sahut teman Estelle yang lain.Estelle mengangguk. Lantas, kaki yang beralaskan sepatu hak tinggi itu mulai melangkah. Sesekali mata Estelle menangkap pasangan yang sedang bermesraan, saling menyuapi.“Sungguh manis,” lirih Estelle.Kue brownies merupakan salah satu kue kesukaan Estelle. Maka dari itu, setiap mengikuti acara, jika ada kue brownies Estelle pasti akan mencicipinya. Sekarang, kue itu sudah diletakannya di piring dan siap untuk disantap bersama teman-teman.Ketika Estelle berbalik badan, ia begitu terkejut. Bola mata membulat seketika dan napasnya menjadi pendek. Kenapa ada orang itu? batin Estelle.Seorang pria berkemeja kotak-kotak berdiri tepat di hadapan Estelle. Berbeda dari yang lain, jadi pria itu begitu menonjol karena sama sekali tidak mengenakan jas. Pria itu berpakaian begitu santai layaknya sedang berada di taman bermain.“Akhirnya aku

  • Pikat Cinta Mantan Pacar   22-Penawar Rindu

    Gaun selutut tanpa lengan melekat indah di tubuh Estelle. Corak bunga berwarna pastel menambah kesan manis gadis itu. Ditambah dengan rambut tergerai yang dipasang jepit rambut berwarna perak, Estelle makin tampak memesona.Setelah melihat keelokan diri dari pantulan cermin, kini Estelle siap untuk pergi menghadiri acara reuni SMA. Karena acara reuni ini dikhususkan hanya untuk alumni jurusan IPA, Estelle pun mengikutinya. Ia yakin tidak akan bertemu dengan Eric karena Eric dulu mengambil jurusan IPS.“Kak Estelle mau reunian apa mau kencan, sih?” tanya Isac yang menyusun makalah di ruang tamu. “Tumben, kelihatan cantik banget.”Estelle hanya menoleh sesaat ke arah sang adik. Lantas, ia memakai high heels yang berada di rak sepatu. Setelah sepatu berhak tinggi itu sudah terpasang indah di kakinya, ia pun melangkah keluar rumah.“Jangan lupa belikan aku bakso iga sapi sesuai perjanjian kemarin!” teriak Isac. “Iya,” balas Estelle sambil menutup pintu apartemen.Tepat waktu. Taksi onlin

DMCA.com Protection Status