Aku masih tidak paham dengan orang-orang yang selalu ngebet pulang waktu dirawat di rumah sakit. Maksudku, memangnya kenapa sih? Kata mereka makanan rumah sakit membuat perut mual. Rasa yang seperti apa sih maksudnya? Makan bubur dengan sayur bayam? Atau teh hangat tanpa gula?. Andai mereka tahu bahaya makanan dari luar. Tidak higienis, minyak berlebih, banyak lalat, haduh.
Mereka bilang juga, trauma datang kemari karena rumah sakit adalah tempat hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Keluarga meninggal, atau orang tersayang yang divonis penyakit berat. But do you know? Rumah sakit juga merupakan tempat dimana orang mendapatkan kebahagiaannya. Tempat bayi-bayi lahir, tempat bagi mereka yang mendapat mukjizat untuk sembuh dari penyakitnya.
Aku, adalah seorang dokter muda berusia 23 tahun. Namaku Nabilah, orang-orang memanggilku dokter cantik.
Kasus seperti diatas itu, sudah berkali-kali aku alami. Tidak satu atau dua kali saja. Namun, tidak sedikit juga diantara mereka yang berjuang untuk kembali sehat. Mereka yang akan dioperasi, terus menerus melafalkan doa. Aku sangat menghargai perjuangan mereka.
Seperti saat ini contohnya, walaupun waktu telah menunjukkan pukul 1 dini hari, aku tidak bisa mendapatkan kesempatan untuk memejamkan mataku barang sedikitpun. Tapi aku selalu bersyukur, karena profesi ini adalah impianku sejak kecil. Bertemu dengan orang-orang kuat dan berusaha menyembuhkan mereka.
Dengan tenaga yang setengah redup ini, yang kulakukan adalah mendata pasien yang telah selesai di operasi baru saja. Obat apa yang diperlukan, dan apa yang harus dilakukan. Sementara dihadapanku, Aldo, rekan kerjaku, sedang asik main smartphone barunya yang baru dibeli kemarin.
"Ah! Gue capek. Mana masih banyak lagi pasiennya." Ucapku dengan membanting pulpen ke meja.
"Sama, gue juga capek kali!"
"Lo capek apaan? Dari tadi tuh logo hp di hadepin ke muka gue mulu. Mau pamer apa gimana?" Aku memutar bola mata malas.
Aldo yang semula bersandar di kursi langsung mengakkan badan. "Ck, gue udah 5 tahun disini, lah elo? Baru juga koass kemarin. Masih bocah. Ya jelas capek an gue lah!"
Wah mentang-mentang senior. Gak bisa dibiarin nih!
"Oke kalo gitu. Fix! Lo besok tugas sendiri aja. Kan lo senior, lagipula gue juga baru pertama kali kan ngerjain itu, jadinya gak paham deh"
Aku berdiri dan membereskan barang-barangku yang berserekan di meja. Lalu memasukkannya ke dalam tas, dan beranjak keluar ruangan.
"E-ehh tapi, kan woi-"
Brak
Bersamaan dengan Aldo bicara, aku membanting pintu kuat-kuat. Biar tau rasa, dasar senior abal-abal.
Aku berjalan di sepanjang koridor. Terlihat sepi, tapi tidak ada tuh kesan creepy nya. Malah aku bahagia karena tak ada keramaian.
Belum sempat aku mengeluarkan kunci mobilku dari tas, tiba tiba pundakku ditabrak oleh seseorang. Laki-laki yang membuat mataku fresh seketika.
Badannya atletis, alis tebal berbentuk, mata tajam, rahang tegas.
Rambut cepak lurus dan klimis.
Wangi parfumnya cool banget astaga. Udah jelas ini mah, bukan parfum sembarangan yang sepuluh ribuan di toko kelontong.
Outfit yang dipakai barang branded semua! Udah pasti, ini orang sultan!
"Eh maaf?"
Dan terakhir, suaranya...! So perfect dude!
Butuh beberapa detik untukku untuk menjawab suara tadi.
"Eh iya tidak apa"
Setelah mengucapkan kata maaf tadi, pria itu langsung pergi begitu saja dari hadapanku. Tanpa senyum dan sapaan ringan.
"What?" Aku sampai tak habis pikir, ganteng doang ada cewe cantik dicuekin.
Mengendikkan bahu tidak peduli, aku melanjutkan jalanku. Sambil merogoh tas untuk mencari kunci mobil. Pulang jam sekarang bukan masalah buatku. Sudah menjadi makanan sehari-hari. Jalanan ibu kota tak pernah lenggang, oleh karena itu aku tidak pernah takut pulang larut malam sendirian. Lagipula rumahku berada di komplek kota yang ramai, dan disana juga aman oleh kasus tindak kriminal.
Pip pip
Mobilku berbunyi. Masih 10 mobil di tempat parkir ini. Yang artinya masih banyak dokter dan staff lainnya yang lembur di rumah sakit. Salut sekali dengan mereka, mengorbankan waktu istirahat untuk menyelamatkan hidup orang.
Blam
Pintu mobil kututup, lalu kupasang seat belt dengan benar.
Mesin kunyalakan dan mulai melaju.
Seperti yang kubilang tadi, tak peduli tengah malam atau dini hari Jakarta tetaplah dengan ciri khas nya, tak pernah sepi.
...
"Diagnosis adalah?"
"Diagnosis
Diagnosis adalah identifikasi terhadap sesuatu penyakit. Kata ini sering diucapkan dokter kepada pasiennya, ketika seorang pasien menderita penyakit tertentu, contohnya, “Kamu didiagnosis menderita penyakit diabetes mellitus“."
"Skrining?"
"Skrining
Skrining adalah deteksi dini untuk mengetahui apakah seseorang memiliki penyakit atau tidak. Kata ini sangat sering didengar dalam suatu paket pemeriksaan tes darah, contohnya saja seperti tes skrining pemeriksaan tumor payudara."
"Kemoterapi?"
"Kemoterapi
Kemoterapi adalah pengobatan yang dilakukan untuk merusak atau membunuh sel-sel kanker secara menyeluruh. Tujuan kemoterapi untuk mencegah kanker agar tidak menyebar, memperlambat pertumbuhan sel-sel kanker, membunuh sel kanker yang sudah menyebar dan meredakan atau mengurangi penyakit kanker."
"Transfusi darah?"
"Transfusi Darah
Transfusi darah merupakan proses menyalurkan darah satu orang ke sistem peredaran darah orang lainnya. Dan transfusi darah dengan donor darah merupakan kata yang sangat berbeda maknanya."
"Trombus?"
"Trombus
Trombus adalah sumbatan akibat lemak di pembuluh darah. Dan tentunya kata ini sangatlah identik dengan “darah”."
"Terakhir nih ya.. Antibodi, apaan?"
"Antibodi
Antibodi adalah suatu protein yang sudah di pecah yang terbentuk sebagai respons ketahanan tubuh terhadap benda asing (antigen) yang tidak dikenali tubuh dan akan bereaktif terhadap anti gen tersebut. Biasanya kata ini akan sangat identik dengan kata “imunisasi” dan “sistem kekebalan tubuh”."
"BAGUS! NILAI 100!"
"YEAYY!! Udah gue bilang kan kak"
Reno, adikku yang masih duduk di bangku smp. Dia sangat ingin menjadi seorang dokter. Dan tentunya aku mendukung cita-citanya itu. Bahkan aku mengajari sedikit demi sedikit tentang dunia di kedokteran. Agar nanti jika dia kuliah, tidak sesulit waktu aku dulu, masih sangat awam.
"Oke, lo emang adik tercerdas! Sekarang gue mau ajarin lo lagi. Dunia kedokteran itu sulit, bukan hanya tentang 'gelar' tapi gimana caranya lo bisa profesional"
Dia hanya memperhatikan, bahkan mencatat apa saja yang perlu dicatat.
"Dengerin nih ya...
... 1. Anaphylaxis / Anaphylaxis adalah Kondisi gawat darurat, yang menyebabkan sesak napas dan bisa menyebabkan kematian, akibat alergi berat atau salah obat (tidak tahan obat tertentu, biasanya antibiotik Penisilin).
2. Alzheimer's disease / Alzheimer, 60-70% kasus demensia/pikun disebabkan oleh Alzheimer, dimana proses degeneratif berlangsung sangat cepat dalam hitungan minggu atau bulan saja, sedangkan proses pikun biasa berlangsung bertahun-tahun. Sekarang ini telah banyak Klinik Alzheimer.
3. Asperger syndrome / Sindrom Asperger adalah Asperger bukan autis. Autis lebih mudah dideteksi, sedangkan Asperger lebih sulit dideteksi, karena jauh lebih ringan. Keduanya tidak ada hubungannya dengan IQ. Jadi kedua macam penderita ini dengan IQ yang memadai dapat mandiri, bekerja, berumahtangga layaknya orang normal. Keduanya kurang dapat berinteraksi secara sosial, tetapi pada zaman cyber ini dimana interaksi langsung tatap muka sudah semakin berkurang, maka keduanya dapat lebih mengembangkan dirinya, walaupun sebenarnya sering tatap muka secara langsung dapat lebih memperbaiki perilakunya...-
..- Bentar gue tulis lewat chat WA aja ya, biar lo bisa nyalin nanti"
"Oke"
Semua definisi yang aku jelaskan tadi, kujelaskan lagi lewat chat. Sampai dengan bagian terakhir.
4. Cardiac arrhythmia / Aritmia, Aritmia atau irama/ritme jantung tidak teratur mudah dideteksi menggunakan alat tensi darah elektronik portabel seharga ratusan ribu rupiah saja (tidak semuanya memiliki fungsi ini). Aritmia bisa hanya bersifat sementara, karena stress, tetapi jika dibiarkan dan tidak hilang-hilang dapat menetap. Aritmia biasanya tidak akan menyebabkan kematian, tetapi pasien aritmia akan merasa lelah, walaupun tidak melakukan kegiatan yang berarti.
5. Dengue fever / Demam berdarah dengue, Disebabkan oleh virus dengue, bisa menyebabkan kematian, karena syok dehidrasi, karena kebocoran plasma darah ke organ tubuh. Perlu cukup asupan cairan dan tanpa pengobatan apapun akan sembuh dengan sendirinya, karena virusnya akan mati dengan sendirinya dalam waktu 5 hari.
6. Osteoporosis, Kekeroposan tulang yang diakibatkan oleh tabungan tulang yang minim. Tulang hanya bisa ditabung hingga usia 30 tahun dengan osteoblast/pembentukan tulang, setelah itu osteoclast/penghacuran tulang akan lebih berperan daripada osteoblast, karenanya pasti akan terjadi pengeroposan tulang sedikit demi sedikit. Minum susu setelah usia 30 tahun hanya mengurangi kecepatan pengeroposan tulang. Tabungan tulang perlu dibentuk dengan makan/minum kalsium, vitamin D dan yang terpenting gerak/pembebanan.
7. Prehypertension / Prahipertensi, Belum dapat dikatakan sebagai hipertensi, karena kadang-kadang bisa kembali normal dengan mengubah gaya hidup dan diet, serta belum tentu memerlukan obat, walaupun begitu dalam kondisi prahipertensi, kemungkinan terjadinya penyakit jantung meningkat dibandingkan yang bertekanan darah normal. Prahipertensi, tekanan darahnya berkisar dari 120/80 (normal) hingga 140/90 dalam beberapa kali pengukuran sedikitnya selang seminggu di waktu yang sama.
"Udah gue kirim, segitu aja dulu ya. Lo pahami aja dulu, entar kalo ada yang bingung tanya aja. Belajar yang bener!"
Kutepuk rambutnya, aku sangat menyayanginya. Karena dia adalah saudaraku yang hidup satu-satunya. Setelah kematian kakakku 3 tahun yang lalu karena kecelakaan.
"Oke kak, gue kekamar dulu ya"
"Sip"
"Nih ya, Nabil. Saya kasih tau kamu. Saya dulu itu pinter banget. Kamu bayangin aja, diwaktu saya umur 8 tahun, kelas 3 SD saya menang peringkat 1 olimpiade SAINS se-Jakarta. Keren kan?..-..-Terus waktu SMP, saya dapat peringkat 1 terus dari kelas 7 sampai kelas 9. Bahkan saya menang lagi olimpiade ekonomi, walaupun juara 2 tapi se-nasional lho"Aku terpaksa menampilkan senyum palsu dihadapan dokter narsis didepanku ini. Sedari tadi hanya menceritakan prestasinya. Dia pikir aku iri gitu?Bangga boleh sombong jangan dong."SMA, kelas 10 sama 11 peringkat 1. Tapi waktu kelas 12 jadi peringkat 2 karena ... yang peringkat 1 suap si kepala sekolah. Makanya saya kalah" Lanjutnya, dengan nada yang lirih diakhir kalimat. "Terus waktu kuliah dulu, nilai IPK saya dapat 3.90"Bodoamat dok.Aku membatin.Waktu dokter Alice ingin melanjutkan kegiatan pamernya, tiba-tiba pintu ruangan dibuka. Dan menampilkan sosok yang tidak kukenal d
Tadi adalah kegiatan penyambutan untuk para pimpinan aksi sosial dan ada beberapa anggota ketentaraan disana. Dimana para dokter dan para staff yang dipilih akan melakukan pidato tentang tema yang ditentukan."Kak""Hm?" Aldo hanya bergumam, tapi fokusnya tetap di hp."Kak""Hmm""KAK""APAAN SIH NABILAH??!!"Aku menyengir."Gimana?""Gimana apanya?" Dia menaikkan satu alisnya, pertanda bingung."Lo pasti udah pernah aksi sosial kan? Dinas. Kayak gue? Gimana? Disana ngapain aja, gue harus kaya apa?" Tanyaku menggebu nggebu."Gak, gue gak pernah. Beda rumah sakit gue koas nya, lagipula RS gue dulu gak ada tuh aksi sosial""Ck, dokter Ali gak ikut, cuma sama dia gue akrabnya, sama lo juga. Gue gak humble, gak pinter" Aku memberenggut bersender di sofa ruangan Aldo. Aldo merangkulku di pundak."Tapi kalo dipikir-pikir nih ya, perkiraan lo lebih pintar dari gue itu gede banget"
Jam 8 pagi ini merupakan keberangkatan ku, dan team ke Medan. Untuk dinas kesehatan selama kurang lebih 2 bulan. Aku sudah mempersiapkan segala keperluan yang mungkin disana akan dibutuhkan. Mulai dari pakaian hangat, sepatu 2 pasang, jilbab, dan juga obat-obatan."Koas Nabil"Aku menengok ke belakang, dari arah suara itu datang."Iya?""Ini" Kapten menyodorkan tumpukan kertas yang cukup tebal kearahku."Apa ini?" Aku membolak-balik kan kertas itu. Di sana tertulis bermacam-macam mata pelajaran, yang membuat ku harus berfikir keras."Apa maksutnya?""Kau inii... Apa tak bisa untuk menggunakan otak dengan benar?"Aku lantas melotot tajam, enak saja dia mengejek dengan sangat tidak enak seperti itu."Kau kemarin kan tidak jadi di bidang kesehatan, itu. Materi yang kau berikan pada anak-anak nanti"PlakDengan sangat semangat menggeplak kepala kapten."Ini
"Sersan Andin, tolong nanti urus proposal kemasyarakatan ya. Sudah kutitipkan di meja resepsionis. Ambil saja kalau nanti mau berangkat"Sersan membentuk tangannya antara jempol dan telunjuk, berarti oke."Hei kau- "Aku merespon dengan menaikkan kedua alis. Dan secara tiba-tiba kapten melemparkan sesuatu ke arahku. Mau tidak mau aku menangkapnya secara reflek."Itu tolong kau simpan. Jam tangan mahal milikku. Besok akan aku ambil, sebelum berangkat. Dan ya .... jangan di buka"Dengan sangat terpaksa aku menampilkan senyum semanis mungkin, untuk menjaga citraku di depan Sersan Andin. Dan sebenarnya aku sudah menyumpahi kapten itu di dalam hati, dengan semua nama hewan yang ada.Kurelakan box kecil itu untuk kumasukkan ke tas. Walaupun tudak ikhlas."Kalian saudaraan? Atau .. kerabat. Karena Kapten Andika orang nya pendiam, tidak mudah friendly ke siapa saja, yaa.. terkecuali orang terdekatnya?" Pertanyaan Sersa
Sekitar jam 9 kami sampai di desa Kaliwuhan. Ternyata benar berdasarkan isu yang ada. Desa disini sangat berbeda dengan desa lainnya, masih sangat primitif. Bangunan rumah yang rata-rata dari bambu, hanya gedung sekolah, balai desa, dan bangunan penting lainnya yang terbuat dari batu bata dan semen. Tapi suasana desa masih sangat kental, sawah dan kebun masih sangat rapat, jalanan asli dari tanah bukan aspal, sungai-sungai yang masih sangat deras dan jernih, anak-anak bermain bersama kawanannya bukan memegang ponsel. Bahkan televisi disini pun hanya orang kaya saja yang punya, benar-benar masih menjaga khas tradisional nya. Serasa aku kembali ke zaman waktu kecil dulu.Bis yang kutumpangi di parkir di lapangan, begitupun dengan bis 2 dan bis 3. Lapangan disini sangat luas sekali, kalau di perkirakan 2 kali lapangan yang ada di Jakarta. Maklum, ini lahan kosong yang biasa digunakan anak-anak bermain sepak bola.“So wow! Tak pernah kubayangkan aku akan kesini. Hei
Suara tubuh menghantam air dengan kencang.Menyusul yang kedua.BUM! Lima anak lain serempak loncat.Tubuh-tubuh kecil itu meluncur kedalam sungai, gelembung udara bergerak keatas. Di bawah sana, air sungai yang jernih, anak-anak itu saling menjulurkan lidah, saling mengacungkan jari. Berdebat gaya siapa yang paling bagus."Kau lihat gayaku tadi? Itu baru loncat gaya duyung!" Anak celana merah berseru."Duyung apanya? Gaya ku tadi baru lebih bagus. Gaya atlet!" Anak celana biru menimpali. Hingga anak lain pun berusaha membela diri sendiri bahwa gaya nya paling bagus. Aku tertawa pelan, menganggap bahwa ini hiburan yang lucu. Kepalaku kuarahkan kebawah, melihat jam melingkar di pergelangan tangan. Ternyata sudah jam 8 pagi, padahal aku kesini masih petang setelah subuh tadi.Sebelum kesini, aku mengatakan kepada anak-anak itu bahwa aku akan mengajari mereka berbagai pelajaran. Senang? Tentu saja, mereka sangat ri
Belajar selama 60 menit, tidak membuat orang lelah, bahkan anak-anak sekalipun. Itu jika guru mereka se-frekuensi. Begitulah kata Nanda si baju kuning. Teman-temannya yang lain sudah pulang sedari 10 menit yang lalu, namun Nanda, dia masih duduk tenang di pondok sambil membaca kembali apa yang aku tuliskan di depan. "Apa kamu tidak mau pulang?" Tanyaku dengan tangan yang sibuk di keyboard laptop. Sesekali menoleh kearah anak itu. "Kakak juga belum kembali" Aku mengangguk meng-iyakan. "Tapi apa kamu tidak dicari oleh orang tuamu?" Sejenak, Nanda terdiam sambil menatap kosong ke lantai. Aku melihat kehampaan pada raut wajahnya, seperti ada sesuatu yang mengganggu di hatinya. "Tidak" Aku memutuskan untuk tidak bertanya apapun lagi. Yang sekarang aku harus fokus membuat daftar siapa saja anak-anak tadi. Beserta tanggal lahir, tahun, dan identitas lainnya. Kebanyakan dari mereka adalah anak yang tidak bersekolah. Sanga
Senja sepertinya malu-malu untuk keluar, menampakkan warna jingga yang memanjakan mata. Karena mendung lebih mendominasi di langit petang ini. Itu menandakan, tak lama lagi hujan turun. Sebenarnya sudah di penghujung musim hujan, tapi yang namanya 'turun' siapa tahu. Aku sendiri sedang membantu para tim untuk memasak. Sudah dipasang kanopi sederhana, tentu saja bagian militer yang menyediakan. Untuk tenda penginapan, kami tidak perlu resah. Tenda itu anti air, terbuat dari plastik tebal dan berat. Untuk meminimalisir adanya kebocoran saat hujan. Untuk sholat nya pun harus di tenda masing-masing, takut kehujanan di jalan kalau memaksakan berangkat ke surau. Dan disaat ini, aku berhalangan. Oleh karena itu aku sibuk membuat makan malam. Tidak ikut sholat maghrib. "Sekarang jam berapa dok?" Perawat Evan atau biasa aku memanggil 'kak Evan' bertanya. "Jam 6 lebih 5. Kayaknya Yang sholat belum keluar deh kak. Masih sepi" Dibagian dap
Rumah terakhir, dan hari terakhir menjalankan aksi penunjangan. Jumlah rumah adalah 100 rumah di satu Kelurahan Kaliwuhan. Tak banyak tapi kami harus menghabiskan waktu selama 4 hari lamanya.Ada saja gangguan yang menghambat, jika tidak ada badai hujan kemarin lusa mungkin akan selesai dalam waktu dua hari saja.Butiran air hujan masih menggelayut manja di dedaunan. Jam 2 siang ini akan berakhir di rumah Wak Dolah. Mantan kepala RT periode kemarin.Masalahnya kali ini lebih kompleks, karena kami harus turun tangan langsung untuk mengatasinya."Masalahnya kau sudah beberapa tahun tak bayar hutang! Lihat kebunmu itu, kau sudah panen kan? Oi, bunga nya akan berkali-kali lipat naiknya!."Disini dia disebut Juragan Jerigen. Karena dia punya pabrik minyak kelapa sawit yang diisi di banyak tabung jerigen. Kebun kelapa yang berhektar-hektar, dan kekayaan yang tentu saja melimpah ruah.Tapi sifatnya yang sombong dan suk
Rasi-rasi bintang membentuk bentuk yang sangat indah. Walau aku tidak percaya akan maknanya, yang aku tahu bintang diatas sana sedang sangat cantik-cantiknya.Berkilap indah dan berwarna warni. Terkadang ungu, merah, lalu biru. Melihat dari atas bukit adalah kegiatan yang menyenangkan. Ditemani sebotol teh hangat, dan musik pengiring tidur.Aku menggelar matras, lalu berbaring diatasnya. Rumput-rumpur bergoyang karena angin. Suara jangkrik dan hewan sawah saling bersahutan. Bulan sedang berada di puncaknya, bersinar terang bundar sempurna.Sambil memejamkan mata sambil mengingat wajah ayah dan ibu. Mengingat wajah Noah dan Reno. Mengingat wajah Aldo dan Pak Roy.Ah aku sangat merindukan mereka. Jika aku bermimpi bertemu mereka malam ini, aku pasti akan berdoa dalam mimpiku :"Ya Tuhan. Jangan lah Engkau hentikan apa yang Kau berikan padaku malam ini."Bukit ini tak jauh dari pemukiman, dan tidak menyeramkan seperti di dalam hutan
Kapten dan aku berpapasan di depan ruang Komite Puskesmas. Dia bersama Letkol Gerald dan Sersan Jessica. Kedua orang itu setelah menyapaku langsung pergi ke kamar Adam. Menyisakan aku dan Kapten yang sedang canggung-canggung nya.Aku menyambutnya dengan dingin. Dia terlihat tenang dan tidak berekspresi.Kukira tidak akan percakapan diantara kami, tapi saat hendak beranjak, Kapten memanggil namaku dengan tegas."Dokter Nabilah!."Aku menoleh sekilas. "Apa?.""Kau marah padaku ya?.""Atas dasar apa opinimu itu?." Sarkastik aku keluarkan.Berbalik badan, dengan tampang rileks aku melanjutkan kalimat. "Dengar Kapten terhormat! Sekarang waktuku dituntut oleh pekerjaan. Aku jarang bersantai karena tugasku juga melimpah ruah. Dan asal kau tau saja, saat kau pulang ke Jakarta aku akan tetap disini selama sebulan lagi. Jadi jangan beranggapan kalau aku sedang marah atau merajuk. Itu konyol sekali!."
"Sudah kubilang bodoh! Jangan banyak bergerak dulu. Lukamu akan lama sembuhnya nanti!." Adam menghela nafas lelah. Dia seperti anak kecil saja kalian tau. Susah sekali dibilangin.'Aku hanya ingin ke toilet''Aku ingin keluar sebentar''Ini loh punggungku gatal!'Halah alesan!Pagi ini gerimis melanda. Aku datang ke Puskesmas pagi-pagi sekali saat semua orang mulai memasak. Karena ada Adam yang notabene sedang sakit hampir sekarat, hihi. Dan pekerjaanku mulai menumpuk dari lusa kemarin."Nabilah! Apa ini tak bisa dilepas sebentaaaar... aja? Gatal sekali gila!."Aku mengabaikan Adam. Tanganku sibuk meyisir rambut nya. Karena lama tak keramas jadilah lepek. "Ini rambut apa sabut kelapa? Kusut amat!." Ejekku.Adam menepis tanganku dari kepalanya. Melarang diriku untuk menyisir rambutnya lagi."Ih apaan sih? Orang dibantu juga malah sok banget.""Ini loh lepasin bentar aja. Ak
"Mulai hari ini kau ditugaskan ke Puskesmas saja. Untuk mengajar anak-anak akan digantikan oleh Sersan Andin."Aku menutup buku. Sudah kuduga, pasti jadwalku akan terganti. "Oke."Dokter Alice menyerahkan selembar kertas, disitu tertulis tentang data-data milikku. "Coba periksa lagi apa ada kesalahan."Aku mengambil kertas itu. Membacanya hingga akhir, "Ini sudah benar. Tapi buat apa?."Dokter Alice mengambil kembali kertas itu, menaruhnya di dalam map berwarna biru. "Bukan apa-apa. Sekarang berangkatlah kesana, aku nanti menyusul."Hari ini suhu diatas 27° Celcius. Panas sekali. Bahkan pernah sehari bisa berganti 2 musim sekaligus. Pukul 7 pagi sampai 12 siang panasnya tak terkira. Dan jam 1 sampai malam hujannya seperti mau ada tsunami saja.Para petani membungkuk menanam padi yang masih berwarna hijau segar. Gembala hewan ternak membawa sapi-sapi mereka dan kambing-kambing yang besar nan gemuk.Laz
DUK! Kepalaku terbentur sesuatu.Aku mengaduh pelan. Jidatku terasa sakit. Pasti terkena penyangga tenda. Tanganku meraba-raba, berusaha duduk. Astaga! Karena terkejut bermimpi menabrak tong sampah sampai-sampai jidatku kejedot tiang tenda. Rasanya sakit, dan sedikit memar.Diluar sana hujan lebat disertai petir yang menggelegar. Aku menyibak jendela kecil, gelap, hanya lampu dapur yang tetap menyala.Sekali lagi aku meraba lantai, mencari arlojiku yang pasti terlempar saat aku menjatuhkan botol tadi.Benda panjang itu menunjukkan angka 01.23 artinya hampir setengah dua dini hari. Terbangun di tengah malam seperti ini bukanlah hal yang nyaman. Dijamin setelah ini mataku akan mustahil terlelap lagi.Luna meringkuk di lantai bawah, dengan mengenakan selimut bercorak 'Keroppi' warna hijau mentah. Udaranya dingin, tak heran Luna tidur dilapisi jaket juga.Aku ikut mengeluarkan selimut ku sendiri dari dalam kop
Sejak aku tahu apa itu senapan angin, rasa penasaranku memuncak. Apalagi kegiatan yang terjadi di depan mataku menambah rasa keingintahuanku.Para tentara sedang latihan mingguan. Kali ini mereka menggunakan senapan angin untuk latihan, dengan membuat papan berbentuk bundar, dan diisi warna merah ditengahnya, sebagai bidikan.Peserta bumi perkemahan dibubarkan sehari yang lalu. Setelah tiga hari mereka bersama kami untuk pelatihan Pramuka dasar. Dan ini saatnya aku melihat bagaimana gagahnya mereka menarik pelatuk di benda panjang nan berat itu.Benda ini lebih friendly daripada pistol, a.k.a low budget. Hanya untuk latihan biasa. Kalau untuk agenda tertentu sih bisa pakai sniper atau shotgun yang tentunya lebih bagus.Aku duduk dibawah pohon kelapa sambil membawa handphone dan minum sebotol air putih. Diam menonton mereka denga sesekali memotret pemandangan langka ini. Akan kujadikam polaroid rencananya saat pulang ke Jakarta, sed
4 tahun sebelum koas pt V Pernahkah aku bercerita tentang teman seangkatan ku yang bernama Cleopatra? Belum, karena aku sengaja ingin menceritakannya hingga tiba di bagian ini. Dia anak pendiam yang pintar, tidak punya kawan selain buku-bukunya yang tebal, dan kemana-mana selalu memakai kacamata bundar karena min yang dideritanya. Dia pandai sekali dalam pelajaran matematika, mungkin hanya dia yang mengelu-elukan pelajaran itu. Namanya Cleopatra, biasa dipanggil "Cleo" atau saat anak lain mengejeknya memanggil "Fir'aun". Itu adalah panggilan yang sangat kejam, hanya orang tidak beradab yang memanggilnya begitu. Aku menyukai namanya, selain unik juga punya makna tersendiri. Nama Cleopatra tentu saja kalian tahu itu siapa. Cleopatra adalah Ratu dari zaman Mesir kuno. Yang selalu diidentikkan dengan rambut pendek, memakai eyeliner panjang, dan bermahkota ular kobra. Dikabarkan Ratu itu memiliki kecantikan yang luar biasa,
Anak-anak ramai berkerumun di depan hutan kampung. Akhirnya aku memutuskan untuk ikut kesini melawan rasa takutku. Ketua panitia sudah ancang-ancang hendak memulai acara. Satu-persatu anak mulai masuk kedalam hutan dengan masing-masing membawa satu keranjang untuk wadah buah.Didalam hutan sana ada banyak pengawas untuk mengawasi dan menjaga anak-anak agar tetap hati-hati. Walaupun ini hutan aman, tetap saja waspada harus nomor satu.Banyak warga dan orang tua dari anak yang menonton. Duduk-duduk di batang pohon kelapa yang sudah roboh sambil menggendong anak balita, ada juga yang sambil menyuapi anaknya. Mereka sangat antusias melihat bagaimana aksi anak mereka didalam hutan sana."Siapapun yang membawa buah paling banyak, dia pemenangnya!"Buah didalam hutan sangat lebat. Mangga, salak, alpukat, sawo, dan banyak lagi. Ketua panitia sebut saja Letnan Unus. Laki-laki berumur sekitar 40 tahunan. Tak salah pilih untuk dijadikan ketua