Share

bab 5

Author: amathiaston
last update Last Updated: 2021-06-12 21:25:02

"Sersan Andin, tolong nanti urus proposal kemasyarakatan ya. Sudah kutitipkan di meja resepsionis. Ambil saja kalau nanti mau berangkat" 

Sersan membentuk tangannya antara jempol dan telunjuk, berarti oke. 

"Hei kau- "

Aku merespon dengan menaikkan kedua alis. Dan secara tiba-tiba kapten melemparkan sesuatu ke arahku. Mau tidak mau aku menangkapnya secara reflek.

"Itu tolong kau simpan. Jam tangan mahal milikku. Besok akan aku ambil, sebelum berangkat. Dan ya .... jangan di buka" 

Dengan sangat terpaksa aku menampilkan senyum semanis mungkin, untuk menjaga citraku di depan Sersan Andin. Dan sebenarnya aku sudah menyumpahi kapten itu di dalam hati, dengan semua nama hewan yang ada. 

Kurelakan box kecil itu untuk kumasukkan ke tas. Walaupun tudak ikhlas.

"Kalian saudaraan? Atau .. kerabat. Karena Kapten Andika orang nya pendiam, tidak mudah friendly ke siapa saja, yaa.. terkecuali orang terdekatnya?" Pertanyaan Sersan Andin membuatku tertawa renyah. Bisa-bisanya dia menyimpulkan kami bersaudara.

"Hehe bukan. Kami hanya baru kenal beberapa hari lalu. Dan dekat sedikit" Aku merutuk ucapanku tadi. Aku pikir Sersan Andin akan ambigu dengan kata 'dekat'. Menggigit bibir sambil menunggu kalimat apa yang akan di ucapkan Sersan Andin selanjutnya. Tapi tidak seperti ekspektasi.

"Mari, istirahat. Kamar saya di depan sana. Saya duluan ya .." 

Tersenyum lebar lalu menjawab. "Silahkan, selamat istirahat" Lalu aku menghembuskan nafas lega. Kupikir Sersan Andin akan menanyakan pertanyaan yang aneh-aneh.

Setelah memastikan Sersan Andin sudah masuk ke kamarnya, aku melanjutkan perjalanan ke kamar nomor 204, yaitu kamarku sendiri. Sangat banyak pintu di koridor hotel, sambil berjalan juga sambil berfikir tentang hal-hal yang random. 

"202, 203, yap .. 204" 

Aku sudah menemukan kamarku. Dengan menyeret koper yang sangat berat, membayangkan bagaimana nikmatnya rebahan di kasur yang super empuk dan AC yang super cool. Krena kepalaku juga cukup pusing terkena panas. 

Setelah masuk dan menyimpan koper, aku langsung merebahkan badan di kasur. 

"Haaahh, capek sekali Ya Tuhan. Sejuk sekali disini. Huahh huahh" Sangat memalukan jika ada yang melihat, karena sangat bahagianya, aku sampai berguling ke kanan dan ke kiri. 

Tiba-tiba saja aku langsung teringat dengan dokter Alice. Yang katanya satu kamar bersama 2 orang. Benar, aku sangat beruntung untuk tinggal sendiri malam ini. 

Dan yang paling menggangguku adalah Aldo. Aku hanya heran kenapa dia berubah. Sikapnya seperti orang asing.

Kuambil ponsel dari dalam tas, lalu mencari kontak Aldo. Berniat untuk meneleponnya, berharap juga akan mendapat respon yang baik.

Panggilan pertama tidak di angkat, lalu panggilan kedua sampai selanjutnya di tolak.

Oke, aku mencoba untuk positif thinking, mungkin sibuk. Pasien sedang melunjak.

Tidak ingin bertambah pusing dan sedih, aku berjalan kearah dapur. Kupikir dengan segelas cokelat panas akan lebih merileks kan pikiran. 

...

{Aldo} : Kenapa lo belum tidur?

{Nabil} : Bukan apa-apa

Read.

Dia melakukannya. Selama aku dan dia berteman, tidak ada hal yang lebih mengesalkan dari tidak mengucapkan selamat malam. Aldo selalu rutin memberikan 'good night' setap saat. Kupikir Aldo tidak akan merespon panggilan dariku pagi tadi. Betapa senangnya diriku saat ada notice Aldo menanyakan 'ada apa?'. Tapi tidak berlangsung lama, hanya sekedar bertanya lalu pesan ku hanya di baca. 

Yaa, setidaknya aku tahu Aldo-ku itu masih sangat peduli kan kepada adiknya. Dan satu hal lagi, tidak pernah aku merasa sesenang ini saat Aldo membalas pesanku. Haha, kalau dilihat-lihat aku seperti remaja labil yang baru kasmaran. But, aku hanya punya perasaan sayang yang tulus kepada Aldo. Hanya sebagai adik ke kakak, tidak lebih dari itu atau yang lainnya.

"Up ada apa lagi ini?"1 pesan lagi dari Aldo membuatku penasaran setengah mati.

{Aldo} : Nabilah, besok jangan hubungi gue lagi ya. Gak enak sama rekan lainya, gue sibuk.

Mood ku langsung down. Baru saja diterbangkan ke langit yang sangat tinggi lalu di jatuhkan begitu saja. 

Pesan itu tidak kubalas, hanya ku baca dengan nafas tercekat. Ingin menangis tapi tidak mau. Wajahku semerah tomat. Menahan tangis itu sumpah sangat sakit.

...

"Hai dokter Nabilah. Pagi!" 

"Hai sersan Andin. Pagi juga!" 

Sersan Andin membawa 2 orang. Satu laki-laki setengah baya dan satunya perempuan muda seusiaku. Mungkin temannya, tapi tidak mengenakan seragam militer.

"Perkenalkan ini pak Hendro, ketua camat Mengkulai. Dan ini putrinya, Karina" 

Aku menjabat tangan keduanya, ternyata di depanku ini adalah ketua camat dari Kecamatan salah satu desa yang akan kudatangi.

"Perkenalkan saya Nabilah. Dokter koas dari Jakarta" 

"Wah cantik sekali ya dokter ini"

Aku tersenyum malu-malu dan sekilas melirik ke Karina. Berbeda dengan hawa ayahnya, terlihat dari wajah dan raut mukanya seperti bukan gadis yang ramah, sinis sekali wajahnya. 

"Mari pak saya antar ke ketua" 

Setelah mereka berdua melewatiku, aku menggelengkan kepala. Ada-ada saja kelakuan manusia.

"Nabilah. Mana jam tanganku. Mau kupakai" Kapten Andika dengan seenak jidat berbicara seolah aku budaknya.

"Apa kau tidak bisa menyimpannya sendiri? Merepotkan orang saja" Dengan menggerutu kesal, aku mengeluarkan kotak kecil berisi jam tangan milik kapten lalu menyerahkan kepadanya. Masih terbungkus plastik dan mengkilap, telihat sekali kalau baru.

Aku tersenyum miring lalu berkata. "Apa itu dari pacarmu? kau terlihat sangat menyayangkan jam itu haha" 

Setelah memakai jam tangannya, kapten bersedekap dada dan memandangku remeh.

"Aku bukan budak cinta sepertimu" Aku melototinya dan menginjak kakinya dan berniat pergi. Tapi tangan kapten menarik rambut panjang milikku yang terikat kuda.

"Ah, kau punya masalah apa sih denganku?"

Dia terdiam sejenak bersamaan dengan angin yang berhembus pelan.

"Nothing, I just wanna play with you" Dengan lirih kapten berkata seperti itu sedikit membuat jantungku berdetak kencang. Dan keadaan juga berubah awkward.

Kalimat itu membuat pipiku semerah tomat, entah kenapa. Tapi hawa nya sedikit berbeda. Tampak kapten setelah mengatakan hal itu juga berubah jadi agak canggung. Deheman kapten membuyarkan haluanku, seketika juga langsung sadar.

"Ehem, emm ini jam untuk berangkat. Segeralah bersiap atau kau akan terlambat" 

Dia pergi dari hadapanku, dengan susah payah aku menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Sesak sekali seolah oksigen menghilang. Hingga saat ini juga jantungku belum kembali normal. 

"Apa kau baik-baik saja?" Suara seringan kapas itu mengejutkan ku dari belakang. Sersan Andin menatap bingung karena aku hanya bengong sejak kapten beranjak dari tempat.

"Eh ya, aku okay. Sudah selesai?" 

Sersan Andin mengangguk. "Ya ayo kita naik" 

Bis yang aku dan para tim tumpangi sudah siap. Hanya tinggal menunggu siapa saja yang belum naik. Kali ini aku duduk dengan sersan Andin. Karena dokter Alice bersama perawat Evan duduk bersama.

Koper yang kubawa kali ini jauh lebih berat daripada kemarin, ditambah dengan berkas-berkas yang bertumpuk banyak sekali. Bobot koper menjadi naik beberapa kilogram. 

"Kalau boleh tau, kamu disana ngapain?" 

Sersan Andin mengerutkan dahi, mendengar pertanyaan dariku yang sangat konyol.

"Emm aku dengan beberapa rekan lainnya bertugas untuk membantu warga mencari makanan, membantu di sawah, mencari air bersih, yaa seperti pekerjaan yang lumayan berat" 

Kedua alisku naik, bersyukur aku hanya di suruh untuk mengajar anak-anak. Tidak berat, malah aku sangat suka dengan pekerjaan ini.

"Kalau dokter?" 

"Aku biasa saja, mengajar anak-anak. Hanya ingin mengajari mereka" Sersan Andin menganggukkan kepala 3 kali.

"Berapa lama lagi? Jauh?" 

"Jarak nya 13 km dari pusat kota. Perkiraan kita sampai satu jam lagi" 

Lumayan lama untuk duduk di kursi bis yang keras, aku yakin saat bangun nanti punggung ku akan sakit. 

Setelah itu, tidak ada lagi percakapan antara kami berdua. Suara yang terdengar dari para tim lainnya yang saling mengobrol. Sersan Andin memainkan ponsel canggihnya, sementara aku tidak tahu harus melakukan apa. Cukup bosan untuk satu jam kedepan.

"Dokter Nabilah, apa kau tidak merasa kalau kapten sedang mendekati mu?" 

Hampir saja aku tersedak ludahku sendiri setelah mendengar suara sersan Andin.

"Hah? Bagaimana?"

"Kapten dikenal sebagai orang yang pendiam, dingin, dan cenderung tidak peduli kepada yang bukan orang terdekatnya-

-Tapi .... kepada dirimu yang beberapa hari ini baru dikenalnya. Kapten sudah se humbld itu kepada dirimu. Tidakkah kau merasa begitu? Kalau para fans kapten tahu, sudah habis kau dibuatnya"

Seketika badanku langsung merinding, mendengar kata 'fans', terdengar sangat fanatik. Mataku memandang kearah sersan dengan teliti. 

"Bukan .... Aku bukan dari salah satu fans kapten. Aku sudah bertunangan" Ucapnya sembari menunjuk kan cincin di jari manis miliknya.

"Ah iya!"

"Tapi kupikir kapten menyukai mu, terlihat jelas di mata dan sikapnya kepada mu"

Related chapters

  • Pick You!   bab 6

    Sekitar jam 9 kami sampai di desa Kaliwuhan. Ternyata benar berdasarkan isu yang ada. Desa disini sangat berbeda dengan desa lainnya, masih sangat primitif. Bangunan rumah yang rata-rata dari bambu, hanya gedung sekolah, balai desa, dan bangunan penting lainnya yang terbuat dari batu bata dan semen. Tapi suasana desa masih sangat kental, sawah dan kebun masih sangat rapat, jalanan asli dari tanah bukan aspal, sungai-sungai yang masih sangat deras dan jernih, anak-anak bermain bersama kawanannya bukan memegang ponsel. Bahkan televisi disini pun hanya orang kaya saja yang punya, benar-benar masih menjaga khas tradisional nya. Serasa aku kembali ke zaman waktu kecil dulu.Bis yang kutumpangi di parkir di lapangan, begitupun dengan bis 2 dan bis 3. Lapangan disini sangat luas sekali, kalau di perkirakan 2 kali lapangan yang ada di Jakarta. Maklum, ini lahan kosong yang biasa digunakan anak-anak bermain sepak bola.“So wow! Tak pernah kubayangkan aku akan kesini. Hei

    Last Updated : 2021-06-15
  • Pick You!   bab 7

    Suara tubuh menghantam air dengan kencang.Menyusul yang kedua.BUM! Lima anak lain serempak loncat.Tubuh-tubuh kecil itu meluncur kedalam sungai, gelembung udara bergerak keatas. Di bawah sana, air sungai yang jernih, anak-anak itu saling menjulurkan lidah, saling mengacungkan jari. Berdebat gaya siapa yang paling bagus."Kau lihat gayaku tadi? Itu baru loncat gaya duyung!" Anak celana merah berseru."Duyung apanya? Gaya ku tadi baru lebih bagus. Gaya atlet!" Anak celana biru menimpali. Hingga anak lain pun berusaha membela diri sendiri bahwa gaya nya paling bagus. Aku tertawa pelan, menganggap bahwa ini hiburan yang lucu. Kepalaku kuarahkan kebawah, melihat jam melingkar di pergelangan tangan. Ternyata sudah jam 8 pagi, padahal aku kesini masih petang setelah subuh tadi.Sebelum kesini, aku mengatakan kepada anak-anak itu bahwa aku akan mengajari mereka berbagai pelajaran. Senang? Tentu saja, mereka sangat ri

    Last Updated : 2021-06-18
  • Pick You!   bab 8

    Belajar selama 60 menit, tidak membuat orang lelah, bahkan anak-anak sekalipun. Itu jika guru mereka se-frekuensi. Begitulah kata Nanda si baju kuning. Teman-temannya yang lain sudah pulang sedari 10 menit yang lalu, namun Nanda, dia masih duduk tenang di pondok sambil membaca kembali apa yang aku tuliskan di depan. "Apa kamu tidak mau pulang?" Tanyaku dengan tangan yang sibuk di keyboard laptop. Sesekali menoleh kearah anak itu. "Kakak juga belum kembali" Aku mengangguk meng-iyakan. "Tapi apa kamu tidak dicari oleh orang tuamu?" Sejenak, Nanda terdiam sambil menatap kosong ke lantai. Aku melihat kehampaan pada raut wajahnya, seperti ada sesuatu yang mengganggu di hatinya. "Tidak" Aku memutuskan untuk tidak bertanya apapun lagi. Yang sekarang aku harus fokus membuat daftar siapa saja anak-anak tadi. Beserta tanggal lahir, tahun, dan identitas lainnya. Kebanyakan dari mereka adalah anak yang tidak bersekolah. Sanga

    Last Updated : 2021-06-19
  • Pick You!   bab 9

    Senja sepertinya malu-malu untuk keluar, menampakkan warna jingga yang memanjakan mata. Karena mendung lebih mendominasi di langit petang ini. Itu menandakan, tak lama lagi hujan turun. Sebenarnya sudah di penghujung musim hujan, tapi yang namanya 'turun' siapa tahu. Aku sendiri sedang membantu para tim untuk memasak. Sudah dipasang kanopi sederhana, tentu saja bagian militer yang menyediakan. Untuk tenda penginapan, kami tidak perlu resah. Tenda itu anti air, terbuat dari plastik tebal dan berat. Untuk meminimalisir adanya kebocoran saat hujan. Untuk sholat nya pun harus di tenda masing-masing, takut kehujanan di jalan kalau memaksakan berangkat ke surau. Dan disaat ini, aku berhalangan. Oleh karena itu aku sibuk membuat makan malam. Tidak ikut sholat maghrib. "Sekarang jam berapa dok?" Perawat Evan atau biasa aku memanggil 'kak Evan' bertanya. "Jam 6 lebih 5. Kayaknya Yang sholat belum keluar deh kak. Masih sepi" Dibagian dap

    Last Updated : 2021-06-19
  • Pick You!   bab 10

    ( Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang sistematis dan berlaku secara umum (universal) yang membahas tentang sekumpulan data mengenai gejala alam yang dihasilkan berdasarkan hasil observasi, eksperimen, penyimpulan, dan penyusunan teori.Istilah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dikenal juga dengan istilah ilmu sains. Kata sains berasal dari bahasa Latin yaituscientia, yang secara harfiah berarti pengetahuan,namun dalam perkembangan pengertiannya menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains.Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. Sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, melainkan juga merupakan suatu proses penemuan.Dengan demikian, pada hakikatnya IPA adalah ilmu untuk mencari tahu, memahami alam semesta secara sistematik dan mengembangkan pemahaman ilmu pengetahuan tentang gejala

    Last Updated : 2021-06-20
  • Pick You!   bab 11

    Aku mencoba untuk memejamkan mata tapi tetap saja tidak bisa. Keadaan di luar sudah sangat sunyi, tentu saja ini sudah dini hari kan? Ada sesuatu yang mengganggu pikiranku untuk saat ini. Sesuatu yang tidak aku ketahui jenisnya dan apa yang aku pikirkan? Entahlah.Sudah puluhan kali aku mencoba posisi miring ke kanan atau ke kiri, tetap saja kedua mata ku dengan kurang ajar nya tidak mau menutup. Saat merasa lelah, aku mendudukkan diri dan mengambil nafas perlahan dalam keadaan yang dingin. "Aish mata ini menyebalkan"Aku melihat Luna yang tidur dengan tenang, meskipun liurnya merambat sampai ke telinga. Sejenak aku terdiam dan dengan kesal aku menyingkap selimut dengan kasar. Lalu berdiri dan mengambil jaket di dalam ransel, langsung memakainya.Keluar. Ya, aku keluar tenda untuk menenangkan diri.Gelap.Kata itu yang pertama kali muncul saat aku keluar dari tenda.Dingin.Dan kata itu yang k

    Last Updated : 2021-07-04
  • Pick You!   bab 12

    "Dokter Nabilah kenapa kau lama sekali?" Aku tidak terkejut. Pasti pertanyaan itu yang muncul."Ya maaf dokter Alice, motornya sudah dibawa semua. Kalau mau cepat ya salah satu diantara kalian tadi jemput aku" Sindirku terang-terangan. Perhatian semua orang mengarah kepadaku. Cukup membuatku menyesal berkata seperti tadi."Owh oke lupakan. Jadi ada apa dokter?" Aku mendekat ke dokter Alice dan bertanya dengan nada bisikan.Alice memberikanku satu kursi kosng untuk diduduki, dan dia pun ikut duduk didepanku. Lalu menatapku dengan serius, kali ini aku juga dalam mode serius. Mataku lurus menatap ke Alice yang sepertinya ragu-ragu untuk membuka suara."Apa?""Seperti jadwal, kita disini selama 2 bulan kan"Aku mengangguk, entah kenapa ada perasaan tidak enak yang datang."Tapi dokter Ali mengabari kalau masa bertambah 1 bulan. Yang artinya selama 3 bulan kita disini. Oh... bukan. Yang kumaksud, masa mu

    Last Updated : 2021-07-09
  • Pick You!   bab 13

    ( 4 tahun sebelum koas ) Pt l "Nabilah. Perkenalkan ini adalah Aldo abraham. Dia mantan mahasiswa disini. Sekarang sedang masa koas di Bogor" "Dan Aldo, ini Nabilah. Mahasiswi jenius yang menduduki peringkat setelahmu" Dekan Roy memperkenalkan mahasiswa yang sering diceritakan kepadaku. Dia pintar, dan terlihat... tampan. Sebenarnya aku tidak terlalu tertarik dengan apa yang ditunjukkan Roy padaku. Hanya, untuk menghormati dirinya yang sangat baik hati, membantuk dalam mengerjakan tugas atau jika aku sekedar bertanya sesuatu. Aldo terlihat sebagai pria yang ramah. Dia suka tersenyum. Tangannya yang diulurkan aku jawab. "Nabilah" Kacamata tebal yang menghiasi wajahnya. Dan tubuh jangkung, aku hanya setinggi mulutnya saja. Entah apa tujuan Roy mempertemukan kami. Yang aku tahu, kami berdua merupakan murid kesayangannya. Walaupun Aldo sudah lulus dari kuliah, namun Roy menganggapnya seperti anak kandung se

    Last Updated : 2021-07-15

Latest chapter

  • Pick You!   bab 41

    Rumah terakhir, dan hari terakhir menjalankan aksi penunjangan. Jumlah rumah adalah 100 rumah di satu Kelurahan Kaliwuhan. Tak banyak tapi kami harus menghabiskan waktu selama 4 hari lamanya.Ada saja gangguan yang menghambat, jika tidak ada badai hujan kemarin lusa mungkin akan selesai dalam waktu dua hari saja.Butiran air hujan masih menggelayut manja di dedaunan. Jam 2 siang ini akan berakhir di rumah Wak Dolah. Mantan kepala RT periode kemarin.Masalahnya kali ini lebih kompleks, karena kami harus turun tangan langsung untuk mengatasinya."Masalahnya kau sudah beberapa tahun tak bayar hutang! Lihat kebunmu itu, kau sudah panen kan? Oi, bunga nya akan berkali-kali lipat naiknya!."Disini dia disebut Juragan Jerigen. Karena dia punya pabrik minyak kelapa sawit yang diisi di banyak tabung jerigen. Kebun kelapa yang berhektar-hektar, dan kekayaan yang tentu saja melimpah ruah.Tapi sifatnya yang sombong dan suk

  • Pick You!   bab 40

    Rasi-rasi bintang membentuk bentuk yang sangat indah. Walau aku tidak percaya akan maknanya, yang aku tahu bintang diatas sana sedang sangat cantik-cantiknya.Berkilap indah dan berwarna warni. Terkadang ungu, merah, lalu biru. Melihat dari atas bukit adalah kegiatan yang menyenangkan. Ditemani sebotol teh hangat, dan musik pengiring tidur.Aku menggelar matras, lalu berbaring diatasnya. Rumput-rumpur bergoyang karena angin. Suara jangkrik dan hewan sawah saling bersahutan. Bulan sedang berada di puncaknya, bersinar terang bundar sempurna.Sambil memejamkan mata sambil mengingat wajah ayah dan ibu. Mengingat wajah Noah dan Reno. Mengingat wajah Aldo dan Pak Roy.Ah aku sangat merindukan mereka. Jika aku bermimpi bertemu mereka malam ini, aku pasti akan berdoa dalam mimpiku :"Ya Tuhan. Jangan lah Engkau hentikan apa yang Kau berikan padaku malam ini."Bukit ini tak jauh dari pemukiman, dan tidak menyeramkan seperti di dalam hutan

  • Pick You!   bab 39

    Kapten dan aku berpapasan di depan ruang Komite Puskesmas. Dia bersama Letkol Gerald dan Sersan Jessica. Kedua orang itu setelah menyapaku langsung pergi ke kamar Adam. Menyisakan aku dan Kapten yang sedang canggung-canggung nya.Aku menyambutnya dengan dingin. Dia terlihat tenang dan tidak berekspresi.Kukira tidak akan percakapan diantara kami, tapi saat hendak beranjak, Kapten memanggil namaku dengan tegas."Dokter Nabilah!."Aku menoleh sekilas. "Apa?.""Kau marah padaku ya?.""Atas dasar apa opinimu itu?." Sarkastik aku keluarkan.Berbalik badan, dengan tampang rileks aku melanjutkan kalimat. "Dengar Kapten terhormat! Sekarang waktuku dituntut oleh pekerjaan. Aku jarang bersantai karena tugasku juga melimpah ruah. Dan asal kau tau saja, saat kau pulang ke Jakarta aku akan tetap disini selama sebulan lagi. Jadi jangan beranggapan kalau aku sedang marah atau merajuk. Itu konyol sekali!."

  • Pick You!   bab 38

    "Sudah kubilang bodoh! Jangan banyak bergerak dulu. Lukamu akan lama sembuhnya nanti!." Adam menghela nafas lelah. Dia seperti anak kecil saja kalian tau. Susah sekali dibilangin.'Aku hanya ingin ke toilet''Aku ingin keluar sebentar''Ini loh punggungku gatal!'Halah alesan!Pagi ini gerimis melanda. Aku datang ke Puskesmas pagi-pagi sekali saat semua orang mulai memasak. Karena ada Adam yang notabene sedang sakit hampir sekarat, hihi. Dan pekerjaanku mulai menumpuk dari lusa kemarin."Nabilah! Apa ini tak bisa dilepas sebentaaaar... aja? Gatal sekali gila!."Aku mengabaikan Adam. Tanganku sibuk meyisir rambut nya. Karena lama tak keramas jadilah lepek. "Ini rambut apa sabut kelapa? Kusut amat!." Ejekku.Adam menepis tanganku dari kepalanya. Melarang diriku untuk menyisir rambutnya lagi."Ih apaan sih? Orang dibantu juga malah sok banget.""Ini loh lepasin bentar aja. Ak

  • Pick You!   bab 37

    "Mulai hari ini kau ditugaskan ke Puskesmas saja. Untuk mengajar anak-anak akan digantikan oleh Sersan Andin."Aku menutup buku. Sudah kuduga, pasti jadwalku akan terganti. "Oke."Dokter Alice menyerahkan selembar kertas, disitu tertulis tentang data-data milikku. "Coba periksa lagi apa ada kesalahan."Aku mengambil kertas itu. Membacanya hingga akhir, "Ini sudah benar. Tapi buat apa?."Dokter Alice mengambil kembali kertas itu, menaruhnya di dalam map berwarna biru. "Bukan apa-apa. Sekarang berangkatlah kesana, aku nanti menyusul."Hari ini suhu diatas 27° Celcius. Panas sekali. Bahkan pernah sehari bisa berganti 2 musim sekaligus. Pukul 7 pagi sampai 12 siang panasnya tak terkira. Dan jam 1 sampai malam hujannya seperti mau ada tsunami saja.Para petani membungkuk menanam padi yang masih berwarna hijau segar. Gembala hewan ternak membawa sapi-sapi mereka dan kambing-kambing yang besar nan gemuk.Laz

  • Pick You!   bab 36

    DUK! Kepalaku terbentur sesuatu.Aku mengaduh pelan. Jidatku terasa sakit. Pasti terkena penyangga tenda. Tanganku meraba-raba, berusaha duduk. Astaga! Karena terkejut bermimpi menabrak tong sampah sampai-sampai jidatku kejedot tiang tenda. Rasanya sakit, dan sedikit memar.Diluar sana hujan lebat disertai petir yang menggelegar. Aku menyibak jendela kecil, gelap, hanya lampu dapur yang tetap menyala.Sekali lagi aku meraba lantai, mencari arlojiku yang pasti terlempar saat aku menjatuhkan botol tadi.Benda panjang itu menunjukkan angka 01.23 artinya hampir setengah dua dini hari. Terbangun di tengah malam seperti ini bukanlah hal yang nyaman. Dijamin setelah ini mataku akan mustahil terlelap lagi.Luna meringkuk di lantai bawah, dengan mengenakan selimut bercorak 'Keroppi' warna hijau mentah. Udaranya dingin, tak heran Luna tidur dilapisi jaket juga.Aku ikut mengeluarkan selimut ku sendiri dari dalam kop

  • Pick You!   bab 35

    Sejak aku tahu apa itu senapan angin, rasa penasaranku memuncak. Apalagi kegiatan yang terjadi di depan mataku menambah rasa keingintahuanku.Para tentara sedang latihan mingguan. Kali ini mereka menggunakan senapan angin untuk latihan, dengan membuat papan berbentuk bundar, dan diisi warna merah ditengahnya, sebagai bidikan.Peserta bumi perkemahan dibubarkan sehari yang lalu. Setelah tiga hari mereka bersama kami untuk pelatihan Pramuka dasar. Dan ini saatnya aku melihat bagaimana gagahnya mereka menarik pelatuk di benda panjang nan berat itu.Benda ini lebih friendly daripada pistol, a.k.a low budget. Hanya untuk latihan biasa. Kalau untuk agenda tertentu sih bisa pakai sniper atau shotgun yang tentunya lebih bagus.Aku duduk dibawah pohon kelapa sambil membawa handphone dan minum sebotol air putih. Diam menonton mereka denga sesekali memotret pemandangan langka ini. Akan kujadikam polaroid rencananya saat pulang ke Jakarta, sed

  • Pick You!   bab 34

    4 tahun sebelum koas pt V Pernahkah aku bercerita tentang teman seangkatan ku yang bernama Cleopatra? Belum, karena aku sengaja ingin menceritakannya hingga tiba di bagian ini. Dia anak pendiam yang pintar, tidak punya kawan selain buku-bukunya yang tebal, dan kemana-mana selalu memakai kacamata bundar karena min yang dideritanya. Dia pandai sekali dalam pelajaran matematika, mungkin hanya dia yang mengelu-elukan pelajaran itu. Namanya Cleopatra, biasa dipanggil "Cleo" atau saat anak lain mengejeknya memanggil "Fir'aun". Itu adalah panggilan yang sangat kejam, hanya orang tidak beradab yang memanggilnya begitu. Aku menyukai namanya, selain unik juga punya makna tersendiri. Nama Cleopatra tentu saja kalian tahu itu siapa. Cleopatra adalah Ratu dari zaman Mesir kuno. Yang selalu diidentikkan dengan rambut pendek, memakai eyeliner panjang, dan bermahkota ular kobra. Dikabarkan Ratu itu memiliki kecantikan yang luar biasa,

  • Pick You!   bab 33

    Anak-anak ramai berkerumun di depan hutan kampung. Akhirnya aku memutuskan untuk ikut kesini melawan rasa takutku. Ketua panitia sudah ancang-ancang hendak memulai acara. Satu-persatu anak mulai masuk kedalam hutan dengan masing-masing membawa satu keranjang untuk wadah buah.Didalam hutan sana ada banyak pengawas untuk mengawasi dan menjaga anak-anak agar tetap hati-hati. Walaupun ini hutan aman, tetap saja waspada harus nomor satu.Banyak warga dan orang tua dari anak yang menonton. Duduk-duduk di batang pohon kelapa yang sudah roboh sambil menggendong anak balita, ada juga yang sambil menyuapi anaknya. Mereka sangat antusias melihat bagaimana aksi anak mereka didalam hutan sana."Siapapun yang membawa buah paling banyak, dia pemenangnya!"Buah didalam hutan sangat lebat. Mangga, salak, alpukat, sawo, dan banyak lagi. Ketua panitia sebut saja Letnan Unus. Laki-laki berumur sekitar 40 tahunan. Tak salah pilih untuk dijadikan ketua

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status