ALDO'S POV
Ada pertanyaan besar didalam benakku saat ini. Tentang : love.
Sejak 4 tahun yang lalu, aku dikenalkan dengan seorang perempuan berambut panjang bernama Nabilah. Sebenarnya saat itu aku ingin menolaknya, tapi dekan kampusku yang dulu, pak Roy namanya. Dia memaksaku, meng iming-iming dengan kata 'dia pintar' tapi aku tahu apa yang direncanakan olehnya.
Dia ingin mendekatkan aku dengan Nabilah. Ayahku, adalah teman baik pak Roy saat masih SMA dulu. Ayahku sedikit menjengkelkan, dia meminta pak Roy memilihkan perempuan yang pintar dan baik untukku. What the hell is it? Right. Pak Roy akhirnya mempertemukan ku dengan Nabilah.
Kesanku saat pertama kali bertemu dia terlihat sedikit.... galak, sombong. Tapi sebenarnya dia baik, setelah beberapa hari kami bersama, Nabilah mulai menunjukkan sifat aslinya. Manja, dan protektif terhadapku.
Dia terlihat manis disaat marah, disaat merajuk, dan disaat serius. Semua hal yang ada didirinya
"Jadi.. Lo kesini karena dokter Alice yang suruh?" "Iya" "Kalo dokter Alice gak suruh lo gak bakal kesini gitu?" "Gak tau" Nafasku terasa berat. Fakta yang mengejutkan. Seorang sahabat yang sakit karena tertembak 3 peluru sekaligus, hampir mati dan dia dengan santainya hanya bilang 'dokter Alice yang suruh. Nyenyenye'. Sebenarnya masalahnya apa sih? Aku menyebutnya tidak dewasa sama sekali. There are many people who love him... but he doesn't appreciate it. "Keadaan ibu gue gimana?" "Tante kenapa?" Dia bahkan tidak tahu tentang itu. Sudah kuduga pesanku malam itu tidak dibaca olehnya. "Gejalanya kambuh. Gue udah telpon lo malam itu. Tapi yang angkat cewe, waktu gue kirim pesan di read doang. Alhasil ibu ditangani dokter lain" Sebenarnya ada makna dalam dari kalimatku itu. Sedikit ungkapan bahwa 'Aldo mulai hilang kepeduliannya terhadapku' dan aku beranggapan bahwa itu memang benar adanya. "I'm
Hai teman-teman yang terhormat! Panggil aja amathiaston. Author dari Pick You! Sekedar informasi, bahwa mathias bukanlah mahasiswi murni dari Fakultas Kedokteran. Jadi maklum jika banyak sekali kekurangan/terlalu berlebihan dalam membawakan cerita ini. Semua hal yang mengenai dunia medis, dan dunia kemiliteran hanya mathias dapatkan dari buku, internet, dan sekedar bertanya kepada teman-teman mathias. Kurangnya sumber pengetahuan mathias mungkin membuat ceritanya agak 'freak' (aneh) saat dibaca. Oleh karena itu mathias mohon maaf yang sebesar-besarnya, atas ketidakcocokan mengenai cerita ini dengan keaslian informasinya. Jika ada anak FK yang baca cerita mathias, tolong berikan krisar yang baik di kolom komen. Benarkan, dan mathias akan menanggapi dengan baik. Terima kasih banyak yang sudah baca! Yang udah dukung! Semoga kalian semakin sehat dan bahagia! Bye :)
"Pendonor bernama Reno Adriano usia 15 tahun. Status saudara kandung dari nona Nabilah Adriani. Dengan kecocokan HLA human leukocyte antigen sebesar 95%. Tipe darah yang sama AB+. Transplantasi sumsum tulang belakang akan dilakukan besok lusa pukul 9 pagi"Perawat berbaju putih setelah membacakan data tadi, pamit pergi. Menyisakan aku dan dokter Ali di ruangan."Dia masih terlalu muda dok!?""Tapi dia sudah memenuhi standard perizinan. Nabilah, adikmu itu sehat walafiat. Kau tidak usah khawatir. Dia anak muda yang hebat"Aku mendengus. Bagaimana Reno bisa melakukan hal sebesar itu? Aku tahu aku kakaknya, tapi bagaimana bisa dia seberani itu untuk mendonorkan tulang sumsum nya."Ingat ini. Kau dan dia bersaudara. Kau juga tahu benar bahwa yang paling cocok untuk mendonorkan tulang sumsum adalah saudara kandung. Reno sendiri yang memintanya, percayalah. Dia itu adik yang berbakti"I know that."
Pita suara dibunyikan kembali. Merdu hingga jatuh secara dalam ke relung hati. "Allahuakbar Allahuakbar Asyhadualla ilaha illallah Asyhaduanna Muhammadarrasulullah Hayya 'ala sholaah Hayya 'alal falah qodqomati shoola Qodqomati Sholaa Allahuakbar Allahuakbar Laa ilaha illallah"Aku bersiap sholat. Walaupun dengan terbaring, tapi tidak bisa sekali saja untuk meninggalkan kewajiban agama. Ibu membantuku memakaikan hijab panjang karena tidak bisa memakai mukenah. Lalu kaki ku kebawah ditutup menggunakan selimut. Baju rumah sakit lumayan panjang, lenganku tidak terlihat. Lalu aku tayammum menggunakan debu di seprei."Sudah siap?""Iya"Ayah menjadi imam seperti biasa dirumah, Lalu Reno dibelakangnya. Dibelakang lagi ada ibu, lalu dibelakang ibu ada aku yang sedang berbaring di ranjang."Allahuakbar""Bismillahirrahmanirrahim... Alhamdulillah hirabbil'alamin, Arrahmanirrahiim, Maaliki yaumiddin, Iyya kana'budu waiyya
4 tahun sebelum koas Pt IV"Look! Bukan hal yang sulit kan? Makanya kalo malem itu jangan keburu tidur, otak nya iniiii loh diasah dikit. Boro-boro dapet A, latihan sama gue aja dapetnya B-"Aku mendengus. Baiklah, dia yang berkuasa kali ini. Biarkan dia berbuat semaunya, jarang-jarang dia yang menjadi mentorku. Lagipula, aku yang ingin juga kan? "Iyaa bawel lo ah. Dibenerin kok ini!"Lagi-lagi aku harus menghapus jawaban ku tadi. Sudah beberapa kali ya?Setelah beberapa hari aku meminta Aldo menjadi guru les ku, hari ini aku jadikan dia sebagai mentor juga. I mean, sebagai pengoreksi saat ada yang salah. Soalnya sulit, tapi lebih sulit saat aku mengerjakan nya tanpa bantuan Aldo."Gini bukan?"Aku menggigit bibir tatkala Aldo membaca lembaran jawabanku untuk kesekian kalinya. "Perfect deh. Seenggaknya buat dapet A maksimal 2 pertanyaan yang dijawab salah. Kalo 3 sampai lebih sih... dapetnya B+ atau B-.
"Pada hari ini, Sabtu, tanggal 10 Februari 2017. Pukul sembilan waktu Indonesia bagian Barat. Akan dilaksanakan operasi stem cell pada pasien nona Nabilah Adriani. Usia dua puluh tiga tahun dengan operator dokter Rudi wirapratma spesialis bedah dan anestesi dokter Kamila cahya spesialis anestesi, Yona sebagai scrub nurse, dan saya, Desi sebagai circular nurse. Diagnosa pasien, tensi 120, dan tipe darah pasien AB positif......." Sembari mendengarkan lanjutan time out para tim operasi, aku terus berdoa di sepanjang kesadaranku. Dengan banyak membaca doa dan permohonan keselamatan pada Tuhan. Untukku, dan untuk Reno. Kesadaran ku masih terjaga, tapi mataku tidak berani kubuka. "Kita mulai operasinya" Suntikan bius ditancapkan di lengan kanan ku. Saat itulah, kepalaku sedikit bingung, berat, dan pusing. Lama kelamaan pencahayaan dari lampu kristal di ruangan itu menggelap. Digantikan dengan pemandangan gelap gulita. Mataku tertutup, tapi
Minggu-minggu ini ramai sekali orang yang mengunjungi kamarku. Mulai dari rekan kerja, para anggota TNI, dan warga sekalipun. Dini dan Nanda juga sering bermain ke sini. Ingin menemaniku katanya.Aku juga sudah bisa berdiri, dan berjalan. Tapi untuk berlari masih belum bisa, punggungku tidak kuat menopang berat badan.Untuk Reno dia sudah terlihat segar. Seperti biasanya. Hanya aku yang keadaannya masih mengenaskan.Malam beranjak larut. Tadi hujan lebat baru reda lepas isya. Semua orang sepertinya enggan kemana-mana selain duduk di dalam rumah menikmati rasa dingin yang menusuk. Malam ini tidak ada orang yang datang kemari, aku hanya ditemani 3 orang keluargaku."Ayah bilang kalo kak Nabilah pulang ke Jakarta dia akan pasang Wi-Fi kak. Yang 5 GB. Seru sih""Halah itu mau kamu aja" Ayah menimpali sambil minum kopi."Berapa perbulannya yah?""Kata temen ayah sebulan bisa 500 sampai 700 ribu""Yang 2
Even when the night changes. Kalian tahu lirik itu kan? Setelah hari-hari ku berada di rumah sakit dan terkurung dalam kamar kos kecil, akhirnya aku bebas. Maksudnya adalah aku sudah sembuh total. Setiap malam kepalaku sakit, sekarang tidak. Setiap hari nafasku berat, sekarang tidak. I'm so happy about it."Kami balik dulu. Jaga kesehatan mu baik-baik. Jangan makan sembarangan. Jangan terlalu lelah. Jangan mikirin hal buruk. Jangan-""Iya-iya ibu. Nabilah ngertiii bangett. Makasih banyak udah ngerawat Nabilah disini""Kok gitu? Dari bayi udah ibu rawat loh"Kami berpelukan. Hari ini ibu dan yang lainnya pulang ke Jakarta. Ada kalau mereka hampir sebulan disini. Hanya untuk merawatku. Khusunya dokter Ali, dengan pekerjaannya yang sangat padat di kota, ia merelakan nya hanya untuk ikut menjagaku disini. Walau bukan keluarga, dia sudah kuanggap sebagai saudara ayahku."Dok. Terima kasih. Kalau gak ada dokter, Nabilah udah sekar
Rumah terakhir, dan hari terakhir menjalankan aksi penunjangan. Jumlah rumah adalah 100 rumah di satu Kelurahan Kaliwuhan. Tak banyak tapi kami harus menghabiskan waktu selama 4 hari lamanya.Ada saja gangguan yang menghambat, jika tidak ada badai hujan kemarin lusa mungkin akan selesai dalam waktu dua hari saja.Butiran air hujan masih menggelayut manja di dedaunan. Jam 2 siang ini akan berakhir di rumah Wak Dolah. Mantan kepala RT periode kemarin.Masalahnya kali ini lebih kompleks, karena kami harus turun tangan langsung untuk mengatasinya."Masalahnya kau sudah beberapa tahun tak bayar hutang! Lihat kebunmu itu, kau sudah panen kan? Oi, bunga nya akan berkali-kali lipat naiknya!."Disini dia disebut Juragan Jerigen. Karena dia punya pabrik minyak kelapa sawit yang diisi di banyak tabung jerigen. Kebun kelapa yang berhektar-hektar, dan kekayaan yang tentu saja melimpah ruah.Tapi sifatnya yang sombong dan suk
Rasi-rasi bintang membentuk bentuk yang sangat indah. Walau aku tidak percaya akan maknanya, yang aku tahu bintang diatas sana sedang sangat cantik-cantiknya.Berkilap indah dan berwarna warni. Terkadang ungu, merah, lalu biru. Melihat dari atas bukit adalah kegiatan yang menyenangkan. Ditemani sebotol teh hangat, dan musik pengiring tidur.Aku menggelar matras, lalu berbaring diatasnya. Rumput-rumpur bergoyang karena angin. Suara jangkrik dan hewan sawah saling bersahutan. Bulan sedang berada di puncaknya, bersinar terang bundar sempurna.Sambil memejamkan mata sambil mengingat wajah ayah dan ibu. Mengingat wajah Noah dan Reno. Mengingat wajah Aldo dan Pak Roy.Ah aku sangat merindukan mereka. Jika aku bermimpi bertemu mereka malam ini, aku pasti akan berdoa dalam mimpiku :"Ya Tuhan. Jangan lah Engkau hentikan apa yang Kau berikan padaku malam ini."Bukit ini tak jauh dari pemukiman, dan tidak menyeramkan seperti di dalam hutan
Kapten dan aku berpapasan di depan ruang Komite Puskesmas. Dia bersama Letkol Gerald dan Sersan Jessica. Kedua orang itu setelah menyapaku langsung pergi ke kamar Adam. Menyisakan aku dan Kapten yang sedang canggung-canggung nya.Aku menyambutnya dengan dingin. Dia terlihat tenang dan tidak berekspresi.Kukira tidak akan percakapan diantara kami, tapi saat hendak beranjak, Kapten memanggil namaku dengan tegas."Dokter Nabilah!."Aku menoleh sekilas. "Apa?.""Kau marah padaku ya?.""Atas dasar apa opinimu itu?." Sarkastik aku keluarkan.Berbalik badan, dengan tampang rileks aku melanjutkan kalimat. "Dengar Kapten terhormat! Sekarang waktuku dituntut oleh pekerjaan. Aku jarang bersantai karena tugasku juga melimpah ruah. Dan asal kau tau saja, saat kau pulang ke Jakarta aku akan tetap disini selama sebulan lagi. Jadi jangan beranggapan kalau aku sedang marah atau merajuk. Itu konyol sekali!."
"Sudah kubilang bodoh! Jangan banyak bergerak dulu. Lukamu akan lama sembuhnya nanti!." Adam menghela nafas lelah. Dia seperti anak kecil saja kalian tau. Susah sekali dibilangin.'Aku hanya ingin ke toilet''Aku ingin keluar sebentar''Ini loh punggungku gatal!'Halah alesan!Pagi ini gerimis melanda. Aku datang ke Puskesmas pagi-pagi sekali saat semua orang mulai memasak. Karena ada Adam yang notabene sedang sakit hampir sekarat, hihi. Dan pekerjaanku mulai menumpuk dari lusa kemarin."Nabilah! Apa ini tak bisa dilepas sebentaaaar... aja? Gatal sekali gila!."Aku mengabaikan Adam. Tanganku sibuk meyisir rambut nya. Karena lama tak keramas jadilah lepek. "Ini rambut apa sabut kelapa? Kusut amat!." Ejekku.Adam menepis tanganku dari kepalanya. Melarang diriku untuk menyisir rambutnya lagi."Ih apaan sih? Orang dibantu juga malah sok banget.""Ini loh lepasin bentar aja. Ak
"Mulai hari ini kau ditugaskan ke Puskesmas saja. Untuk mengajar anak-anak akan digantikan oleh Sersan Andin."Aku menutup buku. Sudah kuduga, pasti jadwalku akan terganti. "Oke."Dokter Alice menyerahkan selembar kertas, disitu tertulis tentang data-data milikku. "Coba periksa lagi apa ada kesalahan."Aku mengambil kertas itu. Membacanya hingga akhir, "Ini sudah benar. Tapi buat apa?."Dokter Alice mengambil kembali kertas itu, menaruhnya di dalam map berwarna biru. "Bukan apa-apa. Sekarang berangkatlah kesana, aku nanti menyusul."Hari ini suhu diatas 27° Celcius. Panas sekali. Bahkan pernah sehari bisa berganti 2 musim sekaligus. Pukul 7 pagi sampai 12 siang panasnya tak terkira. Dan jam 1 sampai malam hujannya seperti mau ada tsunami saja.Para petani membungkuk menanam padi yang masih berwarna hijau segar. Gembala hewan ternak membawa sapi-sapi mereka dan kambing-kambing yang besar nan gemuk.Laz
DUK! Kepalaku terbentur sesuatu.Aku mengaduh pelan. Jidatku terasa sakit. Pasti terkena penyangga tenda. Tanganku meraba-raba, berusaha duduk. Astaga! Karena terkejut bermimpi menabrak tong sampah sampai-sampai jidatku kejedot tiang tenda. Rasanya sakit, dan sedikit memar.Diluar sana hujan lebat disertai petir yang menggelegar. Aku menyibak jendela kecil, gelap, hanya lampu dapur yang tetap menyala.Sekali lagi aku meraba lantai, mencari arlojiku yang pasti terlempar saat aku menjatuhkan botol tadi.Benda panjang itu menunjukkan angka 01.23 artinya hampir setengah dua dini hari. Terbangun di tengah malam seperti ini bukanlah hal yang nyaman. Dijamin setelah ini mataku akan mustahil terlelap lagi.Luna meringkuk di lantai bawah, dengan mengenakan selimut bercorak 'Keroppi' warna hijau mentah. Udaranya dingin, tak heran Luna tidur dilapisi jaket juga.Aku ikut mengeluarkan selimut ku sendiri dari dalam kop
Sejak aku tahu apa itu senapan angin, rasa penasaranku memuncak. Apalagi kegiatan yang terjadi di depan mataku menambah rasa keingintahuanku.Para tentara sedang latihan mingguan. Kali ini mereka menggunakan senapan angin untuk latihan, dengan membuat papan berbentuk bundar, dan diisi warna merah ditengahnya, sebagai bidikan.Peserta bumi perkemahan dibubarkan sehari yang lalu. Setelah tiga hari mereka bersama kami untuk pelatihan Pramuka dasar. Dan ini saatnya aku melihat bagaimana gagahnya mereka menarik pelatuk di benda panjang nan berat itu.Benda ini lebih friendly daripada pistol, a.k.a low budget. Hanya untuk latihan biasa. Kalau untuk agenda tertentu sih bisa pakai sniper atau shotgun yang tentunya lebih bagus.Aku duduk dibawah pohon kelapa sambil membawa handphone dan minum sebotol air putih. Diam menonton mereka denga sesekali memotret pemandangan langka ini. Akan kujadikam polaroid rencananya saat pulang ke Jakarta, sed
4 tahun sebelum koas pt V Pernahkah aku bercerita tentang teman seangkatan ku yang bernama Cleopatra? Belum, karena aku sengaja ingin menceritakannya hingga tiba di bagian ini. Dia anak pendiam yang pintar, tidak punya kawan selain buku-bukunya yang tebal, dan kemana-mana selalu memakai kacamata bundar karena min yang dideritanya. Dia pandai sekali dalam pelajaran matematika, mungkin hanya dia yang mengelu-elukan pelajaran itu. Namanya Cleopatra, biasa dipanggil "Cleo" atau saat anak lain mengejeknya memanggil "Fir'aun". Itu adalah panggilan yang sangat kejam, hanya orang tidak beradab yang memanggilnya begitu. Aku menyukai namanya, selain unik juga punya makna tersendiri. Nama Cleopatra tentu saja kalian tahu itu siapa. Cleopatra adalah Ratu dari zaman Mesir kuno. Yang selalu diidentikkan dengan rambut pendek, memakai eyeliner panjang, dan bermahkota ular kobra. Dikabarkan Ratu itu memiliki kecantikan yang luar biasa,
Anak-anak ramai berkerumun di depan hutan kampung. Akhirnya aku memutuskan untuk ikut kesini melawan rasa takutku. Ketua panitia sudah ancang-ancang hendak memulai acara. Satu-persatu anak mulai masuk kedalam hutan dengan masing-masing membawa satu keranjang untuk wadah buah.Didalam hutan sana ada banyak pengawas untuk mengawasi dan menjaga anak-anak agar tetap hati-hati. Walaupun ini hutan aman, tetap saja waspada harus nomor satu.Banyak warga dan orang tua dari anak yang menonton. Duduk-duduk di batang pohon kelapa yang sudah roboh sambil menggendong anak balita, ada juga yang sambil menyuapi anaknya. Mereka sangat antusias melihat bagaimana aksi anak mereka didalam hutan sana."Siapapun yang membawa buah paling banyak, dia pemenangnya!"Buah didalam hutan sangat lebat. Mangga, salak, alpukat, sawo, dan banyak lagi. Ketua panitia sebut saja Letnan Unus. Laki-laki berumur sekitar 40 tahunan. Tak salah pilih untuk dijadikan ketua