Even when the night changes. Kalian tahu lirik itu kan? Setelah hari-hari ku berada di rumah sakit dan terkurung dalam kamar kos kecil, akhirnya aku bebas. Maksudnya adalah aku sudah sembuh total. Setiap malam kepalaku sakit, sekarang tidak. Setiap hari nafasku berat, sekarang tidak. I'm so happy about it.
"Kami balik dulu. Jaga kesehatan mu baik-baik. Jangan makan sembarangan. Jangan terlalu lelah. Jangan mikirin hal buruk. Jangan-"
"Iya-iya ibu. Nabilah ngertiii bangett. Makasih banyak udah ngerawat Nabilah disini"
"Kok gitu? Dari bayi udah ibu rawat loh"
Kami berpelukan. Hari ini ibu dan yang lainnya pulang ke Jakarta. Ada kalau mereka hampir sebulan disini. Hanya untuk merawatku. Khusunya dokter Ali, dengan pekerjaannya yang sangat padat di kota, ia merelakan nya hanya untuk ikut menjagaku disini. Walau bukan keluarga, dia sudah kuanggap sebagai saudara ayahku.
"Dok. Terima kasih. Kalau gak ada dokter, Nabilah udah sekar
"Luna, apa kabar?"Anak itu semakin heboh saja. Dia berteriak kencang saat jamaah mulai bubar. Bahkan mukenah masih melekat apik di tubuhnya. Dia sudah kepala dua loh. "Gak baik. Kakak apa kabar juga, maaf gak sempet kesana lagi... Luna repot disini" Dia menunduk dan memainkan tangannya."Halah, jangan dipikirin, aku baik kok" Dia memutar bola matanya. "Apa?""Naif banget sih, bentar kak, Luna mau beresin mukenah dulu. Habis ini kesini lagi. Bye!" Dia berlari kencang menuju tenda. Aku menggeleng kan kepalaku. Anak itu..."Sudah kangen-kangenan nya? Sini tas m-" Kalimat kapten Andika terpotong suara Andin. Aku tertawa kecil."Dokter Nabilah. Senang melihatmu lagi" Senyumanku merekah lebar saat sersan Andin berjalan ke arahku."Ser, ah maksudku Andin. Senang juga melihat mu"Kami berpelukan. "Andin, aku belum berterima kasih atas bantuanmu. Maksudku.. darahnya. Aku tidak bisa membalas apa-apa" Dia terkekeh.
"Ada apa panggil-panggil?""Udah sholat?""Udah"Andika membawa sepiring makanan untukku. Yang jelas bahwa itu makananku, siapa lagi? "Makan! Habiskan"Dia benar-benar merawatku. "Itu kebanyakan lah! Kau pikir aku gaj- Hmmpt"Mulutku...Penuh..Apa ini...Rasanya seperti....."Jangan banyak omong, pokoknya makan dan habiskan. Aku suapin" Mulutku penuh dengan makanan, saat sedang asyik bicara malah dimasuki sesendok penuh nasi. "Ayo.. Kunyah""Kwau.. kwenapa mwenyuawapikwu, awku bwisa swendiri""Habiskan dulu, aku tidak bisa mengerti"Saat aku ingin menjawab, ponsel Andika berdering. Dan aku tidak jadi bicara. Dia terlihat serius saat melihat layar ponselnya. Dan terlihat sedikit tidak suka. Andika tidak mengangkatnya, dan malah mematikan daya. Dasar."Kenapa tidak diangkat?""Tidak penting. Salah sambung
"Apa aku sudah bisa beraktivitas?" Tanyaku pada dokter Alice.Dia menatapku kesal. Dia memang setiap detik selalu kesal kepadaku. Nye nye nye."Jangan banyak omong. Makan itu!" Aku menatap sepiring nasi dan ikan lele dihadapan ku. Semakin malas saja. Andai kapten Andika disini, dia yang akan menyuapiku seperti kemarin.Eh.."Kau makan saja, akan kuperiksa lukamu" Bekas jahitan operasiku masih basah, dan itu butuh waktu lama untuk kering. Agar tidak infeksi saat tergores sesuatu seperti baju, pakaian dalam, atau korset. Oleh karena itu, aku memakai kaos sebagai dalaman agar tidak menyumbat pembuluh darahnya.Dokter Alice menyingkap kaosku dibalik punggung. Dengan posisiku yang sedang duduk, dia tidak kesulitan. "Apa masih nyeri?" Tanyanya sambil menyentuh sedikit bekas jahitan itu."Sedikit, saat tidur. Mau miring, rasanya sedikit tertarik" Aku mengingat saat kemarin malam tidur beralaskan tikar di dalam tenda. Mau mir
Buku Bahasa IndonesiaNama : Andika SantosoKelas : 4Alamat : XXXXXXTugas membuat cerita tentang cita-cita. 4 Oktober 1994 :Hai namaku Andika. Aku lahir di Jakarta tanggal 8 Juni 1985. Sedikit akan aku ceritakan tentang impianku sejak kecil. Aku merupakan anak tunggal, hidup bersama ayah dan ibu dalam rumah sederhana. Kami bukan orang kaya, bukan juga orang miskin. Biasa disebut kelompok kelas menengah.Ayahku pernah bilang, seorang anak laki-laki harus bisa menopang beban untuk seorang wanita. Untuk ibu, adik, kakak, dan istri nanti. Tapi bukan hanya itu saja, aku berpikir aku harus bisa menopang dan mengurangi beban rakyat. Orang kelas menengah seperti kami, tidak akan dihargai jika tidak punya relasi dan pangkat yang tinggi. Aku bertekad ingin menjadi seorang abdi negara. Agar bisa melindungi ibu, keluarga, dan rakyat..."Kalau sudah besar, aku ing
Sinar matahari menerabas sela-sela dedaunan. Kabut yang menyelungkupi kampung mulai menipis. Hari ini, aku sudah diperbolehkan untuk beraktifitas normal. Setelah satu minggu hanya bisa diam di dalam tenda. Hari ini juga merupakan penyelaksanaan kemah untuk anak-anak desa. Sedikit untuk mengajari tentang Pramuka, karena di sekolah tidak ada.Aku memakai seragam dokterku. Jas andalan berwarna putih dan setelan berwarna biru muda. Rambut ku kepang satu memanjang. Agar terlihat ringkas dan apik. Ah aku rindu berpenampilan formal seperti ini."Apa kabar semua?" Sersan Jessica berseru nyaring."Baik!" Lima puluh anak menjawab lantang. Rata-rata dari mereka adalah anak didikku. Ada beberapa yang baru kulihat wajahnya."Pagi ini kita akan mengawali perkemahan dengan upacara pembukaan. Kalian bersedia?" Sersan Jessica dengan semangat mengumandangkan jadwal. Suaranya terdengar tegas."Siap!""No! Jawab seperti ini y
"Coba kalian lihat peta Asia" Letnan Adam membentangkan atlas lebar di bawah tanah. Agar bisa terlihat oleh semua anak. Atlas baru yang rencananya nanti akan disumbangkan kepada sekolah di kampung ini."Asia dibagi menjadi 5. Asia Barat, Selatan, Timur, Tenggara, dan Asia Tengah. Asia Barat ada disebelah barat ini kalian lihat.." Para bocah menuruti perintah Adam, mereka langsung mengamati gambar peta Asia Barat."Untuk Asia Selatan lihat ini, ada Afganistan, Pakistan, India, Srilanka, Bangladesh. Nah ini.. Asia Selatan adalah salah satu kawasan terpadat yang ada di dunia loh" Adam mengambil rotan panjang, untuk menunjuk bagian-bagian yang tak terjangkau oleh tangan.Anak-anak berebut mendekat, melihat lebih jelas bagian yang ditunjuk Letnan Adam."Kita masuk ke Asia Barat. Biasa disebut sebagai 'Timur Tengah' ya... kalau kalian tahu, itu negaranya para Arabian. Maksudnya negeri Arab""Ada Arab Saudi, Iraq, Iran, Turki, Syri
Anak-anak ramai berkerumun di depan hutan kampung. Akhirnya aku memutuskan untuk ikut kesini melawan rasa takutku. Ketua panitia sudah ancang-ancang hendak memulai acara. Satu-persatu anak mulai masuk kedalam hutan dengan masing-masing membawa satu keranjang untuk wadah buah.Didalam hutan sana ada banyak pengawas untuk mengawasi dan menjaga anak-anak agar tetap hati-hati. Walaupun ini hutan aman, tetap saja waspada harus nomor satu.Banyak warga dan orang tua dari anak yang menonton. Duduk-duduk di batang pohon kelapa yang sudah roboh sambil menggendong anak balita, ada juga yang sambil menyuapi anaknya. Mereka sangat antusias melihat bagaimana aksi anak mereka didalam hutan sana."Siapapun yang membawa buah paling banyak, dia pemenangnya!"Buah didalam hutan sangat lebat. Mangga, salak, alpukat, sawo, dan banyak lagi. Ketua panitia sebut saja Letnan Unus. Laki-laki berumur sekitar 40 tahunan. Tak salah pilih untuk dijadikan ketua
4 tahun sebelum koas pt V Pernahkah aku bercerita tentang teman seangkatan ku yang bernama Cleopatra? Belum, karena aku sengaja ingin menceritakannya hingga tiba di bagian ini. Dia anak pendiam yang pintar, tidak punya kawan selain buku-bukunya yang tebal, dan kemana-mana selalu memakai kacamata bundar karena min yang dideritanya. Dia pandai sekali dalam pelajaran matematika, mungkin hanya dia yang mengelu-elukan pelajaran itu. Namanya Cleopatra, biasa dipanggil "Cleo" atau saat anak lain mengejeknya memanggil "Fir'aun". Itu adalah panggilan yang sangat kejam, hanya orang tidak beradab yang memanggilnya begitu. Aku menyukai namanya, selain unik juga punya makna tersendiri. Nama Cleopatra tentu saja kalian tahu itu siapa. Cleopatra adalah Ratu dari zaman Mesir kuno. Yang selalu diidentikkan dengan rambut pendek, memakai eyeliner panjang, dan bermahkota ular kobra. Dikabarkan Ratu itu memiliki kecantikan yang luar biasa,
Rumah terakhir, dan hari terakhir menjalankan aksi penunjangan. Jumlah rumah adalah 100 rumah di satu Kelurahan Kaliwuhan. Tak banyak tapi kami harus menghabiskan waktu selama 4 hari lamanya.Ada saja gangguan yang menghambat, jika tidak ada badai hujan kemarin lusa mungkin akan selesai dalam waktu dua hari saja.Butiran air hujan masih menggelayut manja di dedaunan. Jam 2 siang ini akan berakhir di rumah Wak Dolah. Mantan kepala RT periode kemarin.Masalahnya kali ini lebih kompleks, karena kami harus turun tangan langsung untuk mengatasinya."Masalahnya kau sudah beberapa tahun tak bayar hutang! Lihat kebunmu itu, kau sudah panen kan? Oi, bunga nya akan berkali-kali lipat naiknya!."Disini dia disebut Juragan Jerigen. Karena dia punya pabrik minyak kelapa sawit yang diisi di banyak tabung jerigen. Kebun kelapa yang berhektar-hektar, dan kekayaan yang tentu saja melimpah ruah.Tapi sifatnya yang sombong dan suk
Rasi-rasi bintang membentuk bentuk yang sangat indah. Walau aku tidak percaya akan maknanya, yang aku tahu bintang diatas sana sedang sangat cantik-cantiknya.Berkilap indah dan berwarna warni. Terkadang ungu, merah, lalu biru. Melihat dari atas bukit adalah kegiatan yang menyenangkan. Ditemani sebotol teh hangat, dan musik pengiring tidur.Aku menggelar matras, lalu berbaring diatasnya. Rumput-rumpur bergoyang karena angin. Suara jangkrik dan hewan sawah saling bersahutan. Bulan sedang berada di puncaknya, bersinar terang bundar sempurna.Sambil memejamkan mata sambil mengingat wajah ayah dan ibu. Mengingat wajah Noah dan Reno. Mengingat wajah Aldo dan Pak Roy.Ah aku sangat merindukan mereka. Jika aku bermimpi bertemu mereka malam ini, aku pasti akan berdoa dalam mimpiku :"Ya Tuhan. Jangan lah Engkau hentikan apa yang Kau berikan padaku malam ini."Bukit ini tak jauh dari pemukiman, dan tidak menyeramkan seperti di dalam hutan
Kapten dan aku berpapasan di depan ruang Komite Puskesmas. Dia bersama Letkol Gerald dan Sersan Jessica. Kedua orang itu setelah menyapaku langsung pergi ke kamar Adam. Menyisakan aku dan Kapten yang sedang canggung-canggung nya.Aku menyambutnya dengan dingin. Dia terlihat tenang dan tidak berekspresi.Kukira tidak akan percakapan diantara kami, tapi saat hendak beranjak, Kapten memanggil namaku dengan tegas."Dokter Nabilah!."Aku menoleh sekilas. "Apa?.""Kau marah padaku ya?.""Atas dasar apa opinimu itu?." Sarkastik aku keluarkan.Berbalik badan, dengan tampang rileks aku melanjutkan kalimat. "Dengar Kapten terhormat! Sekarang waktuku dituntut oleh pekerjaan. Aku jarang bersantai karena tugasku juga melimpah ruah. Dan asal kau tau saja, saat kau pulang ke Jakarta aku akan tetap disini selama sebulan lagi. Jadi jangan beranggapan kalau aku sedang marah atau merajuk. Itu konyol sekali!."
"Sudah kubilang bodoh! Jangan banyak bergerak dulu. Lukamu akan lama sembuhnya nanti!." Adam menghela nafas lelah. Dia seperti anak kecil saja kalian tau. Susah sekali dibilangin.'Aku hanya ingin ke toilet''Aku ingin keluar sebentar''Ini loh punggungku gatal!'Halah alesan!Pagi ini gerimis melanda. Aku datang ke Puskesmas pagi-pagi sekali saat semua orang mulai memasak. Karena ada Adam yang notabene sedang sakit hampir sekarat, hihi. Dan pekerjaanku mulai menumpuk dari lusa kemarin."Nabilah! Apa ini tak bisa dilepas sebentaaaar... aja? Gatal sekali gila!."Aku mengabaikan Adam. Tanganku sibuk meyisir rambut nya. Karena lama tak keramas jadilah lepek. "Ini rambut apa sabut kelapa? Kusut amat!." Ejekku.Adam menepis tanganku dari kepalanya. Melarang diriku untuk menyisir rambutnya lagi."Ih apaan sih? Orang dibantu juga malah sok banget.""Ini loh lepasin bentar aja. Ak
"Mulai hari ini kau ditugaskan ke Puskesmas saja. Untuk mengajar anak-anak akan digantikan oleh Sersan Andin."Aku menutup buku. Sudah kuduga, pasti jadwalku akan terganti. "Oke."Dokter Alice menyerahkan selembar kertas, disitu tertulis tentang data-data milikku. "Coba periksa lagi apa ada kesalahan."Aku mengambil kertas itu. Membacanya hingga akhir, "Ini sudah benar. Tapi buat apa?."Dokter Alice mengambil kembali kertas itu, menaruhnya di dalam map berwarna biru. "Bukan apa-apa. Sekarang berangkatlah kesana, aku nanti menyusul."Hari ini suhu diatas 27° Celcius. Panas sekali. Bahkan pernah sehari bisa berganti 2 musim sekaligus. Pukul 7 pagi sampai 12 siang panasnya tak terkira. Dan jam 1 sampai malam hujannya seperti mau ada tsunami saja.Para petani membungkuk menanam padi yang masih berwarna hijau segar. Gembala hewan ternak membawa sapi-sapi mereka dan kambing-kambing yang besar nan gemuk.Laz
DUK! Kepalaku terbentur sesuatu.Aku mengaduh pelan. Jidatku terasa sakit. Pasti terkena penyangga tenda. Tanganku meraba-raba, berusaha duduk. Astaga! Karena terkejut bermimpi menabrak tong sampah sampai-sampai jidatku kejedot tiang tenda. Rasanya sakit, dan sedikit memar.Diluar sana hujan lebat disertai petir yang menggelegar. Aku menyibak jendela kecil, gelap, hanya lampu dapur yang tetap menyala.Sekali lagi aku meraba lantai, mencari arlojiku yang pasti terlempar saat aku menjatuhkan botol tadi.Benda panjang itu menunjukkan angka 01.23 artinya hampir setengah dua dini hari. Terbangun di tengah malam seperti ini bukanlah hal yang nyaman. Dijamin setelah ini mataku akan mustahil terlelap lagi.Luna meringkuk di lantai bawah, dengan mengenakan selimut bercorak 'Keroppi' warna hijau mentah. Udaranya dingin, tak heran Luna tidur dilapisi jaket juga.Aku ikut mengeluarkan selimut ku sendiri dari dalam kop
Sejak aku tahu apa itu senapan angin, rasa penasaranku memuncak. Apalagi kegiatan yang terjadi di depan mataku menambah rasa keingintahuanku.Para tentara sedang latihan mingguan. Kali ini mereka menggunakan senapan angin untuk latihan, dengan membuat papan berbentuk bundar, dan diisi warna merah ditengahnya, sebagai bidikan.Peserta bumi perkemahan dibubarkan sehari yang lalu. Setelah tiga hari mereka bersama kami untuk pelatihan Pramuka dasar. Dan ini saatnya aku melihat bagaimana gagahnya mereka menarik pelatuk di benda panjang nan berat itu.Benda ini lebih friendly daripada pistol, a.k.a low budget. Hanya untuk latihan biasa. Kalau untuk agenda tertentu sih bisa pakai sniper atau shotgun yang tentunya lebih bagus.Aku duduk dibawah pohon kelapa sambil membawa handphone dan minum sebotol air putih. Diam menonton mereka denga sesekali memotret pemandangan langka ini. Akan kujadikam polaroid rencananya saat pulang ke Jakarta, sed
4 tahun sebelum koas pt V Pernahkah aku bercerita tentang teman seangkatan ku yang bernama Cleopatra? Belum, karena aku sengaja ingin menceritakannya hingga tiba di bagian ini. Dia anak pendiam yang pintar, tidak punya kawan selain buku-bukunya yang tebal, dan kemana-mana selalu memakai kacamata bundar karena min yang dideritanya. Dia pandai sekali dalam pelajaran matematika, mungkin hanya dia yang mengelu-elukan pelajaran itu. Namanya Cleopatra, biasa dipanggil "Cleo" atau saat anak lain mengejeknya memanggil "Fir'aun". Itu adalah panggilan yang sangat kejam, hanya orang tidak beradab yang memanggilnya begitu. Aku menyukai namanya, selain unik juga punya makna tersendiri. Nama Cleopatra tentu saja kalian tahu itu siapa. Cleopatra adalah Ratu dari zaman Mesir kuno. Yang selalu diidentikkan dengan rambut pendek, memakai eyeliner panjang, dan bermahkota ular kobra. Dikabarkan Ratu itu memiliki kecantikan yang luar biasa,
Anak-anak ramai berkerumun di depan hutan kampung. Akhirnya aku memutuskan untuk ikut kesini melawan rasa takutku. Ketua panitia sudah ancang-ancang hendak memulai acara. Satu-persatu anak mulai masuk kedalam hutan dengan masing-masing membawa satu keranjang untuk wadah buah.Didalam hutan sana ada banyak pengawas untuk mengawasi dan menjaga anak-anak agar tetap hati-hati. Walaupun ini hutan aman, tetap saja waspada harus nomor satu.Banyak warga dan orang tua dari anak yang menonton. Duduk-duduk di batang pohon kelapa yang sudah roboh sambil menggendong anak balita, ada juga yang sambil menyuapi anaknya. Mereka sangat antusias melihat bagaimana aksi anak mereka didalam hutan sana."Siapapun yang membawa buah paling banyak, dia pemenangnya!"Buah didalam hutan sangat lebat. Mangga, salak, alpukat, sawo, dan banyak lagi. Ketua panitia sebut saja Letnan Unus. Laki-laki berumur sekitar 40 tahunan. Tak salah pilih untuk dijadikan ketua