Kini Balang punya modal 60 koin di depannya, kontan saja si bule galak ini tak lagi menganggap remeh Balang ini.Balang aslinya tak suka judi jenis dadu ini! Karena tujuannya ke sini bukan untuk itu, tapi ingin membasmi musuh-musuhnya.Dadu mulai digerakan lagi, Balang menatap tutup dadu itu, dan kini semua orang sudah memasang dadunya. Tapi lucunya Balang tidak memasang banyak, dia hanya melempar 5 koinnya ke angka menengah dan kali ini dia kalah!Bahkan berikutnya kembali Balang lempar 5 koinnya, dan lagi-lagi dia kalah, sehingga si ‘bandar’ dadu senyum merekah. “Paling bentar lagi habis tu koinnya,” pikir pemutar dadu ini menganggap remeh Balang.Bahkan si bule galak makin tertawa melihat gaya Balang yang dianggap penjudi amatiran ini. Si pemutar dadu kembali mengguncang alatnya, dan meminta semua penjudi kembali memasang taruhannya.“Aku pasang 50 koin ini di angka besar!” Balang tanpa ragu mendorong seluruh uangnya ke depan, ke angka besar 8,9 dan 10.Kini semua orang kembali teg
Semua orang langsung berhamburan menjauh dari meja ini, takut terimbas, bahkan banyak yang merunduk dan tiarap di lantai.Balang tersenyum sinis menatap si kumis ini. Bak aksi bintang laga, Balang tanpa ampun dan sangat cepat, langsung mengarahkan senjatanya ke sasaran, yakni 5 orang yang tadi masuk, di pimpin si kumis.Duppp…dupp…Balang dengan berdarah dingin lepaskan 6X tembakan sekaligus. Tapi hanya si kumis yang langsung ke dahi. Sedangkan 5 orang lainnya, tertembak perut dan kaki.Akibatnya, gegerlah tempat ini, puluhan orang berteriak ketakutan. Kini sudah 7 orang bergelimpangan di ruangan ini, banyak pengunjung yang berebutkan keluar dari tempat ini, apalagi sudah dua orang yang tewas!Yakni, si bule galak yang keracunan tadi dan si kumis yang dahinya berlubang, di tembus peluru dari senjata otomatis milik Balang.“Hei kamu…bangun, cepat bayarkan koin aku ini…!”“Iya tu-tuan…tolong jangan tembak saya tuan,” si pemutar dadu dengan kaki dan tangan gemetara, lalu menghitung dengan
Balang benar-benar mengambil 2.000 pound, tak kurang dan tak lebih. “Ini uang keberuntunganku. Makanya aku ambil 2000 pound saja…sisanya milik kamu Tresia!”Balang mengambil karung berisi duit ini dan enteng saja melemparnya ke depan si bule, yang mirip selebgram bule barbie Jerman yang suka makan timun di Bandung.Kemudian Balang melepas jaketnya dan kini hanya kenakan him dan terlihat dua pistol di badannya, yang kemudian Balang lepas juga dan di letakan di atas meja.Tresia sampai gemetaran memegang karung duit ini, dia sampai menepuk-nepuk pipinya, berasa mimpi baginya mendapatkan uang tak sedikit ini.“Kamu ke sini Tresia…!” perintah Balang, dan dengan polosnya Tresia mendekat.Tiba-tiba Balang memeluknya dan mencium bibir lalu turun ke dadanya, dan Balang sengaja menggigit kedua ujung bukit kembarnya, hingga Tresia menjerit, antara kaget dan sakit.“Tu-tuan…!” wajah Tresia pucat, kaget dengan ulah spontan Balang.“Nahh…itu tandanya ini bukan mimpi, ini nyata! Sekarang uang ribua
Balang tiba di TKP, terdengar bunyi tembakan dan ratusan warga berlarian ketakutan, benar-benar bak perang kota.Geng Jovac secara nekat menyerbu Geng White ini, tak terelakan lagi mereka saling tembak menembak dan korban jiwa dan luka mulai berjatuhan di kedua belah pihak.Balang melihat Komisaris Gardon dengan megaphone meminta dua kelompok yang bertikai ini menahan diri, atau pihaknya akan mengambil tindakan tegas.Namun ucapan Komisaris Gardon malah di balas tembakan. Hingga sang perwira polisi ini kelabakan berlindung di balik mobil patroli, sambil menyumpah-nyumpah, karena hampir terkena peluru nyasar.Balang melepas jasnya, dia lalu memasang rompi anti peluru, lalu keluar dari mobilnya dan mendekati Komisaris Gardon, yang kini bangkit lagi, setelah tadi sempat tiarap di aspal.“Kedua geng ini masih bandel, mereka terus lakukan tembak menembak. Malah anggota kita mereka sasar juga, sudah 3 orang tertembak!” lapor Komisaris ke Balang dan kini gemes bukan main.Balang hanya mengan
Balang memeriksa ruangan ini, saat melihat ada notebook kecil, Balang langsung mengambilnya. Tak lama masuklah 5 anak buah Komisaris Gardon, setelah memberi hormat pada Balang, mereka langsung memeriksa ruangan-ruangan lain.Balang menyisipkan notebook tadi ke baju rompinya, kemudian berlalu dari sana, dan saat bertemu dengan Komisaris Gardon, diapun permisi.“Letkol…hati-hati…!” Balang berbalik, lalu angkat jempol. Komisaris Gardon hanya bisa geleng-geleng kepala.Balang bukannya pulang, tapi dia menuju ke markas Geng Jovac, notebook tadi dia simpan di dasboard mobilnya.“Mungkin ini kelak akan berguna,” gumam Balang, sambil menjalankan mobilnya, meninggalkan kawasan yang kini porak poranda akibat perang kota.Setelah hampir 2,5 jam perjalanan, Balang akhirnya sampai juga di tempat ini, rompi anti peluru belum dia lepas.Tapi kini di lapisi Balang dengan jas panjangnya, dia kini berjalan tenang menuju kawasan yang terkenal sangat rawan dan angka kriminalitas sangat tinggi di wilayah
Balang lalu berbalik dan mendekati orang yang dia tembak tersebut, begitu badannya di balik terlihat wajah seperti dari Eropa Timur. Balang cek urat nadinya, orang ini sudah meninggal.Tembakan Balang kena di punggung dan menembus jantung, inilah yang membuat pria ini tak bertahan lama.Balang pun kontak Komisaris Gardon, sambil berjalan dan berbalik menuju ke klub tadi, semua orang yang melihat gaya slowly ini menyingkir.Klub ini bak sarang hantu, sunyi, apalagi ada beberapa jasad yang bergelimpangan. Balang terus saja masuk dan kembali ke ruangan bos geng ini tadi. Balang pikir pasti yang tertembak di jalanan, saat berlari bersama Dato Simon.Balang melihat ruangan kerja mewah ini, juga terdapat beberapa TV pengawas, rekamannya Balang ambil dan dia kantongi rekaman ini.“Aku tak perlu tinggalkan jejak, ini akan aku musnahkan rekaman ini!” pikir Balang.Balang yang masih menggunakan sarung tangan sintetis lalu menuju ke sebuah brangkas. Tempat ini terbuka, namun saat Balang buka isi
Dua jam kemudian Sofia balik lagi, lumayan banyak belanjaan bule cantik ini, yang tak kalah jelitanya di bandingkan Tresia. Sofia tersenyum melihat Balang yang terlihat tertidur di kursi apartemenya, dengan TV masih menyala. Setelah mengisi kulkasnya dengan belanjaannya hingga penuh. Sofia kini malah sibuk di dapur kecilnya, dia sengaja membiarkan Balang ketiduran, sementara dia sedang memasak. Balang terbangun, karena tercium harum masakan Sofia. Saat melihat di atas meja ada air mineral yang tadi di beli Sofia, Balang yang sejak tadi haus langsung minum dan menghabiskan satu botol plastik. “Istirahat saja dulu tuan Balang, aku sedang memasak buat makan malam kita. Aku jamin tuan bakalan suka, ini masakan khas dari daerah asalku, Kazakstan!” Balang tersenyum dan kini dia ke toilet untuk mencuci wajahnya, sekaligus melepas rompi anti peluru di badannya, juga himnya. Hingga kini dia hanya kenakan kaos tanpa lengan, lalu kembali ke kursi tadi dan menunggu Sofia memasak. Kini merek
Balang tak buru-buru menuntaskan misinya, dia memanfaatkan jalan-jalan di Kota Astana, sekaligus melihat-lihat situasi.Walaupun tak mengerti bahasa lokal, namun Balang senang sekali kuliner di sini yang semuanya halal dan enak-enak.Hampir seharian Balang jalan-jalan, dan mulai hapal kondisi kota ini, malamnya Balang mencoba ke pusat hiburan malam.Dan Balang kembali kaget sekaligus kagum, walaupun baru merdeka tahun 1990 an dari Rusia, tapi kota ini sangat maju.Balang pun masuk ke sebuah pub mewah, dan di sini dia agak lega, karena Bahasa Inggris jadi bahasa setengah resmi, selain Bahasa Kazakhs dan Bahasa Rusia.Baru saja duduk, Balang sudah ditawari wanita. “Terima kasih, saya ingin sendiri dulu,” tolak Balang halus, sambil memesan minuman. Waitress pria ini pun permisi dengan sopan.Makin malam pub ini makin rame dan mulai penuh, dari wajah-wajah yang masuk ke sini, rata-rata berwajah Eropa Timur, sangat sedikit wajah Asia.Namun Balang melihat ada seseorang yang menarik perhati
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman