“He-he…kamu jangan pongah dulu, belum tentu biro bilyet kamu itu ada uangnya!” si tuan Jenderal ini tak mau kalah gertak.“Aku baru saja menukar 20 koin tadi dengan 2 lembar biro ini…tapi tak apa, silahkan di cek lagi nanti..!” tantang Balang.“Oke…permainan kita mulai, soal giro ini, nanti akan kita cek saat di pasang sebagai taruhan.” Wasit permainan kembali menengahi, kini permainan poker atau Five-card stud di mulai lagi.Kini orang-orang mulai berdatangan dan menyaksikan adegan yang mendebarkan ini, dari jarak 10 meteran, karena tak boleh dekat-dekat.Balang kini dapat As, si Tuan Jenderal dapat Queen, yang lain dapat Jack, King dan kartu angka 10.“Saya taruhkan 9 koin ini…!” Balang melempar 9 koin sisanya, sementara 48 biro bilyet masih dia taruh di sampingnya. Ada aturan, bila sudah menaruh di atas meja judi, tak boleh di tarik lagi. Ternyata semua ikut, dan kartu langsung di bagi sampai habis. Aturan seperti itu, bila yang awal habis modal, maka kartu wajib di bagi hingga 4
Balang kini memiliki ribuan koin yang satu koinnya bernilai 1.000 euro. Koin itu kini sudah di ganti dengan uang…cash!Semua orang kaget dan melongo, ketika melihat dengan entengnya Balang membawa duit 35 juta euro, pecahan tertinggi, 500 euro dan dia panggul menggunakan satu karung yang diberi kasir.Balang sengaja minta pecahan 500 euro, agar tak terlalu banyak membawa uang cash tersebut.Semua orang menatap Balang yang berjalan lenggang kangkung tanpa pengawalan, dengan membawa uang jumbo ini. benar-benar cari mati, pikir semua pengunjung kasino tersebut.Belum lagi giro bilyet yang dia simpan dalam kantong jasnya, Balang benar-benar dianggap nekat dan cari penyakit. Sebab pasti dia akan jadi incaran para penjahat!Namun…itulah yang dia tunggu-tunggu, terutama dari si tuan jenderal, yang sudah dia kalahkan secara telak di meja judi.“Setan pun doyan kalau lihat duit begini. Tapi inilah yang aku tunggu-tunggu, semua orang yang terlibat pembunuhan Marina dan Sie Jin akan terima akiba
Tempat ini berada di pinggiran Kota Astana, hampir 50 kilometer dari pusat kota, dengan petunjuk dari aplikasi di ponselnya, Balang berhasil juga menuju ke tempat ini.Tempat ini seperti ladang pertanian, sesuai petunjuk yang diberikan pria yang merampas telpon Sofia, Balang akhirnya sampai juga ke tempat ini. Balang berhenti sesaat sambil meihat situasi.Tanpa Balang sadari, ada puluhan pasang mata yang mengintai dirinya, mereka terus mengamati mobil jeep Balang yang berhenti ini.Sebagai prajurit lapangan, Balang justru makin curiga tempat ini sangat sunyi dan terlihat tenang sekali.“Hmm…agaknya mereka sengaja menjebak aku di tempat begini, daerah pertanian tanpa ada pepohonan, hanya ada rerumputan.” Pikir Balang dan melijat-lihat kiri kanan, tapi tak bayangan orang atau apapun yang mencurigkan. Balang akhirnya kembali menjalankan mobilnya. Baru 10 menitan mobil ini berjalan bommm…..!’ ledakan dahsyat terdengar.Mobil Balang terlempar hingga 5 meter ke udara, lalu jeep ini terhe
“Kakekkk orang ini sudah sadar,” anak kecil berusia 10 tahunan ini berteriak memanggil kakeknya. Si kakek pun mendatangi tubuh pemuda yang sejak 2 hari lalu tak sadarkan diri.Dia lalu mengganti daun di lengan kanan yang patah, juga di rusuk yang tulangnya sebagian retak. Tubuh pemuda ini sudah pakai selimut.“Siapa pemuda ini, wajahnya bukan orang Eropa, seperti blasteran Asia-Eropa, tapi kulitnya kayak orang Indonesia,” batin si kakek ini sambil memperhatikan wajah pria muda yang masih bengkak-bengkak itu.Pemuda yang baru sadar itu tak lain dan tak bukan Balang adanya, sempat kaget dan nanar melihat pemandangan asing di sekitarnya.Nasib Balang mujur, saat pingsan akibat siksaan sang jenderal lalu di lempar anak buahnya ke sungai. Dirinya di selamatkan kakek ini bersama cucunya, dan kini di bawa ke rumahnya.Kakek ini ternyata seorang tabib, dia mengobati Balang dengan obat-obatan tradisional. Bahkan tanpa sepengetahuan Balang, tangan kananya dan rusuknya yang patah secara ajaib su
Wanita yang hampir di rudapaksa ini langsung berlari ke arah pohon dan berlindung di sana. Balang yang melihat ini senyum saja, dia sadar saat ini tak boleh gunakan tangan kanannya untuk bergerak berlebihan.Trassss…trass…dua kali tusukan menuju ke perut Balang, wanita yang sedang berlindung di pohon sambil merapikan pakaiannya sampai berteriak ngeri. Karena Balang sama sekali tidak menghindar.Tapi kini si wanita itu langsung melongo, sedangkan si pria kasar ini malah melotot, tak dia duga, pria asing ini ternyata kebal bacok.Plakkk…sebuah tamparan tangan kiri Balang, langsung membuat pria itu sempoyongan, lalu kembali menyerang Balang dengan tusukan bertubi-tubi.Balang yang marah langsung menendang sekerasnya selangkangan pria ini dan akibatnya pria ini pingsan seketika.Baju pinjaman dari Kakek Lonov ini compang-camping, akibat tusukan belati berkali-kali ke tubuh Balang.“Keluarlah nona, semua sudah aman, kamu pulang kemana, mari aku antar!” panggil Balang, hingga wanita berambu
Begitu melewati sebuah dealer mobil-mobil jenis SUV dan jeep, tanpa ragu Balang mampir, sambil membawa karung berisi uangnya tadi, Balang cuek saja masuk ke dealer ini.Dua sales wanita sampai kaget dan menatap dari ujung kaki sampai ujung rambut ke Balang. Saat melihat pemuda ini masuk ke dealer mobil-mobil mewah ini, bawa karung lagi.Bagaimana tidak aneh, naik sepeda pancal, baju jaket dibuka hingga bagian dalam yang sobek-sobek keliatan.Anehnya, kenapa bawa karung, apa sih isinya…? Tapi tak mungkin usir tamu, karena tamu adalah ‘Raja’, biarpun penampilan bak gembel.Balang langsung duduk di kursi tamu mobil dealer ini. Seorang sales yang agaknya pintar Bahasa Inggris mendekati Balang.“Permisi…tuan mau apa ke mari?”“Tentu beli mobil…saya ingin beli yang itu…!” Balang menunjuk jenis jeep warna hitam, mirip mobilnya, yang dulu kena ledakan oleh komplotan Jenderal Henry. Tapi yang ini versi facelift alias seri terbarunya. “Itu tuan…harganya 69.550 euro (dalam rupiah 1,2 miliar),
Balang sengaja ke Desa Hygert untuk melatih diri dan kelihaiannya menembak. Dia ingat hutan di mana dulu menolong Dinara, adalah tempat yang paling aman dan nyaman berlatih, terutama sekali fisiknya.Selain sepi, hutan itu juga bisa melatih kepekaannya, karena selama hampir 2 bulanan lebih ini, dia banyak berdiam diri saja. Untuk menyembukan tulang tangn kanannya yang sempat patah. Juga iga nya yang retak, akibat siksaan sang Tuan Jenderal.Usai makan malam, Balang dan Dinara yang bertubuh jangkung, hampir setelinga Balang jalan-jalan di desa ini. Balang ingin melihat-lihat suasana desa, sekaligu mempelajari situasi.Bagaimanapun dia adalah orang asing di desa ini, dan waspada dan wajib hapal wilayah adalah ilmu di militer yang dia pelajari dulu di pendidikan militer.Dinara kini bercerita, ternyata dia sempat kuliah, namun mundur setelah semester 3, karena keterbatasan biaya. Setelah ayahnya meninggal dunia.“Apakah kamu pingin lanjutin kuliah lagi Dinara…?”“Pingin banget Balang, t
Gelisahnya Balang rupanya bikin Dinara senyum sendiri. Tiba-tiba tak sengaja saat menggeser pahanya, Dinara kaget karena ada sesuatu, yang sudah maksimal tegaknya dan terkena pahanya.“Hmm…pasti ini masalahnya!” pikir Dinara lalu makin merekah senyumnya.Balang kaget sekaligus terpejam, saat Dinara pelan-pelan menggeser badannya, dan kepalanya terlihat turun naik di bawah perut pemuda ini.Inilah pengalaman baru bagi pemuda ini, di Eropa orang tak perlu malu-malu kalau sudah kepingin. Dinara pun tak ragu dan sudah paham, kalau pemuda ini sejak tadi ingin bercinta dengannya.Sebagai wanita yang tinggal di negeri bebas, Dinara tak sungkan lagi, malam ini dia akan menuntaskan keinginan Balang.Karena dia pun mulai suka dengan pemuda tampan berbadan kokoh ini, lebih surprise lagi dirinya, size Balang tak ubahnya milik pria Eropa.Dinara melepaskan semua yang ada di tubuhnya dan juga tanpa ragu membantu Balang melepaskan semuanya.Kini tanpa malu-malu lagi Dinara menaiki tubuh Balang…dia i
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman