Tiara lalu menutup kios kecilnya di tatap si pria parobaya tampan ini, lalu dengan rikuh dia mempersilahkan masuk ke rumahnya yang sederhana.Hanya ada 3 kursi tamu sederhana dari kayu dan meja kecil, tanpa banyak bicara dia menyediakan kopi panas buat si pria ini.“Terima kasih…kamu ternyata masih ingat minuman kesukaanku…juga gulanya, yakni gula aren..!” si pria ini pun minum pelan-pelan.Tiara menatap saja si pria yang terlihat makin berwibawa, rambutnya pun sudah dwiwarna, walaupun masih lebat dan bercampur warna putih hitam. Kumisnya yang rapi juga dwiwarna, tapi justru makin menambah ke tampanannya.Badan pria ini masih kokoh dan terlihat rajin olahraga. “Pasti Aldot yaa memberitahu alamatku di sini…kapan kamu datang bang…?” Tiara memulai percakapan.Pria yang ternyata Brandon Hasim Zailani ini tersenyum kecil dan bilang dia baru saja mendarat di Manado dan langsung ke sini.“Iya…aku juga sudah melihat wajah Rika…anak kita, semingguan yang lalu aku vidcal dan kami ngobrol singka
“Ya udah…tak apa, tante ehh mama kita kasih waktu dulu pah, Rika…jangan di desak, kasian mama Tiara kebingungan!” Aldot lalu mengambil piring dan kini mereka makan siang bersama bak satu keluarga utuh.Setelah makan siang, Aldot dan Tiara kedip-kedipan mata melihat Brandon dan Tiara terlihat jalan-jalan berdua di bibir pantai, tak jauh dari restoran ini.“Duehh kayak Romeo dan Juliet versi tua yaa papa dan mama, liat dehh gandengan lagi, eh papa emank romantis…!” Rika tertawa kecil melihat kelakuan orang tua mereka, hingga Aldot ikutan tertawa mendengar ucapan adiknya yang ceria ini.“Ya…papa emank gitu, makin tua makin romantis, moga aja Mama Tiara mau jadi bini kedua papah,” ceplos Aldot.“Tenang bang, serahkan ke Rika, mulai hari ini mama ku suruh pindah dan tinggal di apartemen yang baru Rika beli bersama abang tempo hari, pokoknya Rika akan paksa mama menerima lamaran papah!”“Siap-siap kalo nikah kita bakal dapat adik baru nih, kan mama Tiara masih muda tuhh!” olok Aldot terbaha
Aldot membalik lelaki ini dengan kakinya perlahan, sambil waspada kalau pria ini ngamuk lagi, ternyata dia setengah pingsan. Aldot lalu mengambil air mineral di mobilnya dan memercikan ke muka orang itu, hingga dia sadar.“Bangunlah…atau golok kamu ini aku tebaskan ke badan kamu sekalian,” ancam Aldot dengan wajah dingin.“A-ammpun pak…jangan bacok saya, sa-saya kapok…nggak bakal ngganggu Olivia lagi,” lalu dengan perlahan dia bangkit dan pergi sambil meninggalkan goloknya yang kini di pegang Aldot.Merasa aman, wanita yang bernama Olivia itu kini keluar dari sisi mobil dan lega melihat pria itu sudah pergi.“Terima kasih pa…semoga dia kapok dan tak lagi menganggu saya dan anak saya, mari pak mampir dulu!” tawar Olivia.Entah mengapa Aldot mengangguk dan mengikuti wanita ini menuju rumahnya, warga yang melihat aksi Aldot tadi melumpuhkan mantan suami Olivia, memuji keberanian pemuda ini.Salah satu warga yang tadi berkerumun menyerahkan seorang anak kecil berusia 1,5 tahunan yang terl
Sampai kembali di rumahnya, Olivia terpekik kaget, saat membuka isi tas kresek hitam itu yang ternyata berisi uang 200 juta pecahan 100 ribuan.Sampai gemetaran lutut Olivia, seakan-akan tak percaya dengan penglihatannya, satu malam dia tidak bisa tidur dengan uang 200 juta yang dia simpan di bawah kasur dan tak sabar besok mau menyimpan di bank, takut kalau kenapa-kenapa bila di simpan di rumah.Dan besok paginya setelah kembali menitip si Boy ke tetangga sebelah rumahnya, di antar seorang ojek, Olivia ke bank untuk menyimpan uangnya itu, 30 juta di sisakan, dia ternyata membeli sebuah motor matic seharga 25 juta dan 5 juta buat sehari-hari.5 hari kemudian, Aldot kaget saat meninjau ke ruang interogasi ketika melihat Bandi, mantan suami Olivia tertangkap, tapi badannya babak belur, wajahnya terlihat bonyok.“Kasus apa si Bandi itu,” tanya Aldot pada seorang petugas interogasi.“Siap Ndan, begal motor, dia dan 3 kawannya di pergoki warga dan di pukuli hingga babak belur, dia ini resi
Rapat bikin boring Kompol Aldot, dia pun permisi keluar dari ruang rapat, Aldot ke Manado mewakili Kapolres yang di saat bersamaan ada acara dengan Bupati di Tahon.Saat akan mengambil kopi, Aldot mundur teratur, saking banyaknya anggota polisi lain berebut mengambil air minum ini.Ia akhirnya keluar dari lingkungan Mapolda Sulawesi Utara ini dan memilih jalan kaki mencari warung atau kafe.Namun langkah Aldot tertahan, saat puluhan sepeda motor dengan knalpot bisingnya lewat dan hampir saja menabraknya, Aldot tak jadi menyeberang dan membiarkan rombongan motor ini berlalu.Namun ada dua pengendara motor yang tiba-tiba meludahinya, kagetnya Aldot, untung dirinya sigap menghindar, hampir saja ia kena ludah. Lalu ada lagi yang mengacungkan jari tengahnya, Aldot terpaksa menahan kemarahannya melihat rombongan motor ini.20 motor dengan knalpot bising ini seakan mengejek markas baju coklat ini. “Hmm…cari penyakit ni orang-orang,” batin Aldot menahan emosi.Aldot terus saja berjalan kaki m
Malamnya giliran Olivia yang vidcal dan bertanya kapan Aldot balik lagi ke Tahon.“Kenapa udah kangen yaa…ntar merajuk, bilang perihlah, terus bilang kayak minum obat lah, dan jatah Si Boy berkurang lah ASI nya ke sedot aku..!” kelakar Aldot sambil tertawa terbahak, Olivia tak kalah tertawanya mendengar olokan kekasih gelapnya ini.“Hi-hi-hi perih dikit, tapi bikin ketagihan!” Olivia lalu dengan nakal memperlihatkan benda keramatnya, hingga si fuckboy ini melotot.“Yakin betah di sana, ayoo segera pulang, nihh udah siappp!” balas Olivia mengolok, dan terus tertawa lalu menutup lagi baju dasternya yang tak pake apa-apa lagi di dalamnya, karena dia sedang rebahan sambil memberi anaknya si Boy ASI, di rumahnya Olivia bersama seorang perempuan, yang juga adik sepupunya yang diminta Olivia menemaninya.“Udah becandanya, ntar sepupu kamu liat dan heran liat kamu berpolos-polos di kamar!” canda Aldot lagi, lalu mereka pun mengakhiri vidcal.Besok siangnya usai rapat lagi di Mapolda, Aldot me
Aldot kaget saat Sisca menelpon ibunya dan bilang malam ini dia dan Melly akan nginap di hotel mewah ini bersamanya.“Iya bu, kamar hotelnya ada dua, jadi kami sekalian aja nginap ya, soalnya sudah hampir jam 10 an malam nih!” Sisca tersenyum menelpon ke arah Aldot, lalu terdengar suara ibunya Sisca yang ternyata tak keberatan, hingga Aldot melongo sendiri.Padahal dirinya tak pernah menawarkan agar nginap pada dua abege ini, ia malah berniat meminta sopirnya Bripda Haja mengantar. Tapi tak di duga, Sisca dan Melly malah ingin nginap di hotel mewah ini.“Soalnya kami belum pernah nginap di hotel semewah ini bang, boleh yaa, jangan marah?” Sisca kemukakan alasannya, Aldot tertawa kecil mendengar ucapan Sisca, dan ia mempersilahkan keduanya masuk ke kamar yang satunya.“Ini udah jam 10 an malam, ayoo istirahat sana!” Aldot bak menyuruh adik sendiri dan mereka pun patuh tanpa membantah.Aldot pun juga masuk ke kamar, dia kini punya kebiasaan mengecek saham-sahamnya tiap ada waktu.“Astag
Aldot tersenyum mesem mendengar ucapan Melly, sebagai pria berpengalaman, si bangor ini paham, ada ke irian di mata Melly.“Hmmm…selamat yaa, kalian sudah sama-sama dewasa kini, sudah boleh donk pacaran!” pancing Aldot sambil menggodanya, dan kini minum lagi kopi yang baru di minum Melly.Melly tertawa kecil dan bilang dia sampai kini belum pernah pacaran. “Masih ori bang, semuanya!” canda Melly tertawa.“Masa..?” Aldot bikin wajah melongo seakan tak percaya. Melly langsung mengangguk dan bilang dia hanya ingin fokus sekolah tanpa mau di ganggu pacaran.“Banyak sih bang yang mau, tapi Melly malas ladeni!” ceplos Melly dan kembali mengambil kopi di tangan Aldot lagi, hingga kopi itu kini hanya tersisa sedikit.Mereka seakan kompak hanya minum di gelas itu saja, sehingga bekas keduanya silih berganti di bibir masing-masing.Melly bahkan tak sungkan mendekati Aldot, sehingga sang aparat muda ini mulai terbangkita hasratnya.Aldot lalu menarik pinggang Melly hingga gadis yang tak kalah ca
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman