Share

4. Rencana yang Gagal

Penulis: Mini Adila
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-10 07:44:00

Camilia menghentikan langkahnya sejenak, sebelum tiba di depan pintu ruangan. Dia mengedarkan pandangan ke segala arah. Banyak pasangan suami istri juga mondar-mandir di depan ruangan tersebut. Namun, tiba-tiba gadis bermata bulat itu semakin gemetar ketika melihat seorang perawat keluar dari ruangan sambil menoleh ke sana ke mari, seolah-olah mencari seseorang. 


'Ya Tuhan, saya tidak ingin melakukan hal ini. Beri petunjuk, Tuhan!' ratapnya dalam batin. Camilia kemudian berusaha menguatkan hatinya dan melangkah menghampiri seorang perawat yang masih berdiri di depan pintu dan mendekap sebuah map.


"Suster! Sa-saya ...." Camilia tak melanjutkan ucapannya karena merasa gugup di depan perawat rumah sakit itu.


"Iya. Ada yang bisa dibantu?" tanya perawat yang tampak ramah itu kepada Camilia.


"Bisakah saya pergi dari rumah sakit ini?" tanya Camilia.


"Maksud anda?" tanya perawat rumah sakit yang tampak kebingungan.


"Saya membutuhkan bantuan anda, Suster! Adakah pintu belakang untuk keluar dari rumah sakit ini? Maksud saya ... pintu lain selain pintu utama yang ada di depan. Saya mohon bantuannya, Suster!" ujar Camilia memohon bantuan dari perawat yang berdiri di depannya.


Perawat rumah sakit itu terdiam, tetapi pandangannya terus tertuju pada Camilia yang matanya mulai berkaca-kaca.


"Ayo, ikuti langkah saya!" seru sang perawat rumah sakit itu, setelah merenung sejenak. Camilia lantas mengikuti langkah perawat itu melewati lorong panjang rumah sakit. Tak berapa lama, keduanya tiba di sebuah pintu.


Perawat rumah sakit itu bergegas memutar handel pintu. Dia mengantar Camilia hingga keluar dari rumah sakit melalui pintu belakang.


"Terima kasih, anda telah membantu saya, Suster! Terima kasih banyak!" ucap Camilia sebelum berlalu.


"Terimalah ini untuk bekal selama di jalan!" Perawat itu menyodorkan sejumlah uang yang diraihnya dari dalam saku ke tangan Camilia.


"Terima kasih, Suster. Anda begitu baik mau menolong saya. Saya tidak akan melupakan bantuan anda. Terima kasih banyak, Suster!" ucapnya sembari membungkukkan badan tanda berterima kasih. Batin Camilia merasa beruntung bertemu dengan seorang perawat yang mau membantunya.


"Cepatlah berangkat! Saya juga akan kembali ke ruangan saya," seru perawat itu. 


Camilia mengangguk dan bergegas berlalu, sedangkan perawat rumah sakit itupun bergegas menuju ruangannya lagi.


***


Rumah Tuan Alfonso


Nyonya Besar merasa terkejut mendengar pengakuan Nona Alice jika pengasuhnya telah menghilang sejak pagi. Wanita tua itu kemudian memanggil asisten rumah tangga dan hendak menanyainya.


"Anna! Anna!" Nyonya Merry berteriak memanggil begitu tiba di depan ruangan dapur.


"Iya, Nyonya." Asisten rumah tangga itu kemudian datang tergopoh-gopoh menemui sang Nyonya Besar.


"Camilia pergi ke mana?" tanya Nyonya Merry.


"Saya tidak tahu, Nyonya. Sejak Nyonya berangkat ke rumah sakit tadi pagi, saya juga tidak melihatnya," sahut sang asisten rumah tangga itu.


"Apa tidak mengatakan pergi ke mana kepadamu?" selidik wanita tua itu.


"Tidak, Nyonya."


"Ya sudah, kembalilah lagi ke dapur!" perintah Nyonya Besar. 


Asisten rumah tangga itu mengangguk, kemudian bergegas kembali menuju ruang dapur. Nyonya Merry pun kembali menuju kamarnya sembari memikirkan keberadaan Camilia yang entah ke mana.


Nyonya Agatha yang menemui Tuan Reinhard di paviliun lain ingin mendengar kabar tentang Camilia.


"Apa? Dia tidak menggugurkan kandungannya?" gertak Nyonya Agatha dengan nada bertanya.


"Saya telah memerintahkan seseorang untuk mencarinya, Nyonya. Saya juga memastikan jika dia tidak akan bisa menghubungi Nyonya Merry dan Tuan Alfonso," sahut Tuan Reinhard.


Nyonya Agatha yang mendengar pernyataan asisten suaminya itu kemudian terdiam sejenak. Ucapan sang peramal yang mengatakan akan ada keturunan laki-laki dari wanita lain selalu terngiang-ngiang di telinganya. Wanita cantik dengan tampilan yang sangat modis itu tampak frustrasi.


"Mustahil. Hal ini sangat mustahil," gumam Nyonya Agatha. Nyonya Muda itu lantas berjalan menuju sofa sambil memegangi gelas berisi minuman beralkohol. Namun, baru beberapa langkah, dia terhuyung dan hampir saja tersungkur.


"Anda tidak kenapa-napa, Nyonya? Apakah anda baik-baik saja?" tanya Tuan Reinhard yang sigap meraih tubuh istri atasannya tersebut.


Nyonya Agatha menatap sinis ke arah asisten suaminya itu. Kemudian dia secepat kilat menyingkirkan tangan Tuan Reinhard yang tidak sengaja masih memegang lengannya. Namun, sesaat kemudian ucapan peramal itu berdengung lagi di telinganya. Kali ini, yang teringat adalah ucapan jika dia akan memperoleh keturunan laki-laki juga dengan lelaki selain suaminya.


"Apakah Nyonya baik-baik saja?" tanya Tuan Reinhard yang melihat Nyonya Muda itu berpegangan di kursi sambil termenung menatapnya lekat. Sesaat kemudian Nyonya Agatha yang membungkuk mencoba bangkit dengan uluran tangan asisten suaminya itu.


"Lepaskan!" pekik Nyonya Agatha sambil menyingkirkan kasar tangan Tuan Reinhard yang berusaha menolongnya. Lelaki itu kemudian mundur beberapa langkah. Sedangkan Nyonya Agatha kembali mengambil minuman dan menenggaknya.


"Cukup, Nyonya! Jangan lakukan itu lagi! Anda telah minum terlalu banyak!" seru Tuan Reinhard sambil mendekati dan berusaha mengambil alih gelas yang ada di genggaman Nyonya Agatha. Namun, tidak berhasil. Nyonya Muda itu mulai mabuk minuman beralkohol.


"Apa kamu peduli denganku?" tanya Nyonya Agatha, kemudian menenggak minumannya lagi.


"Hentikan, Agatha!" teriak Tuan Reinhard lagi membuat Nyonya Agatha terkejut dan langsung terduduk di sofa.


"Jangan sebut namaku! Aku adalah istri atasanmu," ancam Nyonya Agatha.


"Maafkan saya, Nyonya!" pinta Tuan Reinhard, kemudian mengambil gelas di meja saat Nyonya Agatha lengah. Lelaki itu lantas membalikkan badan dan hendak melangkah keluar paviliun.


"Apakah suamiku begitu menakutkan menurut dirimu?" tanya istri atasannya itu, saat Tuan Reinhard baru berjalan beberapa langkah dan terpaksa berhenti.


"Kalian berdua dibesarkan bersama-sama layaknya saudara. Kemudian setelah tumbuh dewasa, melihat orang yang kamu cintai bersama orang lain ... apakah kamu tidak sakit hati?" tanya Nyonya Agatha membuat Tuan Reinhard merasa kebingungan.


"Maaf! Saya tidak mengerti dengan yang Nyonya maksud," sahut lelaki yang menjabat asisten pribadi Tuan Alfonso itu.


"Apakah kamu akan terus-menerus hidup di bawah tekanannya? Apakah kamu benar-benar tidak mengerti arti sebuah penghinaan?" tanya Nyonya Agatha lagi.


"Saya benar-benar tidak mengerti akan hal itu, Nyonya." 


"Apakah kamu tidak sakit hati melihat diriku yang kamu cintai berlindung dan bersembunyi di balik badan atasanmu? Apakah kamu tidak frustrasi selama hidupmu?" cecar Nyonya Muda itu.


"Silahkan beristirahat, Nyonya!" balas Tuan Reinhard sambil menunduk hormat, seolah-olah tak peduli dengan pertanyaan Nyonya Agatha.


"Jawab pertanyaanku! Apakah kamu tidak frustrasi? Apakah kamu tidak punya harga diri? Apakah kamu tidak mengerti dengan sebuah penghinaan yang diberikan untukmu?" Nyonya Agatha masih saja mengejar jawaban atas pertanyaan yang sama dari asisten pribadi suaminya itu.


"Sejak awal, saya memang tidak memiliki harga diri. Saya tidak mengecam karena frustrasi, bahkan saya tidak peduli dengan arti penghinaan," tegas Tuan Reinhard kemudian, membuat Nyonya Agatha tak habis pikir.


"Menjijikkan!" tukas Nyonya Agatha.


"Bagaimana saya akan melawan orang yang telah menolong saya. Sejak kecil, saya sudah tidak mempunyai orangtua. Meskipun, orang saya cintai lebih memilih bersanding dengannya, saya tidak bisa berbuat apa-apa. Kecuali ... hanya pasrah dan menerima. Maaf, saya tidak bisa berbuat lebih untuk anda, Nyonya! Hanya sebatas inilah yang bisa saya lakukan," terang Tuan Reinhard. Sesaat kemudian asisten pribadi Tuan Alfonso itu benar-benar membalikkan badan dan melangkah lagi hendak keluar paviliun.


Nyonya Agatha berusaha bangkit dari duduknya dan bergegas mengejar langkah Tuan Reinhard. Nyonya Muda itu kemudian memeluk dari belakang asisten suaminya itu.


"Tinggallah bersamaku! Aku ingin tinggal dan hidup bersamamu," bisik Nyonya Agatha membuat Tuan Reinhard tersentak dan sigap menyingkirkan tangan Nyonya muda yang melingkar di pinggangnya. Namun, Nyonya Agatha tetap melakukannya lagi, memeluk erat pinggang asisten suaminya itu.


"Bagaimana kamu cemburu dengan wanita yang bisa memberikan keturunan laki-laki bagi suamimu, sedangkan sampai 7 turunan kamu tidak akan mendapatkannya? Kamu bisa memperoleh keturunan laki-laki jika benar-benar menginginkannya, tetapi dari lelaki lain, selain suamimu." Nyonya Agatha yang masih memeluk Tuan Reinhard tiba-tiba teringat dengan ucapan sang peramal lagi.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dhafinarvinoaltaf
cerita dak masuk akal..iya. kali perawat ny hamil Alfonso enggk tau..masak iya emakny dak ngasih tau ke anakny klau prwatny hamil..malas cukup sklian baca novel ini..dak logika n enggk nyambung
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pewaris Tunggal Sang Presdir   5. Keberadaan Camilia

    Beberapa bulan kemudianTuan Alfonso duduk termenung sendirian di ruangan kerjanya yang terpisah dengan rumah utama. Dia kemudian berdiri dan melangkah menuju kamar yang tersekat oleh dinding. Presiden Direktur perusahaan property itu kemudian menghampiri lemari kaca yang berada di sudut kamar.Lemari kaca telah dibukanya. Dia kemudian menyentuh sebuah kotak yang berisi peralatan pendeteksi tekanan darah. Hal itu mengingatkannya pada Camilia yang telah beberapa bulan menghilang. Batin Tuan Alfonso merasa rindu dengan perawatnya itu yang telah membuat dirinya jatuh cinta.Sementara, di rumah utama, Nyonya Merry menunggu kedatangan asisten pribadi kepercayaan anaknya. Nyonya Besar itu, sesekali mendongak ke arah benda bulat yang menempel di dinding."Permisi, Nyonya Besar! Saya telah datang," panggil Tuan Reinhard yang telah berdiri di depan pintu ruangan Nyonya Merry."Masuklah! A

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-11
  • Pewaris Tunggal Sang Presdir   6. Pertaruhan Nyawa

    Tuan Reinhard mengarahkan sebelah kakinya ke arah pintu yang terbuat dari kayu itu hingga terbuka. Dia lantas merangsek ke dalam kandang sapi tersebut. Camilia yang mendengar hal itu lantas mendelik ketakutan sambil menahan nyeri. Namun, wanita itu tak bisa berbuat apa-apa saat Tuan Reinhard telah berdiri di depannya."Jangan, Tuan! Saya mohon." Camilia lantas memohon iba dari Tuan Reinhard yang tampak berdiri angkuh dengan tatapan menyeringai. Lelaki itu seolah-olah ingin menerkam Camilia yang telah berhasil ditemukannya."Aduh!" teriak Camilia saat perutnya makin terasa berkontraksi. "Tolong saya, Tuan Reinhard! Tolong saya!" sambung wanita yang masih memakai seragam perawat itu. Dia lantas merangkak, meraih kaki Tuan Reinhard yang masih berdiri di tempatnya.Camilia terus mengiba memohon pertolongan, sedangkan Tuan Reinhard tampak termenung. Tak berapa lama, lelaki itu lantas membantu Camilia berdiri dan menuntunnya kembali menuju klinik.Perawat itu terus

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-12
  • Pewaris Tunggal Sang Presdir   7. Masa Kecil Brandon

    12 tahun kemudianWaktu berlalu dengan cepat, Camilia bersama anak semata wayangnya hidup tenang dan damai. Sejak kelahiran Brandon, 12 tahun yang lalu, mantan perawat itu lebih memilih menyingkir jauh dari kehidupan Tuan Alfonso dan keluarga besarnya.Matahari telah menerobos celah dinding rumah kontrakan sederhana Camilia. Wanita yang telah meninggalkan pekerjaan sebagai perawat itu, kini hanya mampu bekerja sebagai buruh cuci dan setrika tetangga sekitar rumah kontrakannya. Dia terkadang membuat kue jika ada pesanan yang menghampiri dirinya.Brandon tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas dan sedikit emosional. Namun, kebiasaan buruknya yang malas mandi membuat Camilia sebagai sang ibu merasa jengkel."Kamu tidak mandi mau berangkat ke sekolah? Astaga, Brandon ... jangan membuat malu ibumu ini yang pernah bekerja sebagai perawat!" keluh Camilia saat mendapati Brandon hanya membasuh wajah dan langsung berganti seragam sekolah."Ibu ... kata teman-teman

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-13
  • Pewaris Tunggal Sang Presdir   8. Teringat Camilia

    Tuan Kecil Jason masih bersikeras tidak mau keluar dari kamarnya meskipun telah dibujuk dengan diiming-imingi sejumlah uang dan hadiah berupa mainan oleh Nyonya Agatha."Jason, ayolah! Ayahmu sudah menunggu di bawah sejak tadi. Ganti bajumu!" seru Nyonya Agatha lagi, usai Nyonya Besar yang berteriak memanggilnya."Tidak! Aku tidak mau!" balas Jason yang terus menolak perintah ibunya tersebut."Jika kamu tidak mau keluar, aku akan memanggil orang untuk mendobrak pintu!" Nyonya Besar akhirnya berteriak lagi mengancam Jason.Anak lelaki berusia 12 tahun itu akhirnya membuka pintu dan keluar dari kamar. Rupanya, Jason takut dengan ancaman pintu akan didobrak paksa."Aku sudah keluar. Apa yang harus aku lakukan?" tanya Jason mengarah pada sang Nenek."Kamu pikir apa yang kamu lakukan? Ayahmu telah menunggu sejak tadi. Sedetik, semenit ... ayahmu selalu menghargai waktu daripada orang lain. Cepatlah ganti bajumu dan segera turun ke bawah! Kamu nanti men

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-14
  • Pewaris Tunggal Sang Presdir   9. Mencuri karena Sepotong Roti

    "Tuan Reinhard, tolong pertimbangkan usulan penjaga keamanan untuk membawa anak-anak ini ke kantor polisi!" seru Tuan Alfonso kepada asisten pribadinya tersebut."Baik, Tuan," balas Tuan Reinhard."Urus semuanya!" perintah Presiden Direktur itu lagi.Brandon bergegas lagi mendekati Tuan Alfonso setelah mendengar perintahnya kepada sang asisten pribadi."Maafkan saya, Tuan Presiden! Sekali ini saja. Saya tidak akan mengulanginya." Anak usia 12 tahun itu terus memberanikan diri memohon maaf."Kamu telah berani masuk ke sini dan mencuri. Itu tandanya, kamu harus memberanikan diri untuk bertanggung jawab apa yang telah kamu perbuat!" tegas Tuan Alfonso.Jason yang berdiri tidak jauh dari ayahnya tersenyum sinis melihat Brandon dan teman-temannya."Tuan Reinhard! Lebih baik panggil polisi ke sini saja!" perintah Tuan Alfonso. Kemudian Presiden Direktur itu melangkah menuju proyek."Tuan ... Tuan! Maafkan saya. Saya mohon, Tuan!" Ujar Brando

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-15
  • Pewaris Tunggal Sang Presdir   10. Permohonan Maaf

    Jantung Camilia berdegup kencang saat dari kejauhan dirinya melihat rombongan Tuan Alfonso keluar dari ruangan. Dia lantas bergerak maju berniat untuk menemui Presiden Direktur itu. Namun, bekas perawat keluarga itu harus menghentikan langkah saat menatap Tuan Reinhard yang sedang membukakan pintu mobil.Camilia lantas segera bergeser dari tempatnya berdiri dan menyandar di balik dinding bangunan tersebut. Dia teringat pesan Tuan Reinhard kala itu. Ancaman dari asisten pribadi Tuan Alfonso itu selalu terngiang di telinganya. Tak berapa lama, dirinya mendengar suara mesin mobil yang siap melaju.Ibu kandung Brandon bergegas membalikkan tubuh menghadap dinding, saat Tuan Alfonso dan rombongan yang mengendarai mobil melintas tepat di depannya. Jantungnya semakin berdegup kencang, ada rasa cemas jika Tuan Alfonso atau Tuan Reinhard melihat dirinya.Tuan Alfonso yang berada di dalam mobil, sekilas melihat ke arah Camilia melalui kaca spion bagian dalam. Namun, Tua

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-15
  • Pewaris Tunggal Sang Presdir   11. Perseteruan antara Mertua dan Menantu

    "Jason ... keluarlah dari ruangan ini dan masuklah ke kamarmu, sekarang!" perintah Nyonya Agatha tanpa peduli dengan kemarahan sang ibu mertua."Agatha! Apa yang kamu lakukan?" teriak Nyonya Merry melihat kelakuan menantunya itu. Wanita yang telah lanjut usia itu teriakannya tampak diabaikan oleh sang menantu."Jason! Apakah kamu tidak dengar? Keluar dari sini sekarang juga!" seru Nyonya Agatha lagi kepada anak lelakinya tersebut. Jason yang masih menangis lantas berlari keluar ruangan.Nyonya Merry memandang heran kepada menantunya. Wanita tua itu menggeleng menanggapi tingkah laku sang menantu yang tidak peduli dengan keberadaannya."Agatha! Kamu pikir ... kamu siapa? Berani-beraninya berbuat seperti ini di depanku. Kamu melawan perintahku!" seru Nyonya Merry yang tampak tidak kuat menahan emosi."Ibu! Ibu mertua! Tolong hentikan yang Ibu mau! Jason adalah cucu laki-laki yang selama ini diidam-idamkan kelahirannya di keluarga ini. Bagaimana bisa, Ibu

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-16
  • Pewaris Tunggal Sang Presdir   12. Sebuah Nama yang Mengingatkan Masa Lalu

    "Brandon, kenapa belum berangkat sekolah? Kenapa masih di sini?" cecar Camilia sambil mengatasi rasa gugup yang mendera batinnya. Brandon terdiam, tetapi kedua matanya menatap tajam ke arah ibunya tersebut yang sedang membawa satu ember besar berisi pakaian."Aku sudah tahu, Bu," ujar Brandon kemudian. Dia lantas membungkuk dan segera membalikkan badan, kemudian berjalan kaki menuju sekolah.Brandon merenung sepanjang perjalanan menuju sekolah. Dia ingin mencari cara agar bisa membantu sang ibu. Anak semata wayang Camilia itu tiba-tiba mendapatkan ide mencari barang bekas untuk dijual kepada pemasok.Anak lelaki berusia 12 tahun itu sebentar-sebentar berhenti saat menuju sekolah. Dia memunguti barang bekas yang ditemuinya di jalan, kemudian mengumpulkannya di sebuah rumah kosong. Brandon berniat mengambil dan menjualnya saat pulang sekolah.Pikiran Brandon tidak konsentrasi sama sekali saat di sekolah. Perbincangan ibunya dengan pemilik kontrakan tereka

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-17

Bab terbaru

  • Pewaris Tunggal Sang Presdir   45. Pengakuan Martin

    Brandon menjalani serangkaian operasi di bagian lengan dan tangan karena beberapa jemarinya nyaris putus. Ia yang terbaring di meja operasinya pikirannya berkecamuk, sesaat sebelum obat bius bereaksi di tubuhnya. Bayangan wajah ibunya, Martin, Angel bahkan gadis yang ia sangka Emily memenuhi otaknya silih berganti.Pandangannya makin lama makin kabur saat gorden ruang operasi telah ditutup. Kesadarannya perlahan hilang, meskipun masih mendengar apapun di sekitarnya. Brandon berharap operasi di tubuhnya lancar dan ia bisa kembali beraktivitas. Bahkan ia juga ingin membuat perhitungan dengan Martin.Sementara, Angel yang setia menunggu Brandon di rumah sakit merasa cemas. Butiran rosario ia genggam kuat sambil mengucap doa demi kelancaran proses operasi pemuda yang diam-diam ia cintai."Nona Angel! Nona sebaiknya pulang dulu, atau setidaknya makanlah di kantin. Saya khawatir dengan Nona," ucap Martin dengan wajah cemas.

  • Pewaris Tunggal Sang Presdir   44. Kecelakaan Kerja

    "Kamu mau ke mana?" tanya Angel begitu Brandon beranjak dari duduk.Brandon menoleh, menatap Angel dengan sorot mata yang sulit diartikan. Ia kemudian terkekeh, melihat gadis di hadapannya itu wajahnya bersemu merah."Kenapa bertanya aku mau ke mana? Kamu mau ikut?" tanya Brandon kemudian, tetapi Angel malah menggeleng."Gak usah tanya mau ke mana, kalau kamu gak mau ikut. Cantik-cantik, kok, plin-plan!" sindir pemuda itu sambil melirik genit ke arah Angel yang masih terpaku."Tapi!""Tapi, apaan?""Temani nonton, yuk!" seru Angel lantas tertunduk. Gadis itu tiba-tiba memberanikan diri mengajak Brandon."Nonton ke mana? Memangnya kamu gak malu jalan sama aku?" tanya Brandon yang urung melangkah keluar kamar."Kenapa aku harus malu? Kamu baik, tampan. Tapi kadang ngeselin, sih!""What

  • Pewaris Tunggal Sang Presdir   43. Berdua dengan Angel

    Brandon berada di stasiun telah hampir setengah jam lamanya. Pemuda itu sebentar-sebentar mengedarkan pandangan ke arah pintu keluar-masuk stasiun. Bahkan ia juga berusaha mengamati setiap penumpang yang naik maupun turun.Sebuah buku yang bertuliskan nama gadis tersebut masih dalam genggaman tangannya yang basah oleh keringat dingin. Brandon tiba-tiba merasakan degup jantungnya berdebar hebat, bersaing dengan suara laju kereta api yang melintas. Ia merasa grogi dan gugup sejak tadi, hingga batinnya berprasangka jika pemilik buku tersebut benar-benar milik gadis yang disukainya saat masih bocah.Tak terasa waktu terus merangkak naik, akan tetapi gadis bernama Emily itu tak kunjung ditemui Brandon. Bahkan batin Brandon sudah tidak sabar. Petugas informasi stasiun mengabarkan jika saat ini tepat jam sembilan pagi. Hal itu, pertanda jika Brandon telah berada di stasiun lebih dari dua jam lamanya.Brandon akhirnya memutuskan

  • Pewaris Tunggal Sang Presdir   42. Berharap itu Emily

    Brandon memasuki halaman luas sebuah rumah mewah. Beruntung, saat dirinya menyelinap, melewati gerbang para penjaga sedang tertidur. Dia lantas berhenti sesaat di halaman, membayangkan deretan masa lalunya. Masa lalu yang begitu menyakitkan baginya, membuat ia ingin membalas dendam atas kesakitannya itu.Sebuah bangunan rumah kecil berhadapan langsung dengan taman, lampunya tampak menyala terang. Pertanda ada seseorang yang Brandon kagumi sedang berada di sana. Perlahan kaki kekarnya melangkah mendekati bangunan rumah itu.Brandon mencari posisi yang tepat untuk mengintip aktivitas di dalam sana. Dia lantas bersembunyi di balik pagar dengan sesekali menyibakkan ranting tumbuhan pagar tersebut. Ekor matanya menatap sang ayah yang sedang beraktivitas di sana. Ayahnya yang telah dua belas tahun ia tinggal gara-gara mencari keberadaan Camilia.Lamunan Brandon mengembara. Ia ingin sekali membalas dendam kepada orang-orang yan

  • Pewaris Tunggal Sang Presdir   41. Salah Paham

    Brandon terkesiap dan lantas menarik lengan salah satu staf yang menolongnya. Ia bergegas menyingsingkan lengan kemeja lelaki itu. Namun, rasa kecewa justru ia dapatkan."Busyet! Kamu mencurigai diriku?" tuduh staf tersebut sembari menatap tajam, seakan-akan merasa jika Brandon tak tahu terima kasih telah ditolong. Brandon justru mencurigainya."Maafkan aku, Tuan!" pintanya sembari menangkupkan kedua tangan dan mencoba tersenyum meskipun sudut bibir Brandon terluka, begitupun dengan lelaki yang menolongnya itu.Tuan Jordan yang mengetahui Brandon dan salah satu stafnya itu sama-sama terluka, kemudian menyuruh kembali ke mes. Staf karyawan yang tidak sebegitu terluka itu kemudian menuntun Brandon menuju mes. Brandon sesekali meringis merasakan perih di beberapa bagian wajahnya.Brandon tiba di rumah yang merangkap kantor tersebut. Saat hendak melewati anak tangga menuju lantai atas, Angel melihatnya.

  • Pewaris Tunggal Sang Presdir   40. Keributan di Gudang

    Brandon terpaksa menerima keadaan untuk berbagi kamar dengan Jimmy. Walaupun dia sebenarnya kurang menyukai pemuda yang tampak sombong tersebut. Apalagi Jimmy juga menampakkan sikap kurang bersahabat dengannya.Kini, anak dari Camilia itu menghabiskan waktu lagi, untuk belajar sekaligus bekerja di kantor ayahnya Angel. Gadis yang terkadang membuat Brandon kesal. Selain belum diterima sepenuhnya oleh teman-teman untuk bergabung di perusahaan kontraktor tersebut, Brandon juga mendapat perlakuan tidak senang dari ayahnya Angel tersebut.Jika tidak karena Tuan Josh, mungkin pemuda itu tidak kembali ke tempat tersebut. Apalagi misinya untuk menemukan sang ibu belum juga berhasil. Jangankan menemukan sang ibu, menemukan orang bertato naga itu saja belum berhasil hingga kini."Hai, sekarang kamu bantu pindahin kayu-kayu itu ke gudang!" perintah ayahnya Angel membuat lamunan Brandon buyar seketika.Sejenak d

  • Pewaris Tunggal Sang Presdir   39. Dipaksa Kembali

    Setelah beberapa lamanya mengikuti tes tertulis dan praktik tahap pertama, Brandon lolos dengan hasil yang cukup memuaskan. Dia yang hanya mengandalkan pengalaman belajarnya dengan sang ayah dan tidak mengikuti pendidikan formal khusus di bidang itu, wajar saja dengan hasil ujian yang dicapainya.Hari berganti Minggu, begitu seterusnya. Usai mengikuti beberapa tahapan ujian, Brandon dinyatakan lolos semuanya dan berhak diterima ikut bekerja di kantor konsultan sekaligus perusahaan property tersebut. Namun, sekian lama bekerja dan menimba ilmu di sana, orang yang dicarinya tak jua ketemu, hingga pemuda itu merasa frustrasi.Brandon mengemasi semua barang miliknya dan memasukkan ke dalam tas ransel. Sejenak, dirinya berpamitan kepada Tuan Josh beserta keluarganya, tak terkecuali dengan Angel. Tuan Josh, membujuk dan menghalangi Brandon agar tidak meninggalkan mess. Namun, dengan berat hati Brandon tetap ingin pergi.***

  • Pewaris Tunggal Sang Presdir   38. Malaikat Penolong

    "Tunggu, Kek!" teriak Brandon, sambil berlari mengejar lelaki tua tersebut. Lagi-lagi dirinya mengusap kasar air mata yang sempat membasahi pipinya.Lelaki lanjut usia itu tampak menghentikan langkah dan menoleh ke arah Brandon. "Kakek, sepertinya aku memilih jalan yang kedua. Tapi bagaimana caranya masuk ke rumah itu untuk menyampaikan pilihan itu, Kek?" tanya Brandon begitu telah sampai di dekat lelaki tua itu. Napasnya tampak tersengal-sengal, meskipun hanya berlari dengan jarak yang dekat."Serius, kamu dengan pilihanmu?" tanya lelaki tua itu.Brandon mengangguk. Sejurus kemudian lelaki tua itu membalikkan badan dan berjalan ke arah rumah yang merangkap kantor konsultan property di seberang jalan. Anak dari Camilia itu lantas mengikuti langkah orang yang dipanggilnya kakek itu."Maaf, Kakek, kenapa tidak langsung ke gudang? Orang itu berada di sana, Kek," protes Brandon yang merasa heran, karena

  • Pewaris Tunggal Sang Presdir   37. Perdebatan Panjang

    Brandon bangkit dari tersungkurnya, kemudian melawan lelaki bertubuh kekar itu lagi. Tak hanya adu fisik, anak Camilia yang niatnya merasa terhalangi terus saja menyerocos dengan nada emosional. Sang pemilik gudang pun tak terima dengan sikap Brandon yang ugal-ugalan."Keluar dari gudang ini segera!" teriak lelaki yang baru saja melayangkan bogem mentah ke arah Brandon."Aku tidak mau. Aku harus menemukan orang itu! Aku tadi melihatnya ada di sini!" bantah Brandon yang tidak merasa takut sedikitpun."Sudah kubilang, tidak ada orang yang kamu cari di sini. Keluarlah segera, jika tidak ingin aku menghajarmu lagi!" hardik orang itu lagi kepada anak Camilia tersebut."Aku tidak akan keluar dari sini sebelum menemukannya. Hayo siapa dari kalian yang mempunyai tato naga di lengan!" teriak Brandon lagi."Rupanya kamu ingin melawanku, ya? Oke!" Lelaki yang menghardik itu kemudian mengham

DMCA.com Protection Status