BERSAMBUNG
Hecules ini transit di Bandara Sultan Hasauddin Makasar untuk nambah bahan bakar. Kemudian lanjut lagi menuju ke Papua.Brandi seolah terbangkit semangatnya, sekian lama tinggal di Jakarta dan tidak pernah berpetualang, membuat jiwa ‘perangnya’ kembali bangkit saat ini.Wajahnya terlihat berseri-seri, karena inilah yang sejak dulu dia harap-harapkan, Brandi bukan prajurit yang suka nongki di belakang meja, apalagi jadi Ajudan, seperti saat bersama Mr M dulu.“Inilah yang ku tunggu-tunggu, ngapain prajurit hanya nongki di belakang meja, itu cocoknya prajurit yang mendekati masa pensiun dengan perut buncit!” batin Brandi tak sadar senyum sendiri.Ingat banyaknya prajurit yang ‘bengkak’ tubuhnya, karena ke asyikan nongki di Mabes atau di Kodim dan Korem.Perjalanan awalnya relatif lancar, langit cerah, walaupun bulan hanya seperempat.Brandi bahkan kini di minta duduk di dekat pilot dan co pilot, yang ternyata seniornya di Angkatan Udara, mereka asyik bertukar pendapat selama di perjalana
Dengan tekhnologi canggih yang melekat di tubuh masing-masing, rata-rata mereka mudah menuju ke tempat mendarat yang lapang, termasuk Brandi dan Flora.Hanya dua orang yang sempat nyangkut dan langsung di tolong rekan-rekannya yang lain.Brandi ingat, dua orang ini yang paling kencang berdoa, saat pesawat alami turbulensi tadi. Dia hanya senyum saja melihat keduanya sampai gemetaran begitu turun dari pohon setinggi hampir 15 meteran dari tanah.“Padahal saat latihan, dua orang sering di puji instruktur, kenapa di lapangan malah letoy begini!” batin Brandi menahan tawa.Begitu sukses mendarat di hutan, mereka pun masing-masing dapat instruksi langsung dari K-N alias Kolonel Nara di Jakarta.Agar segera menyebar, sesuai dengan taktik sebelum mereka di terjunkan ke Papua saat ini.“Selamat bertugas dan hati-hati serta wajib waspada!” kata K-N dan telpon satelit pun di tutup.30 orang ini masing-masing di bagi 5 orang, sehingga kini mereka ada 6 kelompok. Setiap kelompok di tunjuk 1 ketua,
Brandi memasang anti peredam di ujung pistolnya, Flora dan ke tiga Agen yang masih merunduk kini memperhatikan saja ulah Brandi.Lalu dengan santainya, Brandi berjongkok dan berlindung di sebuah batu sebesar kerbau.Lalu, dupp…dupp… pistonya menyalak, dua orang kelompok bersenjata terjengkang, sisi kepala mereka tertembus peluru dan tewas seketika.Flora dan 3 Agen ini melongo, dari jarak 100 meteran, Brandi mampu menewaskan ke 2 orang tersebut. Benar-benar tembakan jitu dan mematikan.“Ikuti aku..!” bisik Brandi dan mereka kini menyusup-nyusup ke markas musuh yang makin dekat.Desingan peluru membuat Flora dan 3 agen lainnya sesekali tiarap di sungai kecil ini, hingga badan mereka basah kuyup.Brandi sebaliknya, dia hanya menunduk dan kembali melangkah hati-hati, matanya tetap waspada.“Gila ni orang, kayak punya ilmu kebal saja,” batin Flora terkagum-kagum, sekaligus ngeri sendiri.Namun langkah Brandi cs tertahan, tanpa di duga, ratusan anak buah Bagupai yang merasa di serbu keluara
Brandi tak mau gegabah langsung menyerbu kelompok Bagupai, dia melihat 19 orang ini agak terguncang jiwanya.Sebab baru pertama kalinya berperang di medan laga dan langsung berhadapan dengan musuh ganas. Hutan ini sama sekali tak mereka kenal dan tentunya sangat berbahaya.Brandi hanya bisa senyum di kulum, dia mengistirahatkan selama beberapa hari, sambil mulai pelajari situasi hutan Papua yang sangat lebat dan masih hutan perawan ini.Setiap hari mereka lakukan patroli dan pantau situasi, malamnya mereka kumpul di sebuah tenda untuk laporkan hasil pemantauan. Ada tiga tenda yang mereka bangun dan di jaga ketat bergantian.Sehingga dari sini mulailah terjalin ke akraban dan pastinya mulai buka-bukaan pribadi masing-masing.Dari 19 orang perwira, ada 10 orang yang secara apa adanya bilang masuk Akmil dulu karena…nyogok.“Orang tuaku sampai jual sawah dan kebun!” cerita seorang perwira berlatar Angkatan Darat ini berkisah sambil hela nafas.Ada lagi yang cerita, terpaksa menunda pernik
Brandi tak menyahut kelakar Flora, sebab ibunya sudah menjelaskan tidak pernah kenal dengan Brandon saat muda.Ela ibunya saat itu malah berkelakar, kalau Brandon tak mungkin jatuh cinta dengan gadis desa sederhana macam ibunya ini.Tapi kala itu Brandi sempat curiga, mata ibunya yang sangat ia kenal ini, seakan menyimpan sesuatu yang tak pernah mau di buka, hingga saat ini..!Ibunya saat muda memang cantik apalagi punya darah Sunda, tapi lahirnya di Kalimantan, karena ortu atau kakek neneknya sejak menikah sudah pindah ke daerah itu.Sedangkan ayahnya Alfonso asli Dayak dan Banjar, jadi anak Brandon darimana? Masa iya ibuku kenal tuan Brandon yang jauh di Jakarta, pikir Brandi geli sendiri.Pembicaran ini pun terpotong dengan bergabungnya Agen Letda Magda, lalu mereka bersenda gurau bertiga.Selama seminggu mereka mulai hapal hutan ini dan Brandi mulai lakukan misi gerilya melawan pasukan komplotan Bagupai.Sudah di duga Brandi, bantuan pasukan tak pernah datang menyusul mereka, hanya
Tapi Brandi hanya simpan keheranannya di hati, dia lalu putuskan mereka kembali bertahan di sini, sambil menunggu Amoi dan Samuel sehat.Brandi bahkan minta mereka bikin 3 pos sekaligus, untuk pantau situasi.“Kita harus waspada, sewaktu-waktu kelompok Bagupai bisa saja balik ke sini. Ingat, mereka hapal medan dan mudah untuk kembali tanpa kita duga-duga!” kata Brandi dan semua Agen mengangguk.Kini mereka semuanya tunduk dengan Brandi, walaupun sama-sama perwira, tapi soal taktik dan juga menguasai medan, Brandi lebih unggul di bandingkan agen-agen lainnya.Ternyata hujan masih terus turun dengan lebatnya, sehingga mereka lebih aman berteduh di kampung yang ditinggalkan Bagupai Cs ini.Brandi memuji juga dalam hati kelompok bersenjata itu, kampung ini sangat strategis, mereka bisa melihat dari penjuru manapun kalau ada musuh datang.Sehingga sebelum pasukan penyerbu datang, mereka duluan akan menembaki, dan itu terbukti saat mereka keteteran melawan kelompok bersenjata ini.Ternyata h
Hari ke 10 saat cuaca mulai cerah, Brandi kembali angkat ransel dan pimpin mereka bergerak, Amoi dan Samuel ikut serta, sehingga kini Brandi bawa 21 orang.Bukan perjalanan yang mudah, mereka harus kembali berjibaku dengan hutan yang sangat lebat dan pastinya merepotkan mereka.Untung saja Brandi Cs bawa Amoi, si kepala suku ini jadi penunjuk jalan yang hapal kondisi hutan papua, dan Amoi memang hapal tanah leluhurnya ini, sehingga dia tak ragu jalan di depan duluan.Amoi dengan goloknya bisa menjadi pembuka jalan yang membuat perjalanan pasukan Agen ini jadi lebih lancar. Tapi Brandi yang ada di belakangnya tetap wasdapa kawal si kepala suku ini.Brandi sampai kagum dengan Amoi yang nyeker saja, telapak kaki si kepala suku ini sangat kebal dan kuat, tak takut ke injak duri, bahkan badannya juga seolah kebal dari gigitan nyamuk yang amat ganas di hutan perawan Papua ini.Kadang mereka hanya tidur di gua, kadang malah naik ke atas pohon dan tidur dengan tubuh di ikat agar tak jatuh, aga
Brandi lantas maju duluan dan dia kini sudah berada di belakang pondok, kembali dia beraksi dan menembaki puluhan anak buah Bagupai yang berlindung.Samuel juga sama, keduanya malah seakan saling berlomba untuk membantai komplotan bersenjata ini.Mereka seakan sedang berlomba untuk menembaki semua anggota komplotan yang sedang kalang kabut menyelamatkan diri, tak menyangka malam ini akan di serbu pasukan khusus ini.Suasana sungguh kacau balau dan menyeramkan, teriakan kesakitan, bunyi senjata dan ledakan bergema di mana-mana.Enam orang Agen yang melihat aksi Brandi dan Samuel tak mau kalah, juga ikut merangsek maju menembaki anak buah Bagupai, yang terlihat kalap dan kalang kabut menembaki pasukan penyerbu ini.Walaupun tentu saja aksi mereka ini tak senekat dan seberani Brandi dan juga Samuel. Tapi setidaknya pasukan Bagupai makin terdesak. Mereka beranggapan, markas mereka ini di serbu banyak pasukan.Ke enam agen ini terheran-heran melihat Samuel begitu gesit bergerak, tak beda ja