BERSAMBUNG Hubungan Brandon Hasim Zailani dan Jenderal Anang Marjono yang penuh lika liku dan mendebarkan bisa di baca di novel Pewaris Tunggal sekuel 1.
Melihat sudah on 100 persen, Lea yang sudah terbakar nafsu ini, lalu melepas segitiga bermudanya yang sudah basah sejak tadi.Dia kembali sempat melirik Brandi, yang terlihat masih ‘nyenyak’ tidur.Lea lalu pelan-pelan mengangkangi tubuh Brandi dan mulai menggesekan hutan rimbunnya yang basah tadi ke arah si On ini.Terdengar bunyi orang berjalan di lumpur, begitu dua kutub berlawanan ini saling menggesek. Lenguhan pelan terdengar dari mulut Lea.Si on ini sudah mulai menyeruak lubang air mancur miliknya, yang terus mengeluarkan pelumas. Lea makin lupa diri dan pelan-pelan menekan punggungnya sendiri.“Gilaa…enak banget…!” desisnya tak mampu menahan jiwanya yang mulai terbang ke awan, setelah kepala yang mirip topi baja serdadu ini menyeruak masuk.Arggghhh…desis Lea kaget, tiba-tiba saja ada serangan rudal balistik yang masuk secara tepat ke dalam hutan rimbunnya, lalu menancap kokoh maksimal ke dalam rahimnya yang sempit.Brandi tersenyum dan menarik tubuh Lea lalu melumatnya dengan
Brandi bingung kemana harus hubungi Mr M, juga keluarganya. Untung saja Greta tak terlambat dibawa Brandi ke rumah sakit, andai telat satu jam saja, selesailah jiwa gadis cantik malang ini.Brandi lalu kontak si ART ini melalui telpon rumah, si ART ini sebut, semenjak lama hubungan keluarga Mr M tak akur lagi dan tidak saling kontak.“Hanya ada adik dari mendiang mama-nya Greta, tapi aku sudah lupa, di mana alamatnya, sebab sejak bertahun-tahun mereka lost komunikasi,” kata si bibik ini.Bingunglah Brandi, siapa kini yang harus dia temui dan beritahu kondisi Greta yang kini dalam perawatan intensief ini.Dia juga tak bisa kontak Mr M yang berada di LN dan masih jadi borunan interpol dan pastinya gonta ganti nomor ponsel, unuk hindari di lacak aparat.“Satu-satunya jalan…aku akan bertanya pada…tuan Brandon Hasim Zailani, mungkin dia masih kenal dengan keluarga ibunya Greta…! Sebab cerita Fujianti, mama-nya Greta ini mantan kekasih tuan Brandon di masa muda, sekalian aku akan kisahkan so
“Ada yang aneh kah…Lettu Brandi Alfonso?” tegur Brandon, hingga Brandi kaget dan buru-buru mendekati Brandon sekaligus menyalami pria ini, bahkan dia seolah terhipnotis hingga mencium tanga si taipan ini.“Duduklah…!” kata Brando dengan suara baritonnya yang sangat berwibawa. Kini mereka saling berhadapan.“Maaf kalau aku lancang Om….!” sahut Brandi, yang seakan ‘takluk’ di depan pria ini, yang baginya jauh lebih berwibawa dibandingkan Mr M.Brandi sebenarnya belum tau, kalau Brandon ini polisi non aktif yang baru saja naik pangkat jadi Jenderal Bintang 4, tak lama setelah sahabatnya Jenderal Anang Marjono jadi Kapolri.“Hmm…ada apa Brandon, ada yang bisa aku bantu?” tanya Brandon lagi sambil terus menatap wajah Brandi.“Om…tolong jangan marah, kalau ceritaku ini kurang berkenan dengan Om?”“Sudahlah, langsung saja ke pokok masalah, jangan terlalu banyak drama,” desak Brandon lagi, hingga Brandi makin serba salah.“Apakah…Om kenal dengan wanita bernama Sherly…?”Brandon terdiam sesaat,
“Kurang lebih 8 harian yang lalu Om?” sahut Brandi cepat.“Coba buka ponsel kamu, apa kode negaranya?” kata Brandon lagi. Brandi pun membuka ponselnya dan kode negaranya adalah Uni Emirat Arab.“Berarti si Mr M tidak berada di Eropa seperti dugaan aparat selama ini, tapi dia sudah kabur lagi Timteng. Hmm…baiklah, kamu catat alamat saudara Sherly, namanya Antoni, dia adik satu-satunya, tinggal di Sukabumi dan sudah memiliki anak istri. Itulah keluarga terdekatnya, orang tua mereka sudah lama meninggal dunia, usia Antoni 37 tahunan.” Kata Brandon tanpa basa-basi.Brandon tentu masih hapal dan ingat, dulu saat masih mesra, dia pernah antar Sherly ke Sukabumi, pas juga Brandon sekalian ingin pulkam ke Desa Cicangki. tempat kelahirannya.Sepanjang jalan mereka bercinta...tapi setelah dari sana, hubungan mereka tak lanjut.Tanpa Brandon sadari, kembali dia meninggalkan keturunan dengan mantan kekasihnya itu. Namun Topan yang di tuding Mr M bukan anak kandungnya itu tak berusia panjang.Sebel
Brandi di bawa Kolonel Nara ke sebuah tempat yang terpisah dari bangunan Mabes ini, tempat ini seperti sebuah kantor rahasia, yang terlihat di jaga amat ketat.Setelah melalui berbagai lorong, akhirnya sampailah di sebuah ruangan mirip ruang kuliah.Di sini sudah ada 11 orang dari berbagai angkatan, yang terdiri dari 3 wanita dan 8 pria, rata-rata pangkatnya Letnan Dua atau Letnan Satu.Bahkan Brandi melihat ada yang sudah balok 3 alias Kapten dan Ajun Komisaris Polisi yang berbaju coklat. Artinya 3 angkatan dan dari kepolisian juga ada yang direkrut. Umur mereka pun tak berbeda jauh, rata-rata 22-25 tahunan. Setelah diperkenalkan, Brandi pun di minta duduk di kursinya.Syarat utama lagi, mereka yang di rekrut wajib masih bujangan alias belum menikah.Ketiga wanita dari AD, AU dan kepolisian senyum manis menatap wajah tampan si perwira muda yang baru gabung ini.“Saudara-saudara sekalian, sebelum kalian nanti di nyatakan lulus dan bergabung sebagai bagian dari agen khusus, kalian se
Hecules ini transit di Bandara Sultan Hasauddin Makasar untuk nambah bahan bakar. Kemudian lanjut lagi menuju ke Papua.Brandi seolah terbangkit semangatnya, sekian lama tinggal di Jakarta dan tidak pernah berpetualang, membuat jiwa ‘perangnya’ kembali bangkit saat ini.Wajahnya terlihat berseri-seri, karena inilah yang sejak dulu dia harap-harapkan, Brandi bukan prajurit yang suka nongki di belakang meja, apalagi jadi Ajudan, seperti saat bersama Mr M dulu.“Inilah yang ku tunggu-tunggu, ngapain prajurit hanya nongki di belakang meja, itu cocoknya prajurit yang mendekati masa pensiun dengan perut buncit!” batin Brandi tak sadar senyum sendiri.Ingat banyaknya prajurit yang ‘bengkak’ tubuhnya, karena ke asyikan nongki di Mabes atau di Kodim dan Korem.Perjalanan awalnya relatif lancar, langit cerah, walaupun bulan hanya seperempat.Brandi bahkan kini di minta duduk di dekat pilot dan co pilot, yang ternyata seniornya di Angkatan Udara, mereka asyik bertukar pendapat selama di perjalana
Dengan tekhnologi canggih yang melekat di tubuh masing-masing, rata-rata mereka mudah menuju ke tempat mendarat yang lapang, termasuk Brandi dan Flora.Hanya dua orang yang sempat nyangkut dan langsung di tolong rekan-rekannya yang lain.Brandi ingat, dua orang ini yang paling kencang berdoa, saat pesawat alami turbulensi tadi. Dia hanya senyum saja melihat keduanya sampai gemetaran begitu turun dari pohon setinggi hampir 15 meteran dari tanah.“Padahal saat latihan, dua orang sering di puji instruktur, kenapa di lapangan malah letoy begini!” batin Brandi menahan tawa.Begitu sukses mendarat di hutan, mereka pun masing-masing dapat instruksi langsung dari K-N alias Kolonel Nara di Jakarta.Agar segera menyebar, sesuai dengan taktik sebelum mereka di terjunkan ke Papua saat ini.“Selamat bertugas dan hati-hati serta wajib waspada!” kata K-N dan telpon satelit pun di tutup.30 orang ini masing-masing di bagi 5 orang, sehingga kini mereka ada 6 kelompok. Setiap kelompok di tunjuk 1 ketua,
Brandi memasang anti peredam di ujung pistolnya, Flora dan ke tiga Agen yang masih merunduk kini memperhatikan saja ulah Brandi.Lalu dengan santainya, Brandi berjongkok dan berlindung di sebuah batu sebesar kerbau.Lalu, dupp…dupp… pistonya menyalak, dua orang kelompok bersenjata terjengkang, sisi kepala mereka tertembus peluru dan tewas seketika.Flora dan 3 Agen ini melongo, dari jarak 100 meteran, Brandi mampu menewaskan ke 2 orang tersebut. Benar-benar tembakan jitu dan mematikan.“Ikuti aku..!” bisik Brandi dan mereka kini menyusup-nyusup ke markas musuh yang makin dekat.Desingan peluru membuat Flora dan 3 agen lainnya sesekali tiarap di sungai kecil ini, hingga badan mereka basah kuyup.Brandi sebaliknya, dia hanya menunduk dan kembali melangkah hati-hati, matanya tetap waspada.“Gila ni orang, kayak punya ilmu kebal saja,” batin Flora terkagum-kagum, sekaligus ngeri sendiri.Namun langkah Brandi cs tertahan, tanpa di duga, ratusan anak buah Bagupai yang merasa di serbu keluara
Begitu sampai kembali ke kamar vila, Zoona dan Iqaala yang agak mabuk tak sungkan lagi memeluk tubuh kokoh Ryan.Sebenarnya keduanya tak mabuk-mabuk amat, hanya di buat-buat saja, agar tubuh mereka bisa di pegang Ryan.Ryan yang masih ‘normal’ membiarkan saja ulah keduanya, ia malah sengaja gerayangi tubuh keduanya, sehingga makin blingsatanlah keduanya.“Kedua bidadari Abang itu bisa di manfaatkan, nggak perlu Abang repot memata-matai tuan Al Tahyan,” itulah pesan Balang yang di ingat Ryan.Sehingga Ryan pun kini mulai sengaja bersikap nakal.Iqaala bahkan tak ragu mencopoti semua pakaiannya, juga setengah memaksa melepas pakaian Ryan, yang saat ini memakai celana jeans dan kaos, yang sore sebelumnya sempat beli di sebuah toko pakaian tak jauh dari vila ini.Begitu Ryan hanya kenakan CD doang, keduanya sampai berseru wow melihat body Ryan yang bersekal-sekal dan kokoh ini, makin leleran lagi melihat torpedo Ryan yang sudah menonjol di balik CD tipis-nya ini.“Amazingggg…sizenya…!” se
Apa yang di katakan Zoona dan Iqaala benar adanya, tempat dugem di sini tak kalah dari yang ada di Jakarta.Pengunjung pun juga membludak dan tempat ini terlihat penuh pengunjung.“Ahh bodohnya aku, Lebanon kan warganya campuran, letaknya juga sudah mendekat Barat, tak aneh gaya mereka ke barat-baratan, nggak jauh beda dengan di Indonesia,” batin Ryan.Ryan melihat Zoona dan Iqaala sedanga asyik ‘ajojing’ ria berbaur dengan pengunjung lainnya. Ryan menolak diajak goyang, dia beralasan masih capek. “Dua wanita Beirut yang menggairahkan, sayang kalau di lewatkan!”Kaget bukan main Ryan, tiba-tiba ada yang bicara begitu gunakan Bahasa Indonesia pula. Refleks dia menoleh dan senyumnya langsung sumringah.“Balang Hasim Zailani…!” seru Ryan, tak menyangka akan bertemu si tampan cool ini.Keduanya tanpa di duga saling berpelukan erat, entah kenapa bertemu Balang di sini Ryan seolah bertemu adik sendiri.“Bang kita ngobrol di luar yuks…biarkan saja dua bidadari Abang di sana, suara musik je
Ryan, pura-pura tak menggubris pandangan kagum kedua wanita jelita ini, dia ingin istirahat di kamar lumayan mewah di vila ini.Namun…gangguan itu datang lagi, tanpa Ryan duga, Zoona dan Iqaala juga kini berganti baju santai, yakni kaos ketat dan celana pendek, tak lagi berbaju ala militer.Lekak lekuk tubuh keduanya membuat mau tak mau Ryan melirik juga, tapi dia tak mau menunjukan kebangorannya.Ryan hanya hela nafas panjang, karena hatinya masih teringat Fareeha dan…aslinya belum puas untuk balas dendam, hawa membunuhnya sangat kuat saat ini. Kenapa tiba-tiba dia mau bertemu kelompok ini, awalnya Ryan mengira mereka ini kelompok perjuangan yang all out melawan pasukan zionis, namun kini dia mulai meragu.Apalagi diapun sadar diri, tak bisa sendirian melawan pasukan musuh yang miliki pasukan terlatih bersenjata lengkap.Dia butuh rekan seperjuangan yang lebih besar dari kelompok Abu Shekar, yang hanya miliki pasukan ratusan orang saja.“Aku akan bersabar minimal seminggu, kalau tid
Akhirnya mereka tiba di sebuah tempat yang di jaga ratusan orang berseragam ala tentara, inilah milisi yang di katakan Syarif tadi.“Jumlah anggota kami yang aktif dan resmi 3.500 an orang tuan Ryan dan yang tak resmi hampir 10.000 an orang, pemimpinnya Tuan Al Tahyan Farisi,” cerita Syarif.Kaget juga Ryan, artinya milisi ini bukan milisi biasa, banyak sekali anggotanya. Seragamnya pun tak ubahnya militer resmi pemerintahan.Ryan di sambut langsung sang pimpinan milisi Tuan Al Tahyan Farisi dan dua pembantu utama yang menunggunya di halaman markas milisi ini.Pria ini miliki brewok dwi warnanya lebih lebat dari milik Ryan dan tubuhnya agak tambun, tinggi badannya hampir sama dengan Ryan.Pakaiannya juga ala militer, lengkap dengan pistol nya di pinggang, bahkan ada tanda dua bintang di pakaianya ini, yang artinya Al Tahyan seorang pria berpangkat Inspektur Jenderal.Seorang pria gagah, walaupun Ryan taksir usianya pasti di atas 55 tahunan.“Akhirnya orang yang kami tunggu-tunggu datan
Trakk…trakk…! Senjata terkokang.4 serdadu yang berjaga di pos langsung todong mobil Ryan yang berjalan perlahan menuju ke gardu pos ini.Ryan tersenyum sinis, lalu secepat kita dia cabut pistolnya.Dupp…dupp..dupp…dupp!Empat tembakan beruntun dari pistol berperedam lagi-lagi milik Mayor Ehud yang juga ia pergunakan dulu untuk menyendera Letna Elita kini makan korban, empat serdadu itu tewas tanpa sempat berteriak.Tembakan Ryan yang di puji Suhail sangat lihai membidik ini tepat bersarang di wajah ke 4 serdadu zionis itu, yang di tembak dari jarak dekat.Tanpa turun dari mobilnya, Ryan terus jalankan mobilnya dan kini sudah berada di halaman kantor militer sekaligus merangkap mess ini.Ryan turun dari mobil, lalu menuju ke pintu depan yang di jaga dua serdadu dengan mata terkantuk-kantuk sedang duduk sambil sesekali minum bir.“Heiii siapa kaa…arghhhh!Suara si serdadu ini hilang berikut nyawanya, rekannya juga bernasib sama, lagi-lagi kepala yang Ryan bidik dari jarak dekat.Ryan
Ryan yang murka pun ikut lepaskan berondongan tembakan, tapi semua itu sia-sia belaka. Pesawat-pesawat tempur itu terbang lumayan tinggi dan bermanuver di udara.Abu Shekar perintahkan semua orang kabur sejauh-jauhnya dari tempat ini, karena pesawat-pesawat tempur terus memuntahkan rudal-rudal balistiknya.“Ryan ayoo kita pergi,” Suhail menarik lengannya.“Bagaimana dengan istriku Fareeha!” Ryan menolak pergi, ia masih cemas memikirkan nasib Fareeha.“Dia mungkin sudah pergi juga mengungsi ke tempat aman, ayoo sebelum terlambat,” desak Suhail.Mau tak mau Ryan pun ikuti semua orang pergi sejauh-jauhnya dari tempat ini. Api makin berkobar hebat bakar semua tenda pengungsian ini.Sepanjang jalan mata Ryan terus mencari-cari sosok istrinya, tapi sampai jauh pergi, tidak terlihat keberadaan Fareeha.“Fareeha di mana kamu sayang…!” batin Ryan makin cemas saja.Setelah hampir 2,5 jam menjatuhkan bom-bom-nya, 3 pesawat zionis ini menghilang di atas langit yang gelap.Berangsur-angsur para pen
“50 ekor onta…?” alis Ryaan terangkat saat tahu mahar untuk melamar Fareeha.“Iya…maharnya 50 onta, apakah kamu sanggup Ryan?” Suhail memandang wajah Ryan. Ia memang minta pendapat sahabatnya ini. “Berapa harga per ekornya?” tanya Ryan penasaran.“Per ekornya yang dewasa rata-rata 10 ribu riyal Arab Saudi!” sahut Suhail sampai memandang wajah Ryan.“10 ribu riyal di kalikan 50 ekor onta berarti 500 ribu riyal, kalau di rupiahkan artinya…2,1 miliaran lebih?” gumam Ryan ngitung dengan kurs riyal ke rupiah saat ini.Suhail hanya menganguk, dari hatinya yang paling dalam, dia sebenarnya berharap Ryan-ah laki-laki yang bisa persuntig sepupunya, yang di juluki bidadari gurun ini.Harapan Suhail terkabul..!Pertunangan dan…sekaligus pernikahan Ryan dan Fareeha bikin heboh para pejuang juga pengungsi, bukan heboh pernikahan itu, tapi maharnya yang fantastis…150 ekor onta.Ryan serahkan uang buat kelak di belikan onta tersebut dan Abu Shekar dengan sumringah setuju menikahkan keduanya.Karena
Ryan ternyata tidak langsung pulang ke Indonesia seperti janjinya dengan Letnan Elita. Dengan menyamar menjadi anggota Palang Merah Internasional, diam-diam kembali ke Yerusalem, untuk menemui Abu Shekar dan pasukannya…dan pastinya Fareeha.Ryan sama sekali tak takut, dia santai-santai saja saat melewati beberapa pos yang di jaga serdadu zionis.Dia sudah nekat, andai mereka (serdadu) akan memeriksa mobilnya, maka dia akan mengamuk dan menembaki serdadu-serdadu itu.Padahal di mobil ini ada duit tak sedikit dalam mata uang riyal Arab Saudi dan senjata otomatis miliknya. Namun melihat dia berseragam PMI, perjalanannya dengan mobil yang di beli di Jordania bersama Elita ini mulus-mulus saja, apalagi plat kendaraan ini ber plat negeri itu.Setelah melewati jalan-jalan tikus yang di ingat betul olehnya, Ryan pun sampai juga di persembunyian Abu Shekar dan pasukannya.Bukan main hebohnya mereka melihat kedatangan Ryan. Suhail sampai tak bisa berkata-kata saking terkejut dan senangnya.“Gil
Mendengar ini Ryan kaget sendiri, kata pulang seakan mengingatkan dia kalau saat ini diriya sudah bebas dan bisa kemanapun, bahkan terbang kembali ke Indonesia.Dan pastinya…kini dia memiliki uang yang tak pernah sekalipun ia impikan, jumlahnya-pun sangat fantastis, belum lagi berlian yang kini dia kantongi.Tapi…dia ingin menyelamatkan Letnan Elita dahulu, agar tidak di anggap ‘berkhianat’ dengan negaranya. Mendengar niatan Ryan, Elita terdiam dan dia pun tersenyum manis.Inilah persahabatan yang unik di antara keduanya, awalnya jadi sandera, lalu bermitra dan kini jadi sahabat baik.Pihak bank yang kini mendadak miliki aset luar biasa berkat tabungan Ryan, tak ragu service keduanya ke sebuah hotel berbintang terbaik di kota ini.“Selama tuan dan nyonyah ada di negara kami, maka seluruh hotel di negara ini kami bebaskan buat tuan dan nyonyah berdua, gratis selama tetap jadi nasabah kami,” kata si manajer bank ini sambil persilahkan Ryan dan Elita masuk kamar hotel.Keduanya sengaja ng