BERSAMBUNG Kisah kematian tragis Kelly dan Sarah, ibunda Aldot Hasim Zailani, bisa di baca di PEWARIS TUNGGAL, sekuel I
“Ada yang aneh kah…Lettu Brandi Alfonso?” tegur Brandon, hingga Brandi kaget dan buru-buru mendekati Brandon sekaligus menyalami pria ini, bahkan dia seolah terhipnotis hingga mencium tanga si taipan ini.“Duduklah…!” kata Brando dengan suara baritonnya yang sangat berwibawa. Kini mereka saling berhadapan.“Maaf kalau aku lancang Om….!” sahut Brandi, yang seakan ‘takluk’ di depan pria ini, yang baginya jauh lebih berwibawa dibandingkan Mr M.Brandi sebenarnya belum tau, kalau Brandon ini polisi non aktif yang baru saja naik pangkat jadi Jenderal Bintang 4, tak lama setelah sahabatnya Jenderal Anang Marjono jadi Kapolri.“Hmm…ada apa Brandon, ada yang bisa aku bantu?” tanya Brandon lagi sambil terus menatap wajah Brandi.“Om…tolong jangan marah, kalau ceritaku ini kurang berkenan dengan Om?”“Sudahlah, langsung saja ke pokok masalah, jangan terlalu banyak drama,” desak Brandon lagi, hingga Brandi makin serba salah.“Apakah…Om kenal dengan wanita bernama Sherly…?”Brandon terdiam sesaat,
“Kurang lebih 8 harian yang lalu Om?” sahut Brandi cepat.“Coba buka ponsel kamu, apa kode negaranya?” kata Brandon lagi. Brandi pun membuka ponselnya dan kode negaranya adalah Uni Emirat Arab.“Berarti si Mr M tidak berada di Eropa seperti dugaan aparat selama ini, tapi dia sudah kabur lagi Timteng. Hmm…baiklah, kamu catat alamat saudara Sherly, namanya Antoni, dia adik satu-satunya, tinggal di Sukabumi dan sudah memiliki anak istri. Itulah keluarga terdekatnya, orang tua mereka sudah lama meninggal dunia, usia Antoni 37 tahunan.” Kata Brandon tanpa basa-basi.Brandon tentu masih hapal dan ingat, dulu saat masih mesra, dia pernah antar Sherly ke Sukabumi, pas juga Brandon sekalian ingin pulkam ke Desa Cicangki. tempat kelahirannya.Sepanjang jalan mereka bercinta...tapi setelah dari sana, hubungan mereka tak lanjut.Tanpa Brandon sadari, kembali dia meninggalkan keturunan dengan mantan kekasihnya itu. Namun Topan yang di tuding Mr M bukan anak kandungnya itu tak berusia panjang.Sebel
Brandi di bawa Kolonel Nara ke sebuah tempat yang terpisah dari bangunan Mabes ini, tempat ini seperti sebuah kantor rahasia, yang terlihat di jaga amat ketat.Setelah melalui berbagai lorong, akhirnya sampailah di sebuah ruangan mirip ruang kuliah.Di sini sudah ada 11 orang dari berbagai angkatan, yang terdiri dari 3 wanita dan 8 pria, rata-rata pangkatnya Letnan Dua atau Letnan Satu.Bahkan Brandi melihat ada yang sudah balok 3 alias Kapten dan Ajun Komisaris Polisi yang berbaju coklat. Artinya 3 angkatan dan dari kepolisian juga ada yang direkrut. Umur mereka pun tak berbeda jauh, rata-rata 22-25 tahunan. Setelah diperkenalkan, Brandi pun di minta duduk di kursinya.Syarat utama lagi, mereka yang di rekrut wajib masih bujangan alias belum menikah.Ketiga wanita dari AD, AU dan kepolisian senyum manis menatap wajah tampan si perwira muda yang baru gabung ini.“Saudara-saudara sekalian, sebelum kalian nanti di nyatakan lulus dan bergabung sebagai bagian dari agen khusus, kalian se
Hecules ini transit di Bandara Sultan Hasauddin Makasar untuk nambah bahan bakar. Kemudian lanjut lagi menuju ke Papua.Brandi seolah terbangkit semangatnya, sekian lama tinggal di Jakarta dan tidak pernah berpetualang, membuat jiwa ‘perangnya’ kembali bangkit saat ini.Wajahnya terlihat berseri-seri, karena inilah yang sejak dulu dia harap-harapkan, Brandi bukan prajurit yang suka nongki di belakang meja, apalagi jadi Ajudan, seperti saat bersama Mr M dulu.“Inilah yang ku tunggu-tunggu, ngapain prajurit hanya nongki di belakang meja, itu cocoknya prajurit yang mendekati masa pensiun dengan perut buncit!” batin Brandi tak sadar senyum sendiri.Ingat banyaknya prajurit yang ‘bengkak’ tubuhnya, karena ke asyikan nongki di Mabes atau di Kodim dan Korem.Perjalanan awalnya relatif lancar, langit cerah, walaupun bulan hanya seperempat.Brandi bahkan kini di minta duduk di dekat pilot dan co pilot, yang ternyata seniornya di Angkatan Udara, mereka asyik bertukar pendapat selama di perjalana
Dengan tekhnologi canggih yang melekat di tubuh masing-masing, rata-rata mereka mudah menuju ke tempat mendarat yang lapang, termasuk Brandi dan Flora.Hanya dua orang yang sempat nyangkut dan langsung di tolong rekan-rekannya yang lain.Brandi ingat, dua orang ini yang paling kencang berdoa, saat pesawat alami turbulensi tadi. Dia hanya senyum saja melihat keduanya sampai gemetaran begitu turun dari pohon setinggi hampir 15 meteran dari tanah.“Padahal saat latihan, dua orang sering di puji instruktur, kenapa di lapangan malah letoy begini!” batin Brandi menahan tawa.Begitu sukses mendarat di hutan, mereka pun masing-masing dapat instruksi langsung dari K-N alias Kolonel Nara di Jakarta.Agar segera menyebar, sesuai dengan taktik sebelum mereka di terjunkan ke Papua saat ini.“Selamat bertugas dan hati-hati serta wajib waspada!” kata K-N dan telpon satelit pun di tutup.30 orang ini masing-masing di bagi 5 orang, sehingga kini mereka ada 6 kelompok. Setiap kelompok di tunjuk 1 ketua,
Brandi memasang anti peredam di ujung pistolnya, Flora dan ke tiga Agen yang masih merunduk kini memperhatikan saja ulah Brandi.Lalu dengan santainya, Brandi berjongkok dan berlindung di sebuah batu sebesar kerbau.Lalu, dupp…dupp… pistonya menyalak, dua orang kelompok bersenjata terjengkang, sisi kepala mereka tertembus peluru dan tewas seketika.Flora dan 3 Agen ini melongo, dari jarak 100 meteran, Brandi mampu menewaskan ke 2 orang tersebut. Benar-benar tembakan jitu dan mematikan.“Ikuti aku..!” bisik Brandi dan mereka kini menyusup-nyusup ke markas musuh yang makin dekat.Desingan peluru membuat Flora dan 3 agen lainnya sesekali tiarap di sungai kecil ini, hingga badan mereka basah kuyup.Brandi sebaliknya, dia hanya menunduk dan kembali melangkah hati-hati, matanya tetap waspada.“Gila ni orang, kayak punya ilmu kebal saja,” batin Flora terkagum-kagum, sekaligus ngeri sendiri.Namun langkah Brandi cs tertahan, tanpa di duga, ratusan anak buah Bagupai yang merasa di serbu keluara
Brandi tak mau gegabah langsung menyerbu kelompok Bagupai, dia melihat 19 orang ini agak terguncang jiwanya.Sebab baru pertama kalinya berperang di medan laga dan langsung berhadapan dengan musuh ganas. Hutan ini sama sekali tak mereka kenal dan tentunya sangat berbahaya.Brandi hanya bisa senyum di kulum, dia mengistirahatkan selama beberapa hari, sambil mulai pelajari situasi hutan Papua yang sangat lebat dan masih hutan perawan ini.Setiap hari mereka lakukan patroli dan pantau situasi, malamnya mereka kumpul di sebuah tenda untuk laporkan hasil pemantauan. Ada tiga tenda yang mereka bangun dan di jaga ketat bergantian.Sehingga dari sini mulailah terjalin ke akraban dan pastinya mulai buka-bukaan pribadi masing-masing.Dari 19 orang perwira, ada 10 orang yang secara apa adanya bilang masuk Akmil dulu karena…nyogok.“Orang tuaku sampai jual sawah dan kebun!” cerita seorang perwira berlatar Angkatan Darat ini berkisah sambil hela nafas.Ada lagi yang cerita, terpaksa menunda pernik
Brandi tak menyahut kelakar Flora, sebab ibunya sudah menjelaskan tidak pernah kenal dengan Brandon saat muda.Ela ibunya saat itu malah berkelakar, kalau Brandon tak mungkin jatuh cinta dengan gadis desa sederhana macam ibunya ini.Tapi kala itu Brandi sempat curiga, mata ibunya yang sangat ia kenal ini, seakan menyimpan sesuatu yang tak pernah mau di buka, hingga saat ini..!Ibunya saat muda memang cantik apalagi punya darah Sunda, tapi lahirnya di Kalimantan, karena ortu atau kakek neneknya sejak menikah sudah pindah ke daerah itu.Sedangkan ayahnya Alfonso asli Dayak dan Banjar, jadi anak Brandon darimana? Masa iya ibuku kenal tuan Brandon yang jauh di Jakarta, pikir Brandi geli sendiri.Pembicaran ini pun terpotong dengan bergabungnya Agen Letda Magda, lalu mereka bersenda gurau bertiga.Selama seminggu mereka mulai hapal hutan ini dan Brandi mulai lakukan misi gerilya melawan pasukan komplotan Bagupai.Sudah di duga Brandi, bantuan pasukan tak pernah datang menyusul mereka, hanya