BERSAMBUNG
2,5 tahun kemudian..!Bryan kini sudah kelas 12 atau kelas 3 SMU, waktu dua tahun sudah mengubah penampilan Bryan.Dari remaja culun dan berpakaian seadanya, menjadi remaja tampan maksimal dengan tubuh yang sangat bagus.Tante Weni pun kini akui, mulai keteteran layani keperkasaan pria simpanannya ini, walaupun tak setiap hari, paling sebulan 2 atau 3 kali dia bertemu Bryan, karena sibuk dengan bisnisnya.Dan suatu hari Bryan kaget saat Weni datang dengan dua kawan wanitanya, kedua wanita yang umurnya tak beda jauh dengan Weni terbelalak menatap Bryan.“Bryan, hari ini kamu senangkan dua temanku ini,” bisik Weni, hingga Bryan kaget bukan main.Tapi dia tak punya kesempatan untuk bertanya, kenapa Weni tak marah dia bersama wanita lain, malah meminta dia melayani?.“Wow…pantes kamu keteteran beb, brondong kamu begini ganteng dan wuihh lihat badannya, pasti itunya juga kekar banget beb!” seru dua kawannya genit.“Kalian boleh nikmatin dia di sini, tapi ingat ya janjinya, proyek itu buatku
Kebetulan lagi tante Weni bilang berada ke LN hingga satu bulan. Bryan pun makin plong dan makin mantap ikut ajang lomba grand final ini.Bryan bahkan diam-diam punya sebuah rencana, sehingga tanpa pamit dengan ART tua di rumah ini, apalagi tante Weni, usai ambil ijazahnya di sekolah, langsung pesan tiket dan terbang ke Jakarta.Sampai di bandara Soetta, Bryan sudah di jemput dua orang panitia dan di bawa ke sebuah hotel mewah untuk di karantina dan bergabung dengan 29 finalis lainnya, sebelum acara puncak di selenggarakan.Seperti biasa, peserta akan di kenalkan dengan dengan para bos-bos sponsor acara ini, Bryan kaget saat melihat Chulbuy ada di antara para bos-bos sponsor itu, bahkan jadi ‘pelindung’ yayasan yang adain acara ini.Chulbuy yang kini berpangkat Irjen Polisi tentu saja tak kenal lagi dengan Bryan, yang sudah menjelma menjadi remaja tampan dan kokoh serta menjadi salah satu peserta lomba para laki-laki macho ini.Bryan minder mengenalkan diri, karena dia melihat Chulbuy
Bryan kini lega, dia tidak lagi jadi gigolo, yang kadang harus layani wanita yang usianya lebih tua dari ibunya, andai ibunya masih hidup.Dia kini jalani kehidupan yang berbeda, Bryan bukan lagi pelajar polos yang iya-iya saja ikuti kemauan tante Weni. Tapi apakah tante Weni rela, mantan gigolonya yang bikin bisnisnya lancar kini ‘kabur’ darinya.“Bangsatt…kenapa dia malah jadi model dan kini tinggal di Jakarta,” sungut tante Weni, yang kaget bukan kepalang saat melihat sebuah bilboard besar iklan susu energy di pinggir jalan di Kota Surabaya.Bilboard besar itu bergambar pemuda tampan berbody kokoh tanpa baju, siapa lagi kalau bukan Bryan...!Makin kheki lagi Weni saat ART tuanya dia panggil dan bilang Bryan pergi ke Jakarta tanpa pamit, bahkan Bryan tak banyak bawa pakaiannya.Hanya bawa ijazah SMU-nya, juga buku tabungannya, serta beberapa stel pakainnya saja, plus 2 pasang sepatu, padahal pakaianya sampai satu lemari, juga puluhan pasang sepatu.Mobil hadiah darinya, semuanya di
Atas saran mami Latini lagi, Bryan pun ganti nomor hapenya, agar tak terus di ganggu Tante Weni. Bryan pun setuju, tentu saja dua sahabatnya Cholil dan Kadir langsung dia beritahu."Bagus Bryan, saatnya kamu lepas dar jeratan tante Weni," kata kedua sahabatnya.Gara-gara di tertawakan Rose yang kaget Bryan tak punya mobil saat menjemput dirinya di aparteman yang sengaja di sewakan perusahaan susu energy itu.Bryan akhirnya mulai mikir untuk beli kendaraan dengan uangnya sendiri.“Jangan-jangan kamu juga tak punya kekasih nih, tapi kamu masih normal kannn?” pancing Rose terkekeh sambil serahkan kunci mobil SUV berharga 450 jutaan dan minta Bryan yang bawa.“Nggak sempat, terlalu sibuk kerja Rose. Aku normal-lah, kalau nggak percaya, nanti kamu buktikan sendiri,” sahut Bryan cuek, makin nyaringlah Rose tertawa.“Sekarang aja aku buktikan, ku buka ya celana kamu, kalau ku pegang ngaceng, baru aku percaya,” sahut Rose cuek, kemudian saat lampu merah, Rose benar-benar tarik resliting celan
Namun Dean tak jadi lanjutkan selidiki Bryan, dia terlalu asyik berdansa dengan wanita-wanita cantik yang jadi tamu-tamunya.Bryan menjauh dan membiarkan Rose yang juga asyik berjoget dengan Dean, dia kini duduk di pojokan sambil menikmati wine di klub mewah yang malam ini digratiskan semuanya.“Bikin pusing ya liat kelakuan si Dean ini,” tiba-tiba ada suara seseorang di sampingnya.Bryan refleks menoleh dan kaget di dekatnya sudah ada remaja yang lagi-lagi wajahnya tak kalah tampan dari Dean, tapi agaknya lebih muda.“Biasa…namanya juga orkay,” sahut Bryan kalem.“Kenalkan, namaku Balang Hasim Zailani, aku adiknya Dean, selisih umurku dan Bang Dean hanya setahun, kami beda ibu!” remaja tampan ini sodorkan tangannya dan Bryan kembali terkejut, remaja ini ternyata bukan anak sembarangan.Lalu ia-pun buru-buru terima uluran tangan remaja jangkung ini, tubuhnya juga kokoh mirip dirinya.“Namaku Bryan!”Mereka saling genggam dengan kokoh, tanda rajin olahraga.“Hmm…wajah kamu kok mirip Ban
Pagi nya jelang siang…!“Gelo kamu Bryan, aku mesti istirahat semingguan gara-gara kamu hajar sampai pagi” sungut Rose yang langsung berubah jalannya, ketika pamit.“Tapi kamu suka kan..? Pintuku akan selalu terbuka kalau kamu mau ke sini, gratis!” canda Bryan, dan hidung mancungnya langsung di tarik Rose, gemas dengan rekan kerjanya sekaligus teman tapi mesranya ini."Ingat ya, aku ini simpanan gadun, tak ada cinta, antara kita, tapi saling membutuhkan!" cetus Rose, seakan mengingatkan Bryan jangan berharap lebih pada hubungan minor mereka.Hubungan keduanya makin dekat, tapi bukan pacaran, teman tapi saling membutuhkan kehangatan!“Paket…dari siapa..?” Bryan heran satpam apartemen mengantar paket buatnya yang isinya lumayan erat, padahal dia tak pesan apa-apa.Tapi Bryan menerima dan ia tentu saja penasaran apa isinya, begitu di buka, Bryan kaget ada bau busuk.Tapi begitu terbuka hampir melompat dia saking kagetnya, ternyata paket itu kepala anjing, yang sudah berbelatung dan bauny
Bryan terbang ke Banjarbaru, tujuannya yang pertama menuju ke rumah ibu angkatnya yang dulu pernah menampungnya.Hampir pangling Acil Imas ibu angkatnya, melihat kedatangan Bryan yang kini berubah total. Kulit makin kinclong, tubuh makin kokoh alias kekar dan pastinya makin jangkung saja.“Ya Allah Bryan, kamu beda banget, ibu lihat loh bilboard gede yang bergambar pria gagah, ehh ternyata kamu tuhh modelnya,” kata Acil Imas sambil terkekeh.Bryan trenyuh melihat kondisi rumah ibu angkatnya yang makin jelek, yang jualan gorengan Aci Imas pun kini hanya tersisa dua orang, padahal dulu ada 7 orang termasuk dirinya.Sampai berdempetan mereka tidur di rumah keci ini dan tak sekali dua kali Bryan terpaksa tidur di teras atau pindah ke mushala kala itu.“Mereka kan dulu seumuran denganmu, setelah dewasa cari kerja yang lebih layak. Sekarang Acil hanya di bantu dua anak yatim yang kini masih keliling jualan,” kata Acil Imas sambil mengeluh LPG 3Kg makin sulit di dapat, sehingga kini dia beral
Rumah ber-onarmen klasik modern ini berdiri megah di kompleks perumahan kelas menengah atas di kota ini.Hanya orang berdokat tebal bisa tinggal di kompleks perumahan mewah ini.Pagarnya juga tinggi dan cat putih, sehingga rumah megah ini terkesan agak angkuh dan tak sembarangan orang berani ke sini.Inilah rumah tuan Abi Sofyan, yang dikatakan Paman Alui suami siri Bu Nat kemarin, sehingga ke sinilah Bryan menuju hari ini.“Anda siapa, mau cari siapa?” satpam di depan pagar tinggi ini menatap Bryan, ia pun sebutkan siapa namanya dan juga tujuanya, si satpam ini terlihat kaget.“Tapi…tuan Abi Sofyan sedang sakit mas, beliau kena stroke sudah 3 tahunan ini dan nggak bisa bicara,” kata satpam dan kini gantian terlihat Bryan yang kaget.“Bolehkah saya jenguk beliau?”Bryan yang penasaran tentu saja ingin bertemu langsung dengan tuan Aby Sofyan.“Sebentar, saya mau telpon ke dalam dulu ke perawatnya, semoga beliau berkenan beri izin,” kata si satpam ini dan dia permisi ke pos jaganya.Tet
Ciiittt…Hagu terpaksa rem mendadak mobil, di depan mereka dari jarak 150 meteran, terlihat puluhan aparat keamanan sedang razia semua mobil yang lewat.“Bang, apa langkah kita selanjutnya?” Hagu menatap Prem, yang di tatap terlihat tetap bersikap tenang.“Cudai, di mana hotel atau penginapan yang bisa jadi tempat kita sembunyi dulu,” dengan suara kalem Prem menoleh ke arah Cudai dan 4 gadis cantik asli Kamboja ini.Kedua bangor ini aslinya selalu nyalang menatap ke 5 nya, selain manis, tubuh mereka yang mungil di depan kedua orang tinggi besar ini juga bikin keduanya penasaran, terutama Prem, si bangor kakap.Cudai pun sebutkan tempatnya dan Hagu tanpa ragu membelokan mobil nya ke arah jalan yang di sebut Cudai banyak berjejer motel di daerah pantai di wilayah Sihanoukville ini.Setelah hampir 40 menitan muter-muter, Hagu pun hentikan kendaraannya di depan sebuah motel kelas bintang di tempat ini.Karena Hagu yang lebih paham bahasa Kamboja, dia pun turun dan menemui resepsionest mote
Kini sudah 5 orang penjaga yang pindah alam di buat kedua pemuda ini. Keduanya mulai mendekati vila ini, sisanya penjaga yang lain masih belum menyadari kehadiran keduanya.Hagu kini incar dua orang yang terlihat agak terpisah dengan penjaga lainnya, begitu keduanya lengah, dengan gerakan cepat Hagu menerjang dan memukulkan popor senapan rampasan tadi.Buukk…bukkkk…!Dua orang ini langsung tersungkur. Tapi kali ini perhitungan Hagu meleset, rekannya yang lain melihat aksi Hagu.“Heii ada penyusup,” teriaknya dan gegerlah tempat ini, puluhan orang langsung mendatangi tempat ini.Dorrr…dorrr..dorrr…!Prem beraksi, tembakan jitunya langsung lumpuhkan 3 orang sekaligus, yang lain terkejut tak kepalang, mereka langsung membalas tembakan Prem.Hagu yang melihat ini tak tinggal diam, dia juga memberondong dengan senapan rampasan ini.Hebohlah tempat ini, perang skala kecil pun tak terelakan, sudah 12 orang anak buah Joni White bergelimpangan di tanah.Aksi nekat kedua pemuda ini memang tak ke
Vila Kocon berada di agak jauh dari pusat kota Phnom Penh. Kesinilah Prem dan Hagu menuju.“Hagu, dari informasi yang aku dapat, anak buah Joni lumayan banyak di sini, hampir 50 an orang dan semuanya bersenjata, jadi hati-hatilah.”Prem langsung mengingatkan Hagu, walaupun punya pengalaman sebagai milisi, tapi jangan salah, mafia yang dihadapi lebih ganas dan menakutkan, Prem menambahkan peringatannya ke Hagu.“Iya Bang!”Hagu tentu saja tak membantah, dia sudah tahu pengalaman Prem sebagai seorang agen sangat tinggi jam terbangnya, sudah lintas negara dan tak sekali dua kali hampir tewas di tangan musuh!Prem memang apa adanya kisahkan pengalamannya, tanpa bermaksud menyombongkan diri dan Hagu pun percaya cerita ini.Dulu Balanara pernah cerita punya adik yang seorang agen asal Pakistan, tak Hagu sangka mereka malah dekat saat ini. Si adik itu inilah orangnya, Prem Khan atau Prem Hasim Zailani."Aku juga baru tahu, kami satu ayah beda ibu, ayahku memang flamboyan alias playboy, di man
Tentu saja Hagu hanya bercanda, sengaja untuk manasin Prem. Hagu sampai sakit perut menahan tawa melihat kelakuan Prem.Yoana sudah terbuka dia punya kekasih, namun bersama Hagu dia tak bisa menolak dan pastinya ngaku sangat menikmati bercinta dengan Hagu.Yoana bahkan dengan apa adanya bilang, kalaupun kelak hamildun dengan Hagu, dia tak masalah."Kan pemberian Abang Prem cukup bikin aku dan Lisa buat modal pensiun," ceplos Yoana enteng, hingga Hagu pun ikutan senyum melihat si cantik menggemaskan ini. “Whatsss…you dapat perawan, sialan kauuuu, kalau tahu Yoana masih bersegel, kita tukeran ajee tadi malam,” cetus Prem dan keduanya tertawa bersama, kini keduanya makin dekat saja dan serius bicarakan soal Joni White, juga siap hadapi segala kemungkinan di sini.Prem juga bilang, mafia-mafia di sini terkenal kejam dan tanpa ampun.“Intinya…Joni White ini sebenarnya salah satu target, walaupun tak begitu utama, sebab aku masih memburu salah satu mantan pejabat militer Pakistan yang masih
Hagu dan Yoana saling lempar senyum saat mendengar suara desahan lumayan heboh di kamar. Mereka tadi sempat ke klub dan kini balik ke kamar Prem.Prem dan Lisa sedang bercinta!Keduanya rupanya sudah spanning tinggi dan langsung ngamar, tak peduli dengan Hagu dan Yoana yang masih duduk di sofa kamar ini.Sebelum masuk kamar, Prem dengan cueknya bilang, nanti Lisa dan Yoana akan dapat bonus gede, termasuk Hagu hasil menang judi tersebut.Tentu saja Lisa dan Yoana semriwing tak terkira. Hagu beda, dia tetap cool dan senyum saja.“Lisa ribut juga ya suaranya,” cetus Hagu buka obrolan.“I-iya Bang…gitu deehh,” sahut Yoana tersenyum malu-malu.“Kita ke kamar ku saja yuks, kita jadi kambing cungik di sini, dengarin keduanya bercinta,” ajak Hagu dan Yoana langsung mengangguk.Kamar Hagu tak beda jauh dengan kamar Prem, sama-sama bertipe suite.“Kalau kamu ngantuk, silahkan tidur di kamar Yoana!”Hagu melihat jarum jam sudah menunjukan pukul 1.30 dinihari. Dia sebenarnya memikirkan…Joni White
Joni sesaat terdiam, dia membuka kartu bawahnya, yang ternyata King sekop. Artinya dia punya 2 king dan 2 kartu 9.“Ha-ha-ha…anda menggertak rupanya…hmm baiklah!” Tiba-tiba Joni membuka kartunya, dan langsung bilang ikut, sambil sodorkan koinnya ke tengah!Prem menoleh ke samping, dia lihat Hagu sangat tegang, juga Lisa dan Yoana. Joni terkekeh melihat Prem sepertinya kebingungan.Kalau kalah…maka selesailah permainan ini, karena modal Prem ludes!Prem lalu perlahan menarik kartunya, dan mata Joni terbelalak, kartu bawah Prem ternyata…As hati.Artinya kali ini Prem yang menang.“Sayang sekali kali ini aku yang menang tuan Joni,” ceplos Prem dan semua koin taruhan kini di tarik seorang petugas dan kini modal Prem naik jadi hampir 12 juta dolar.Gara-gara itulah, konsentrasi Joni terganggu dan dia mulai agak emosi. Permainan berikutnya terus berlanjut dan akhirnya modal keduanya mulai berimbang, yakni sama-sama 37,5 juta dolar.Permainan judi tingkat tinggi kini mulai panas dan mendebark
Hagu sampai tak habis pikir, betapa hebatnya Prem berubah total menjadi seorang yang sangat berwibawa dan tenang di meja judi ini.Permainan pun di mulai, dan tepat seperti yang di duga, Joni White sangat hebat menggertak musuh-musuhnya, rata-rata di kartu 4 dan 5 musuh-musuhnya keder dengan keberanian Joni White menggertak.Apalagi sebelum kartu di bagi, semua pemain judi wajib setor 100 ribu dolar, atau koin warna hijau, sebagai tanda ikut.Prem pun terlihat geleng-geleng kepala, modalnya sudah susut hingga 4 juta dolar amerika, tapi gaya Prem tetap mengagumkan, dia tenang dan tak terlihat panik seperti 5 penjudi lainnya.Permainan judi poker lanjut dan kini kartu mulai di bagi, ternyata yang memanggil kini Prem, kartunya yang datang pertama adalah As hati, Prem cek kartu bawahnya, senyum mengembang di bibirnya.Tanpa ragu dia melempar koin yang bernilai 10 ribu dolar, semuanya langsung ikut karena kartu-kartu mereka bagus.Kartu ke 3 nya yang datang ternyata 2 wajik, sehingga Joni t
Gappp…!Hagu kaget, bahunya di tepuk Prem. “Sabar…si kumis itu kan yang jadi incaran kamu?” bisik Prem, Hagu pun kaget dan tak sadar mengangguk.Hatinya yang tadi mendidih kontan luluh dan kini dia seolah jadi anak yang baru belajar menahan sabar.Prem lalu berbisik dan Hagu mengangguk paham. “Ingat jangan bertindak kekanakan, santai saja,” cetus Prem lagi lalu menjauh, karena Yoana sudah kelar dari toilet.Saat akan kembali ke meja mereka, Hagu terdiam, juga Yoana, saat Prem yang asyik bersama Lisa sedang di dekati Joni White dan mereka terlibat obrolan.Dengan perlahan, keduanya mendekat dan mendengarkan apa yang sedang Prem dan Joni White omongkan tersebut.“Jadi anda mau menantang saya main judi Tuan Joni White?” Prem terlihat bersikap tenang dan tidak menunjukan ekspresi berlebihan.“Ha-ha-ha, ya, kalau Tuan Prem Khan berani kita akan main poker, bagaimana?” cetus Joni White sambil melirik ke Hagu dan Yoana yang kini berada di dekat Prem.“Oke…pantang bagi saya menolak main judi,
Ting tong...!Hagu bergegas buka pintu kamar hotelnya dan dia kagum sekaligu geleng-geleng kepala, di depannya sudah berdiri Prem dengan stelan jas tanpa dasi.Bahkan di bagian dadanya sengaja sedikit terbuka, sehingga dada bidangnya yang lumayan lebat bulunya terlhat jelas. Ganteng maksimal sekali pemuda ini dan Hagu tak ragu memujinya.“Lohh kamu belum siap brother, ini sudah jam 19.15 loh,” tegur Prem, karena Hagu masih berbaju kimono, setelah mandi.“Iya deh tunggu sebentar, aku berpakaian dulu,” Hagu pun cepat ke kamarnya dan membiarkan Prem santai sejenak di ruang tamu kamar bertipe suite ini.Tak sampai 10 menitan, gantian Prem yang menatap kagum ke Hagu. Saking kagumnya, dia memutari tubuh Hagu, yang kini makin ‘berkelas’ dengan stelan jas mahal.“Gileee loh, kamu tak kalah ganteng, pakai bingit lagi, tapi kita jangan gandengan jalan ya, nanti di kira sekong!” cetus Prem, hingga Hagu makin tertawa lebar, benar-benar si Prem ini lucu dan kocak.“Oh yaa…selamat ultah ke 24 tahun