BERSAMBUNG
Bryan kini lega, dia tidak lagi jadi gigolo, yang kadang harus layani wanita yang usianya lebih tua dari ibunya, andai ibunya masih hidup.Dia kini jalani kehidupan yang berbeda, Bryan bukan lagi pelajar polos yang iya-iya saja ikuti kemauan tante Weni. Tapi apakah tante Weni rela, mantan gigolonya yang bikin bisnisnya lancar kini ‘kabur’ darinya.“Bangsatt…kenapa dia malah jadi model dan kini tinggal di Jakarta,” sungut tante Weni, yang kaget bukan kepalang saat melihat sebuah bilboard besar iklan susu energy di pinggir jalan di Kota Surabaya.Bilboard besar itu bergambar pemuda tampan berbody kokoh tanpa baju, siapa lagi kalau bukan Bryan...!Makin kheki lagi Weni saat ART tuanya dia panggil dan bilang Bryan pergi ke Jakarta tanpa pamit, bahkan Bryan tak banyak bawa pakaiannya.Hanya bawa ijazah SMU-nya, juga buku tabungannya, serta beberapa stel pakainnya saja, plus 2 pasang sepatu, padahal pakaianya sampai satu lemari, juga puluhan pasang sepatu.Mobil hadiah darinya, semuanya di
Atas saran mami Latini lagi, Bryan pun ganti nomor hapenya, agar tak terus di ganggu Tante Weni. Bryan pun setuju, tentu saja dua sahabatnya Cholil dan Kadir langsung dia beritahu."Bagus Bryan, saatnya kamu lepas dar jeratan tante Weni," kata kedua sahabatnya.Gara-gara di tertawakan Rose yang kaget Bryan tak punya mobil saat menjemput dirinya di aparteman yang sengaja di sewakan perusahaan susu energy itu.Bryan akhirnya mulai mikir untuk beli kendaraan dengan uangnya sendiri.“Jangan-jangan kamu juga tak punya kekasih nih, tapi kamu masih normal kannn?” pancing Rose terkekeh sambil serahkan kunci mobil SUV berharga 450 jutaan dan minta Bryan yang bawa.“Nggak sempat, terlalu sibuk kerja Rose. Aku normal-lah, kalau nggak percaya, nanti kamu buktikan sendiri,” sahut Bryan cuek, makin nyaringlah Rose tertawa.“Sekarang aja aku buktikan, ku buka ya celana kamu, kalau ku pegang ngaceng, baru aku percaya,” sahut Rose cuek, kemudian saat lampu merah, Rose benar-benar tarik resliting celan
Namun Dean tak jadi lanjutkan selidiki Bryan, dia terlalu asyik berdansa dengan wanita-wanita cantik yang jadi tamu-tamunya.Bryan menjauh dan membiarkan Rose yang juga asyik berjoget dengan Dean, dia kini duduk di pojokan sambil menikmati wine di klub mewah yang malam ini digratiskan semuanya.“Bikin pusing ya liat kelakuan si Dean ini,” tiba-tiba ada suara seseorang di sampingnya.Bryan refleks menoleh dan kaget di dekatnya sudah ada remaja yang lagi-lagi wajahnya tak kalah tampan dari Dean, tapi agaknya lebih muda.“Biasa…namanya juga orkay,” sahut Bryan kalem.“Kenalkan, namaku Balang Hasim Zailani, aku adiknya Dean, selisih umurku dan Bang Dean hanya setahun, kami beda ibu!” remaja tampan ini sodorkan tangannya dan Bryan kembali terkejut, remaja ini ternyata bukan anak sembarangan.Lalu ia-pun buru-buru terima uluran tangan remaja jangkung ini, tubuhnya juga kokoh mirip dirinya.“Namaku Bryan!”Mereka saling genggam dengan kokoh, tanda rajin olahraga.“Hmm…wajah kamu kok mirip Ban
Pagi nya jelang siang…!“Gelo kamu Bryan, aku mesti istirahat semingguan gara-gara kamu hajar sampai pagi” sungut Rose yang langsung berubah jalannya, ketika pamit.“Tapi kamu suka kan..? Pintuku akan selalu terbuka kalau kamu mau ke sini, gratis!” canda Bryan, dan hidung mancungnya langsung di tarik Rose, gemas dengan rekan kerjanya sekaligus teman tapi mesranya ini."Ingat ya, aku ini simpanan gadun, tak ada cinta, antara kita, tapi saling membutuhkan!" cetus Rose, seakan mengingatkan Bryan jangan berharap lebih pada hubungan minor mereka.Hubungan keduanya makin dekat, tapi bukan pacaran, teman tapi saling membutuhkan kehangatan!“Paket…dari siapa..?” Bryan heran satpam apartemen mengantar paket buatnya yang isinya lumayan erat, padahal dia tak pesan apa-apa.Tapi Bryan menerima dan ia tentu saja penasaran apa isinya, begitu di buka, Bryan kaget ada bau busuk.Tapi begitu terbuka hampir melompat dia saking kagetnya, ternyata paket itu kepala anjing, yang sudah berbelatung dan bauny
Bryan terbang ke Banjarbaru, tujuannya yang pertama menuju ke rumah ibu angkatnya yang dulu pernah menampungnya.Hampir pangling Acil Imas ibu angkatnya, melihat kedatangan Bryan yang kini berubah total. Kulit makin kinclong, tubuh makin kokoh alias kekar dan pastinya makin jangkung saja.“Ya Allah Bryan, kamu beda banget, ibu lihat loh bilboard gede yang bergambar pria gagah, ehh ternyata kamu tuhh modelnya,” kata Acil Imas sambil terkekeh.Bryan trenyuh melihat kondisi rumah ibu angkatnya yang makin jelek, yang jualan gorengan Aci Imas pun kini hanya tersisa dua orang, padahal dulu ada 7 orang termasuk dirinya.Sampai berdempetan mereka tidur di rumah keci ini dan tak sekali dua kali Bryan terpaksa tidur di teras atau pindah ke mushala kala itu.“Mereka kan dulu seumuran denganmu, setelah dewasa cari kerja yang lebih layak. Sekarang Acil hanya di bantu dua anak yatim yang kini masih keliling jualan,” kata Acil Imas sambil mengeluh LPG 3Kg makin sulit di dapat, sehingga kini dia beral
Rumah ber-onarmen klasik modern ini berdiri megah di kompleks perumahan kelas menengah atas di kota ini.Hanya orang berdokat tebal bisa tinggal di kompleks perumahan mewah ini.Pagarnya juga tinggi dan cat putih, sehingga rumah megah ini terkesan agak angkuh dan tak sembarangan orang berani ke sini.Inilah rumah tuan Abi Sofyan, yang dikatakan Paman Alui suami siri Bu Nat kemarin, sehingga ke sinilah Bryan menuju hari ini.“Anda siapa, mau cari siapa?” satpam di depan pagar tinggi ini menatap Bryan, ia pun sebutkan siapa namanya dan juga tujuanya, si satpam ini terlihat kaget.“Tapi…tuan Abi Sofyan sedang sakit mas, beliau kena stroke sudah 3 tahunan ini dan nggak bisa bicara,” kata satpam dan kini gantian terlihat Bryan yang kaget.“Bolehkah saya jenguk beliau?”Bryan yang penasaran tentu saja ingin bertemu langsung dengan tuan Aby Sofyan.“Sebentar, saya mau telpon ke dalam dulu ke perawatnya, semoga beliau berkenan beri izin,” kata si satpam ini dan dia permisi ke pos jaganya.Tet
“Bagus kamu ada di rumah ini Riona, aku hanya ingin ambil sertifikat apartemen dan rumah yang ada di Jakarta dan Banjarbaru,” kata wanita ini cuek, yang aslinya wajahnya agak imut.Tapi kini sudah terlihat tua, namun tetap terlihat manis, karena riasan make up mahalnya.“Tante Chika, anda ini seolah tak ada puas-puasnya ingin rampas harta papa, sejak di cerai papa dan kamu dapat bagian harta hingga 35 miliaran, ternyata kamu belum puas-puas juga,” sentak Riona menahan marah.“Nggak usah serakah Riona, kamu sendiri dapat bagian hingga 100 miliaran, tuh aku hanya ambil sertifikat apartemen dan rumah saja, setelah itu aku tak akan ganggu kalian lagi,” wanita yng bernama tante Chika ini tetap ngotot.“Nggak akan aku kasihkan, kamu sudah jadi lintah penghisap darah dalam keluargaku. Uang papa kamu kuras, kamu malah pergi selingkuh dan foya-foya saat papa sakit. Dasar wanita tak tahu diri kamu ini, pergi sono,” usir Riona dengan wajah kesal dan menahan kemarahan.“Hmm…aku tak akan tinggal di
“Maaf…aku jadi curhat denganmu Bryan!” Riona yang semula berwajah jutek kini mulai senyum dan kecantikannya pun terlihat jelas.Seakan baru nyadar tadi mereka begitu kaku dan kini sudah jadi cair, gara-gara ulah tante Chika tadi.“Tak apa Riona, kita kini sama-sama punya pekerjaan besar, kamu harus hadapi tante Chika di pengadilan dan aku kini bingung kemana mencari tahu siapa ayah kandungku!”“Ceritalah Bryan aku dengarkan, kenapa sampai Bu Nat tak pernah beritahu kamu, siapa suami keduanya sekaligus ayah kandung kamu, setelah cerai dari papaku!”“Itu yang aku herankan Riona, sejak sakit hingga meninggal dunia, ibu tertutup sekali soal pribadinya. Aku pun tahu kalau papa kamu pernah jadi suami ibuku dari Paman Alui, seorang ASN dan pegawai TU di SMU Batupecah itu.”Kemudian Bryan pun ceritakan pencariannya hingga sampai di rumah mewah Riona ini.Kini, Riona bahkan tak ragu ajak Bryan menemui papanya yang hanya bisa duduk di kursi roda. Saat melihat Bryan, orang tua ini hanya diam saja
Bryan hanya menatap tumpukan tawaran main film baru yang di sodorkan Mami Latini, tapi satupun belum ada yang ia ambil, apalagi tanda tangan.Bahkan tawaran lanjutkan sekuel film Santri Pekok II, III dan IV yang disodorkan sang produser dengan bayaran fantastis bagi Bryan, belum ia ACC, boro-boro di tanda tangani.Bryan hanya mau tanda tangani kontrak jadi bintang iklan saja..!Kerjanya singkat, bayarannya wow, itulah salah satu alasannya mau tanda tangan.Itupun ada syaratnya, nggak boleh ada iklan yang mirip degan susu formula yang mengontraknya duluan.“Beri aku waktu dulu mami, aku capek banget!” alasan Bryan, ketika si ngondek ini mendesaknya segera ambil semua kontrak-kontrak bernilai waah ini.“Ya dyeeehhh, tapi jangan lama-lama yaa…sayang donk ye lewatkan kesempatan ini, mana bayarannya mehong banget lagi cyinnnn.”Si ngondek inipun permisi dengan dua asistennya, setelah Bryan bilang ingin rehat dulu. Bryan kini sudah tinggal di apartemen lumayan mewah yang lama kosong milik R
Chulbul dan Cynthia lega bukan kepalang saat melihat Sandrina sehat wal afiat, tak henti-hentinya Cynthia memeluk putri kesayangannya yang di culik 4 hari yang lalu di sekolahnya, saat bubaran sekolah.“Duehh badan kamu bau asem sayang,” ceplos Cynthia, tapi tetap memeluk putri kesayangannya ini.Chulbuy kini mendekati Bryan dan Rebecca. “Terima kasih Bryan…dan…?”“Becca Om, Rebecca Alona!” sahut Rebecca memotong ucapan Chulbuy.“Iya Becca, kalian sudah selamatkan anakku…padahal tadi malam usai serahkan uang tebusan, aku sangat khawatir, para penculik itu tak menyerahkan Sandrina,” kata Chulbuy yang kini terlihat lega.“Jadi uang tebusannya?” sela Bryan kaget. “Iya Bryan, uang tebusannya sudah mereka bawa kabur…tapi tak apa, yang penting anakku selamat. Soal uang nanti anak buahku akan terus lacak, mereka masih di Indonesia, belum kabur ke luar negeri,” sahut Chulbuy kalem.Bryan dan Rebecca sampai saling pandang, kehilangan uang hingga 1 triliun dalam bentuk pecahan dolar amerika ba
Bryan melirik Rebecca dan Sandrina masih enak-enakan tidur, sudah 2,5 jam lebih setir mobil ini, Bryan belum juga menemukan jalan pertigaan seperti kata kakek misterius itu.Dia juga tak bisa cepat-cepat menjalankan mobil, selain banyak tanjakan berbelok tajam, jalanan juga tak terlalu mulus.Tapi otak Bryan tak lepas dari wajah kakek tua itu.“Wajahnya…serasa kenal, matanya mirip mata…astagaa…iya mirip Om Chulbuy, ayahnya si Sandrina ini. Sebentar…aku sendiri…nggak jauh beda dengan mata Om Chulbuy dan kakek itu, juga Sandrina?”Bryan seakan baru tersadar kalau matanya dengan mata si kakek itu termasuk Sandrina mirip.Apalagi ayahnya si cantik ini, bukan hanya mirip tapi sama persis, bedanya kulit Chulbuy lebih terang, si kakek agak gelap.“Apa maksudnya yaa aku wajib jaga Sandrina dan Topan? Keluarga juga bukan, hanya kebetulan bertemu lalu menolong keduanya dan malah di kasih surprise si Topan, yakni mobil mewah!”Tak sadar Bryan bergumam sendiri, dan kini jawaban itu semua buntu…!
Setelah hampir 1,5 jam menembus hutan belantara, mobil MPV manual ini akhirnya sampai juga ke jalan raya yang tak terlalu lebar, jalanannya pun kadang ada lubang kecil.“Kemana kita sekarang, ponsel kita nggak bawa?”Rebecca bertanya, karena Bryan hentikan mobilnya, dia bingung ambil jalan ke kiri atau kanan.“Aku lapar Bang Bryan, kak Becca, cari makan yuks,” tiba-tiba kepala Sandrina nongol di antara Bryan dan Rebecca.“Ya udah, kalau gitu kita ambil ke arah kiri saja,” sahut Bryan dan mobil pun belok ke arah kiri.Bryan tak tahu kalau mereka saat ini masih berada di hutan wilayah Hutan Gunung Salak yang terkenal sebagai hutan dengan mistis-nya yang bikin merinding siapa saja kalau lewat, apalagi ini sudah tengah malam.“Bang, lihat ada lampu, kayaknya itu sebuah rumah, moga ini rumah makan, Sandrina udah 2 harian nggak karuan makan, laper banget!”Bryan mengangguk dan kini tancap gas menuju ke tempat yang di tunjuk Sandrina.Ternyata tebakan Sandrina benar, ini sebuah warung makan
“Heii apa yang terjadi Amo,” terdengar seruan dari dalam pondok, teriakan singkat Bonco membuat mereka curiga.Dua orang keluar dari pondok sambil nyalakan senter dari ponsel masing-masing, mereka terheran-heran sekaligus curiga.“Londo kamu cek ke sana, aku ke arah sini,” kata orang itu, sambil cabut pistol dari pinggangnya.Orang yang bernama Londo juga mencabut pistolnya dan kini sama seperti rekannya, mulai curiga, dia pun dengan hati-hati menyusuri bagian sisi kiri pondok ini.Namun sekian lama muter-muter, dia tak menemukan siapapun, sepi dan tiada suara, makin curigalah keduanya.“Uri, gimana di sana, apakaha kamu menemukan si Bonco dan Amo?” teriaknya pada rekannya. Sampai 3X Londo mengulangi panggilannya, tapi sama sekali tak ada sahutan.Akibatnya pria yang bernama Londo ini tiba-tiba merasa serem, tengkuknya meremang tak bisa di cegah.“Kenapa tak ada suara si Uri, lampu ponselnya juga tak nyala, duh mana hutan ini dikatakan angker lagi!” gumamnya mulai ketakutan sendiri,
“Tunggu dulu, jangan buru-buru, kita pelan-pelan saja menuju ke pondok itu,” bisik Bryan dan kini waspada, Rebecca pun mengangguk.Kedua kini berindap-indap dan sambil pasang telinga dan mata. Bryan agak aneh dengan pondok ini, begitu dekat tambah curiga saat mendengar suara percakapan di dalam pondok tersebut.“Lama amat si Bonco dan si Lodo bawa anak yang di culik itu,” terdengar suara dari dalam pondok kecil ini.“Gila juga bos kita, berani sekali culik anak itu, ayahnya seorang jenderal polisi dan kabarnya terkenal tak segan dor penjahat,” terdengar sahutan rekannya.“Iya, andai upahnya tak gede, nggak bakalan aku mau ikut-ikutan nyulik anak orang penting ini,” kata rekannya lagi.“Tapi si bos kita ini agaknya punya dendam lama dengan si jenderal itu, entah dendam apa? Dia bilang kalau tebusan tak di kirim, jangan segan bunuh saja sandera yang kita culik itu?” sahut temannya lagi.Bryan dan Rebecca yang mendengarkan percakapan ini saling pandang dalam gelap. Tak mereka sangka, pon
“Tolong lepaskan Rebecca dia tak tahu apa-apa dengan masalah kita,” Bryan mencoba bernego, sambil menahan kemarahan di hatinya.“Enak saja, sebelum kamu bersedia ikut denganku lagi, tak bakal aku lepaskan,” dengus tante Weni dengan wajah marah.“Tapi buat apa kamu menahannya? Ingat hilangnya kami berdua di lokasi syuting, pasti bikin heboh dan kalian semua bakalan di cari-cari polisi.”Bryan coba menakuti tante Weni, wanita cantik sampai terdiam seakan memikirkan ucapan Bryan barusan.Apa yang Bryan katakan tidak membual, lokasi syuting film Santri Pekok geger bukan main, gara-gara kehilangan dua pemeran utamanya.Sang sutradara yang mirip Mami Latini gayanya yang agak ngondek, mencak-mencak tak karuan pada seluruh kru. Sudah 3,5 jam lebih Bryan dan Rebecca tak kelihatan batang hidungnya.Hilangnya dua pemeran utama di filmnya membuat syuting hari ini berantakan.Tapi dia langsung terkejut, saat ada kru yang mengaku melihat Bryan dan Rebecca di bawa orang tak di kenal alias OTK ke dal
Melihat kedekatan Bryan dan Rebecca, dengan cerdik di manfaatkan Mami Latini sengaja bikin gosip panas, kalau kedua artisnya ada skandal cinta…biasa untuk naikan rating!!!“Bryan kita cari kelapa muda yuks, mumpung lagi rehat nih,” ajak Rebecca, saat mereka kembali istirahat syuting di panas yang menggantang saat ini.Bryan mengiyakan. ‘Heii jangan jauh-jauh yaa kita hanya istirahat 1,5 jam, ntar si bos sutradara ngamuk!” keduanya di tegur sang astrada alias asisten sutradar, Bryan dan Rebecca angkat jempol.Mami Latini malah diam-diam memoto kedua artisnya ini dan dia sengaja kirimkan ke media sosialnya.Bahkan saat melihat Bryan dan Rebecca duduk saling mepet, makin senanglah si ngondek ini.“Yakin dah eike, ni film bakalan meleduk kayak kompor gas kelak dan eike akan dapat bonus dobel, Rebecca kan sedan naik daun, si Bryan model yang juga naik daun, klop dehhh ahhh!” gumam Mami Latini terkekeh sendiri.Tanpa Mami Latini sadari, tanpa dia bikin gosip pun, kedua artisnya akan viral
Hari ini Bryan akan berangkat syuting film di Pelabuhan Ratu, dia berencana akan naik mobil sendiri ke sana.Bryan setuju main film bertema remaja tersebut dan kontrak 200 juta, plus kelak bonus akan ia dapatkan kalau film ini bomming di bioskop.Dia juga sudah latihan akting hampir 1,5 bulanan dan dikatakan pelatih aktingnya, Byan punya bakat alami sebagai bintang film.Ingat akan syuting dengan lawan mainnya, Bryan senyum sendiri, lawan mainnya seorang artis muda yang suka berpenampilan seksoi.“Hmm…Rebecca Alona, seingatku dia itu memiliki gadun, tak beda jauh dengan Rose. Ahh sudahlah, itu urusan mereka yang ingin hidup enak dengan cara instan. Tapi apa bedanya dengan aku dulu…!” batin Bryan, lalu tertawa sendiri dan kini dia sudah di lobby apartemen.Bulan depan Bryan berencana pindah ke apartemen milik Riona..!Sesuai kontrak yang ia tanda tangani dengan perusahaan susu formula, ia tak dapat lagi fasilitas apartemen.“Mas Bryan kan? Ini kunci mobil, katanya mas bos mulai kini mo