BERSAMBUNG
Tanpa ragu, Ning Utari langsung pegang si perkutut ngantuk ini. Bryan langsung kena setrum saat tangan lentik Ning Utari memegang perkutut istimewanya ini.Ning Utari antara kaget, kagum dan ingin tertawa, saat si perkutut ini tiba-tiba bangun dan langsung gas full, setelah bersentuhan dengan tangan lentiknya.Makin geleng-geleng kepala lagi begitu sudah full, kurang dikit ukurannya dari lenganya.“Gilee…kalah milik mantan suamiku, belum juga dewasa sudah begini ukurannya,” batin Ning Utari terkagum-kagum.Dan…inilah yang tak di sangka-sangka Bryan, bibir merah Ning Utari kini sudah menyedot kepala perkututnya sampai gelangnya, hampir tak muat mulut mungilnya.Tentu saja ini pengalaman baru yang tak pernah Bryan berani impikan.Malam ini si perkututnya pecah ‘perjaka’ di mulut Ning Utari, janda cantik manis yang usianya baru 24 tahunan usianyaBryan bahkan seperti mimpi, saat Ning Utari menarik ke kamar dan meminta dia rebahan, lalu aktivitas asoy ini lanjut lagi.Tak lama kemudian, se
Cholil dan Kadir akhir-akhir ini sering heran sendiri, kenapa si Bryan sering ngantuk di kelas, apalagi kalau hari minggu dan senin.Padahal hari minggu jadwal mereka latihan beladiri dengan Cak Hasan, Bryan yang biasanya paling jago kalau di adu, kini malah banyak kalahnya, karena konsentrasinya pecah.“Aneh…kayak kurang tidur saja, perasaan, paling lama jam 9 malam, pelajaran di ponpes selesai, ngapain sih dia setelah jam segitu?” gumam Kadir ke Cholil.“Ssstt…kamu pernah lihat dia lepas baju nggak?” kata Cholil, hingga Kadir terdiam sesaat lalu ngangguk.“Kenapa emank, kagak ada yang aneh, badannya tetap kurus kok, walaupun kini makin putih aje kayak kena garam!”Kadir memang tak bohong, tubuh Bryan dari hari ke hari makin kinclong saja.“Aku pernah lihat..di dadanya ada beberapa cupang.” Ceplos Cholil, mata Kadir langsung terbelalak.“Ambooooiiii benarkah ta iyaaa?” Cholil langsung mengangguk dan Kadir tertawa terkekeh, kini mereka sadar, sahabat mereka bukan lagi remaja tanggung
“Burungnya hebat banget ya ada gelangnya, di mana dia sunatnya, kok bisa sebagus itu bentuknya,” sela Cholil dan keduanya lalu terbahak-bahak.Di sekolah hari seninnya, di kantin sekolah saat istirahat pertama…!Bryan…tenang-tenang saja di ‘sidang’ dua sahabatnya ini.“Jadi sejak malam kita ngintip itu, sampai kini kamu sudah jadi kekasih gelapnya si janda denok yaa?” tanya Kadir.“Iya…!” sahut Bryan santai tak ada gunanya lagi di tutupi, tuh kelakuannya sudah ketahuan kedua sahabat dekatnya ini.“Weww….berarti udah jalan 3,5 bulanan lebih nih, enak nggak brayyy?” sela Cholil menahan tawa.Bryan hanya senyum mesem saja, Kadir dan Cholil terbahak.Mereka memang iri dengan keberuntungan Bryan, tapi tak pernah dengki. Persahabatan mereka melebih saudara kandung.“Ahh kalian ini kura-kura dalam perahu saja, emanknya aku nggak tahu kelakuan kalian? Kan kalian diam-diam juga sering boking cewek di lokalisasi kan? Apalagi kalau ortu kalian habis jual garam dan banyak untung, hayoo ngaku?”Br
Ketiganya kini berbaur dengan puluhan ribu penonton lain menyaksikan lomba seru karapan sapi ini.Keseruan ini membuat ketiganya sangat terhibur, apalagi Bryan yang baru pertama kali nonton, selama ini dia tak bisa nonton karena tak punya ongkos!Saat itulah Bryan melihat seseorang yang berusaha mencopet tas milik seorang wanita.Wanita ini agaknya seorang wisatawan yang pastinya tertarik nonton karapan sapi, kini tak sadar tas mewahnya sedang di rogoh seseorang.Begitu berhasil mencopet ponsel dan dompet lalu secepat kilat kedua benda ini di simpan di jaketnya. Si copet ini bergeser dan persis mendekati Bryan.“Hei copet, kembalikan ponsel dan dompet ibu itu,” tegur Bryan. Si Copet ini kaget bukan kepalang, aksinya malah ketahuan orang.“Anak kecil jangan sembarangan bicara, ta tusuk kamu!” si copet ini tiba-tiba keluarkan belatinya. Orang-orang yang berada di sekitaran Bryan dan si copet kontan menjauh. Kadir dan Cholil yang kebetulan saat itu sedang cari minuman dan makanan ringan
Tanpa pikir panjang, Bryan dan Cholil langsung memasukan Kadir ke mobil ini, yang ternyata wanita muda yang di tolong Bryan dari aksi copet tadi.“Kalian hebat sekali, berani duel dengan kelompok copet itu,” kata si wanita muda ini kagum pada keberanian 3 remaja tanggung ini saat bermaksud ambil mobil di parkiran.Dia tadi melihat semua aksi mereka, sampai gemetaran juga dirinya.“Terpaksa tante, daripada mati konyol, ta iyaa…!” sahut Cholil.Untung saja hanya 15 menitan jalan, ada sebuah klinik dan mobil ini di belokan dan Kadir yang masih sadar langsung di berikan pertolongan.Setelah Kadir di beri perawatan, barulah Bryan dan Cholil lega. Sahabat mereka kini diminta istirahat dulu.“Namaku Weni, panggil tante Weni yaah, aku dari Surabaya, tapi sering ke Jakarta dan Bali ngurus bisnis!” wanita muda ini kenalkan namanya, mereka kini berada di teras klinik ini.Bryan dan Cholil baru nyadar, Weni sangat cantik, apalagi saat ini kenakan kaos ketat yang mencetak dua gunung kembarnya.Di p
“Masuk Bryan,” tante Weni buka pintu kamar dan persilahkan Bryan masuk.Bryan tak berani menatap wajah dan body seksi tante Weni, walaupun hatinya penasaran.Tante Weni tentu saja tak bisa di samakan dengan gadis-gadis kampung yang biasa mereka intip saat mandi, atau Ning Utari yang berkulit hitam manis.Tubuh tante Weni mulus dan licin, putih bening lagi, kayak kulit peranakan Tionghoa.“Kenapa nunduk begitu, tubuh tante jelek yaa?”“Ahh anu-anu…nggak kok tante, tante mahh bening dan mulus…eh maksudnya tubuh tante bagus bangettt!” sahut Bryan, lalu nunduk lagi malu-malu.“Ihh kamu ini bikin gemes ajahhh!” jari lentik tante Weni langsung cubit pipi Bryan, hingga remaja ini makin salting saja.“Tadi tante mau minta tolong, tolong apa tante?” tanya Bryan polos, sambil menahan deburan jantungnya yang makin tak karuan.“Tante pegal banget, dari Surabaya bawa sendiri mobil, sengaja nggak bawa sopir, kamu mau nggak pijatin kaki tante, nanti ada deh upahnya, mau yaahh?”“M-mau tante, bo-boleh
“Kemana si Bryan yaa, kok belum balik-balik sampai jam segini,” kata Cholil sambil menikmati makanan ‘super enak’ di hotel ini, dia lihat jam di meja kerja hotel ini suda menunjukan pukul 20.30 atau setengah sembilan malam, yang artinya sudah 3 jam lebih pergi.Kadir yang sejak makanan datang sudah terbangun malah tertawa saja.“Kamu ini kayak nggak tahu saja, sadar nggak, sejak di mobil sore tadi, tante Weni sering nge-lirik Bryan, so….malam ini pasti donkkk...ehem-ehem?”“Akaiii…enaknya!” seru Cholil agak iri.“Kalau kamu mau, ntuh lihat, ada tulisan message…lihat terapisnya bening coi,” sahut Kadir.“Tapi…yang bayar siapa…?” sahut Cholil polos.“Ahh kamu ini! Kan sudah di jamin tante Weni, ayooh cepatan, pesan dua sekaligus, aku juga pingin,” ceplos Kadir.Cholil pun lalu pencet angka yang tertera dan terdengar suara perempuan, Cholil dengan gaya sok taunya, tanpa ragu langsung pesan dua terapis sekaligus.Tak lama kemudian, datanglah dua terapis dan sukses bikin Cholil serta Kadir
“Ma-makasih tante ehh mba…ga usah!” sahut Bryan terkaget-kaget. Kedua terapis ini tertawa dan keluar kamar.“Eh kamu mau kemana?” tanya Kadir heran saat melihat Bryan buru-buru akan keluar kamar ini.“Anu…temani tante Weni, katanya…ee…butuh teman tidur, ehh bicara!” sahut Bryan kaget sendiri dengan ceplosannya.“He-he-he..ya udah sono, aku juga capek, lagian kalau kamu di sini, ranjangnya nanggung kan hanya dua, mumpung tuhh temani tante denok, tajir lagi,” sela Cholil terkekeh, lalu tarik selimut dan pejamkan mata, capek tadi habis ‘bertempur’ dengan si terapis itu.“Jangan lupa, mandi junub,” kata Bryan lagi sambil menutup pintu kamar. Kadir terbahak saja dan tak lama dia pun nyusul Cholil, ngorok tidur nyenyak.Dua bangor ini sudah tak iri lagi dengan Bryan, mereka juga sudah puas menikmati dua terapis plus-plus di hotel mewah ini.Sudah bisa di duga, malam ini kembali tante Weni merasakan keperkasaan si brondong jagung ini.“Gileee…kamu emank perkasa sayanggg…!” ceracau Weni menaha
Kini keduanya duduk sambil menikmati bekal yang mereka bawa, kisah yang barusan Datuk sampaikan benar-benar bikin Hagu bergidik.Tak pernah dalam mimpi sekalipun, Hagu akan bertemu dengan roh Datuk Hasim Zailan junior, bahkan hebatnyamereka kini bisa bercakap-cakap layaknya dua manusia biasa.Kadang dia menatap wajah Datuk yang selalu muram, kadang tangannya sengaja menyentuh lengan Datuk, untuk memastikan, kalau roh ini benar-benar ‘hidup’.Datuk yang tahu kelakuan Hagu menahan senyumnya.“Jangan takut, aku saat ini tetap berujud manusia, tapi…asal kamu tahu, aku tak bisamembunuh siapapun. Lagianmasa takut dengan roh saudara sendiri…!” seloroh Datuk.“Masa sih Bang…minggu yang lalu kan saat kita bertempur Abang menembaki pasukan Jepang?”“Itu semua…kamulah yang melakukan! Emangnya kamu nggak sadar yaa saat berduaan dengan Park Hymin, ayahnya Park Min diam saja? Padahal asal kamu tahu Prem, tidak sedikit laki-laki yang ingin jadikan Park Hymin istri…!”Hagu tentu saja menggeleng mend
“Bang Hagu…hati-hati!”Park Hymin langsung pegang tangan Hagu, saat pamit meninggalkan tempat ini.“Iya…makasih?”Keduanya saling tatap dan kini tak ragu saling peluk. Datuk Junior hanya memandang keduanya, lalu angkat bahu, seakan memaklumi perasaan kedua orang muda ini.Sejak bicara kemarin pagi hingga kini, hubungan Hagu dan Park Hymin makin dekat, mereka sering curhat satu sama lain.Mereka seolah teman lama yang baru bertemu.Kadang keduanya berjalan-jalan di bibir pantai dan Park Min ayahnya termasuk Datuk anehnya, tidak melarang apalagi menegur keduanya.Awalnya Hagu sempat bertanya, kenapa Park Hymin tak suka dengan Datuk Junior.Park Hymin terkekeh dan bilang, dia sudah anggap Datuk itu pamannya sendiri saking dekatnya dan tak ada rasa cinta, kecuali cinta ponakan dan paman saja. “Kekasih Abang Datuk dulu adalah kakak aku, tapi mereka tak berjodoh, karena kakakku meninggal dunia tertembak pasukan Jepang, sejak saat itulah Bang Datuk selalu murung hingga ini…!” Hagu pun m
“Iya Park Hymin, aku ingin selamatkan salah satu keturunanku ini…inilah kenapa aku membawa adikku si Hagu dari alam berbeda. Yang kalau di masa depan dia paman luarku, untuk bantu aku di sini. Awalnya aku mau ajak Prem, tapi tak bisa, karena Ange sedang hamil, Prem tak bisa meninggalkanya, si Ange amat manja agaknya...!” sahut Datuk sambil hembuskan asap cerutunya, lalu senyum kecil.“He-he…Angelina…! Cakep banget ya nama salah satu cicitku di masa depan, sayang ya si Prem, terlebih si Ange tak bisa di bawa ke sini, penasaran aku mau lihat wajahnya, secantik apa dia?” sahut Park Hymin tiba-tiba, hingga mata Hagu melotot.“Kalau di bawa akan ada musibah besar Hymin, kita jangan berlebihan melawan gravitasi alam, aku saja dengan bolak-balik ke dunia masa depan, usiaku tak bakalan panjang lagi, inilah resiko yang harus aku terima…!” sahut Datuk lagi-lagi dengan suara pelan dan tenang.“Ihh segitunya…menakutkan sekali!” sahut Park Hymin terkaget-kaget.Hagu lalu muncul dan di tatap Park Hy
Pesta pun berakhir setelah hampir tengah malam, Hagu tentu saja di buat kagum dengan gaya Datuk Junior yang sangat berwibawa dan gayanya sangat berkharisma.“Pantas Bang Prem bilang, kalau ingin attitude dan gaya berbusana, contoh-lah Bang Datuk ini…benar-benar falmboyan sejati, cara pakaian dan cara bicaranya benar-benar top habis…!” batin Hagu.“Hagu kita pindah ke pondok yang disediakan Tuan Park Min.” Datuk ajak Hagu bangkit.Hagu pun mengangguk dan mengikuti langkah Datuk. Saat berjalan begini, tiba-tiba Hagu teringat, orang tuanya Ange atau besann-ya Prem marga-nya juga Park...?Jangan-jangan mereka ini ada hubungan, pikir Hagu.“Bang Datuk….apakah Park Min ini…kakek buyutnya si Ange?” ceplos Hagu tiba-tiba dan tanpa di duga-duga Datuk langsung mengangguk ambil senyum.Hagu kontan melongo.“Dan…ini kelak ada hubungannya dengan kamu juga salah satu keturunan kamu di masa depan!” sahut Datuk, lagi-lagi dengan suara kalem.“A-apa…maksud Abang..???”“Aku tak bisa menjelaskan saat ini
"Kita melawan tentara Jepang, ini tahun 1945! Saat ini kita membantu Korea, yang di jajah negara kate ini,” sahut Datuk sambil membidik dua tentara Jepang dan tak lama...door...doorr, dua serdadu bidikannya terjungkal, terkena tembakan akurat Datuk.“Bang, aku bisa mati nggak kalau kena peluru?” Hagu masih ngeyel bertanya, sambil kagum melihat tembakan Datuk yang hebat ini.“Tentu saja, makanya kamu hati-hati agar jangan tertembak, sudah jangan banyak tanya, ayo kita tembaki pasukan Jepang, agar desa ini bisa di pertahankan pasukan Korea.”Usai berkata begitu Datuk lalu berlari dan berlindung di sebuah lubang.Tuinggg…“Sompretttt…hampir aku kena!” teriak Hagu dan dia buru-buru merunduk dan kini dia pun mulai bidik pasukan musuh. "Ini bukan mimpi, ini nyata!" batin Hagu mulai waspada.Pertempuran benar-benar seru dan Hagu yang tak pernah berkhayal berada di masa lalu berkali-kali hampir saja kena tembak musuh.“Bangsat…ini sih bukan ilusi, ini benaran!” dengus Hagu marah bukan kepa
Ryan paham anak sulungnya ini sedang galau, kehilangan wanita yang di sayangi memang terlihat dari wajah anaknya ini.Hagu rupanya tipikal orang yang tak suka pura-pura, dia lalu curhat pada ayahnya. Ryan senyum saja, tuh dia juga punya dua istri. Aneh kok bisa nurun ke Hagu, pikirnya geli sendiri.“Kalau kamu ingin pergi ke Korea, tidak apa-apa silahkan! Tapi ingat tetap waspada, kamu masih di incar orang-orang jahat, yang namanya musuh, di manapun kamu berada pasti akan di buru. Ada baiknya kamu latihan menembak dulu dengan Prem,” sara Ryan.Sebagai mantan milisi Ryan tahu Hagu kadang suka bertindak sembrono dan nekat, terbawa darah mudanya yang gampang panas.Dan...Hagu juga tak kenal takut! Benar-benar turunan Klan Hasim Zailani sejati, yang tak keder dengan musuh. Hagu pun mengangguk, dia senang sekali ayahnya ternyata sangat bijak. Ibunya beda lagi, malah mendesak padanya agar segera menikah!Tak main-main, Fareeha bilang...ibu kandung Saleha, yang juga sepupunya sering menanyak
Hagu pun ini putuskan langsung menemui Widya, Hagu tak sadar, inilah bedanya dia dengan klan Hasim Zailani lainnya, anak muda ini tak lupa dengan janji dengan wanita, walaupun telat.Hagu masih ingat jalan menuju ke rumah yang dulu diberikan Balanara, sehingga tak takut lagi nyasar, beiarpun harus di bantu peta satelit, karena Hagu belum begitu hapal Jakarta.Namun, begitu sampai di sini, lagi-lagi dia kaget, Widya tidak berada di sini lagi. Bahkan rumah inipun sepi dan terkunci rapat, tak ada satupun penghuni yang ada di sini, termasuk ART-nya dahulu.Merasa penasaran, Hagu pun tancap gas menuju ke rumah Bibik Ayin yang selama ini jadi ART-nya Widya dan tinggal-nya di Bogor.Akan tetapi lagi-lagi Hagu terdiam, Bibik Ayin ternyata sudah meninggal dunia 6 bulan yang lalu, atau 5 bulan setelah pulang kembali ke sini.“Ibu nggak pernah cerita kemana Mba Widya-nya pergi Om,” sebut anak Bibik Ayin, saat Hagu bertanya kemana kekasihnya itu menghilang. Otak Hagu pun buntu, dua anak Sofia
“Dua tahun yang lalu mantan suaminya datang, lalu mengajak Sofia rujuk, namun Sofia menolak dan bilang dua sudah memiliki suami,” pria setengah tua yang sebelumnya kenalkan dirinya Haji Ibak sesaat menatap tajam wajah Hagu.Orang tua ini agaknya sudah bisa menebak, inilah ‘suami’ kedua mendiang Sofia. Hati Hagu pun bak teriris sembilu, ingat memang dia adalah 'suami' siri Sofia.Haji Ibak melanjutkan kisahnya, mantan suami pertama Sofia lalu marah dan terjadilah pertengkaran fatal, yang berakibat meninggalnya Sofia.“Sofia tak sengaja tertusuk belati yang di bawa mantan suaminya, lalu pria ini kabur dengan membawa anak tertuanya yang bernama Risna. Sedangkan anak keduanya yang masih berusia kurang dari 2 tahun di bawa sepupu Sofia.”Namun mantan suami Sofia berhasil di tangkap polisi dan saat melakukan perlawanan mantan suami Sofia itu tertembak dan tewas, kata Haji Ibak menambahkan kisahnya.Hagu sampai menghela nafas, tak menyangka tragisnya kehidupan Sofia dan pastinya suaminya yang
Dua bulan kemudian…Hari ini Hagu resmi di kenalkan sebagai sulung dari Ryan Hasim Zailani, seluruh keluarga Klan Hasim Zailani ngumpul.Rumah besar Ryan bak acara reuni keluarga saja, kakek Radin tentu saja yang paling di tuakan. Biarpun usianya sudah mendekati 68 tahunan, tubuh si kakek ini tetap kokoh dan tegap.Chulbuy yang kini juga berusia 65 tahunan tak kalah gagahnya.Tapi semua sepakat, yang paling ganteng di usia matang ini pemenangnya Balang Hasim Zailani, di usia 53 tahun, Balang di puji tak kalah dari dua anak laki-lakinya, Balanara dan Prem yang sudah memiliki istri.Hagu juga di tasbihkan sebagai nama resminya, bukan Reyhan, karena pemuda lebih suka nama itu!“Hmm…jadi siapa yang patut kamu curigai kira-kira Hagu,” Prem langsung tanya sepupunya ini.Balanara yang duduk di samping juga penasaran, siapa yang patut di curigai sebagai penembak sepupu mereka ini.Ketiganya sengaja duduk santai di taman, sambil menatap sepupu-sepupu mereka yang ramai berceloteh, termasuk ortu-