BERSAMBUNG
Sudah 3X Chulbuy bolak-balik menatap wajah ke 12 anak buahnya yang hari ini hadir komplet, yang paling tinggi pangkatnya adalah Pembantu Letnan Dua, yang paling rendah berpangkat Bripda.Cuaca terik yang hari ini sentuh angka 32 derajat celcius tak bikin Chulbuy stop jemur anak buahnya. Ia pun ikutan berjemur, walaupun baju seragamnya mulai basah keringat.Si Aipda ini bikin mata Chulbuy makin mendelik, perutnya tambun, sampai-sampai nafasnya yang ngap-ngapan terdengar jelas.Suruh ngejar maling, yang ada dia pingsan duluan, pikir Chulbuy menahan kejengkelan di hatinya.Yang lain juga sama, rata-rata berperut tambun, tak ada yang perutnya rata seperti dirinya.“Kalian ini benar-benar aparat blo’on semua, Mapolsek di biarkan kosong, tahanan tak kalian beri makan, kalau mereka mati, siapa yang tanggung jawab!” sentak Chulbuy geregetan.“Yang paling memalukan lagi, kalian sampai tega memeras mereka, di mana otak kalian, mereka ini petani miskin, kalian ini aparat yang di gaji rakyat, kali
Bahkan 1,5 bulan kemudian, ada 2 tahanan dari 10 tahanan dulu yang balik lagi ke Mapolsek, hingga bikin kaget 12 anak buahnya, juga Chulbuy…!Ternyata keduanya yang pernah jadi pencuri, karena terpaksa oleh keadaan ini mau kerja di Mapolsek ini sebagai…pelayan.“Soal gaji, terserah pa komandan saja. Kami sudah cape kerja serabutan Ndan,” kata mereka dengan suara memelas. Mau tak mau Chulbuy kasihan menerima keduanya.“Tugas pertama kalian, tuh rehab rumah dinasku, ada atapnya yang bocor, catnya kusam dan dindingnya banyak retak,” kata Chulbuy, yang tahu keduanya memang aslinya buruh bangunan.“Siapppp laksanakan,” kata kedua orang ini, mirip ke 12 anak buah Chulbuy saja. Dan setelah di beri uang untuk beli ini dan itu, keduanya langsung kerja hari itu juga.AKP Chulbuy dalam waktu hanya 1,5 bulan sudah bikin gebrakan yang menjadi buah bibir semua warga.Pelayanan buat warga makin baik, kejahatan menurun drastis dan tak ada lagi pungli!Dan seperti biasa, kalau ada aparat berprestasi, b
Warga pun lega, suami Kristi yang suka bikin resah tetangganya juga warga desa lainnya, selain juga ringan tangan pada istrinya kini tak berdaya di tangan si komandan tampan.“Bawa ke sel, kali ini kita kurung ni orang, biar kapok sekalian,” perintah Chulbuy pada kedua anak buahnya, yang tadi sempat ‘malu-maluin’ karena sempat mundur saat melihat si pria ini ngamuk pakai parang .“Terima kasih pa komandan, yang lama mengurungnya biar tak lagi ngulang kelakuannya, aku juga akan minta cerai!” cetus Krsti tanpa kasihan pada suaminya ini.Chulbuy senyum maklum, agaknya Kristi sudah habis kesabaran dengan suaminya ini.“Kamu segera obati luka-luka lebam di tubuh, nanti infeksi, mana lagi hamil!” sahut Chulbuy iba.Kristi ajak Chulbuy masuk ke rumahnya, kedua anak buahnya kini sudah kontak markas, agar di jemput mobil patroli untuk bawa suami Kristi yang masih pingsan tadi ke Mapolsek.“Nggak ada uang pa komandan, nanti di olesi pakai minyak tawon saja!” sahut Kristi lagi tanpa malu dan apa
“Betah kerja di sini Kristi?” kata Chulbuy, setelah 1,5 bulan Kristi kerja di rumdinnya.“Betah banget pa Komandan, makan bisa sepuasnya, gaji juga tinggi, kerjaannya juga tak berat, aku juga kini bisa rawat badan, biar nggak lecek lagi kayak dulu!” aku Kristi sambil tertawa kecil.Mau tak mau Chulbuy menatap tubuh Kristi dan dia akui, perubahan makin menyolok saja. Tubuh Kristi makin bersih dan harum.Andai di Jakarta, yakin Chulbuy, Kristi ini tak kalah dari para artis sinetron, apalagi kalau di make over profesional .“Kulihat kamu nggak punya anting dan pakaian kamu juga…maaf, sudah saatnya masuk museum, beli yaa pakai uang itu,” kata Chulbuy sambil serahkan uang 15 juta dan bikin Kristi melotot saking kagetnya.Kristi tak ragu beli anting dan belanja baju hamil, juga baju-baju buat calon debaynya, di usia kehamilannya yang jalan 4 bulan, perutnya makin besar.Tapi penampilannya makin manis, hingga makin seringlah Chulbuy curi-curi pandang. “Benar juga kata si Paul, ni anak makin c
“Heii kamu yang berwajah bulat, ke sini,” bentak seorang tentara berpangkat Kapten dengan wajah bengis. “Siappp, Ndan!” sahut si pemuda ini cepat dan berlari kencang ke depan. Begitu berada di depannya, si Kapten ini sampai mendongak menatap wajahnya. Tinggi pemuda ini hampir 182 centimeteran, sedang si kapten ini hanya sebahunya. Dia lalu memutari tubuh pria kurus berbadan kokoh ini, sambil lihat-lihat apakah ada tato atau cacat di badannya. “Hmm…kamu aslinya mana, Indonesia atau apa sih..?” bentaknya lagi masih dengan suara menggelegar. “Asli Indonesia Ndan, ibu dan almarhum bapak asli Kalimantan!” sahutnya cepat, pandangannya tetap tajam ke depan. Sang Kapten hanya mengangguk-anggukkan kepala. “Tadi kamu telat 5 detik, sekarang kamu putari lapangan ini 10X, cepat laksanakan!” lagi-lagi tanpa ampun keluarkan perintah tegas. Bak anjing dipukul di pantat, pemuda ini lalu bergerak cepat dan kelilingi lapangan yang luasnya mirip lapangan bola ini hingga 10X. Serdadu berpangkat Kapten Ud
“Hmm… kalau kelak ketemu lagi, dan dia ajak duel, ya sudah aku ladeni,” pikir Brandi tanpa rasa takut sedikitpun.Diam-diam dia geregetan dengan gaya Aldot yang dianggapnya sok jagoan. Apalagi melihat gaya kecentilan si cewek itu, gemas bukan main pemuda ini.Turun dari stasiun peron di kawasan Pasar Turi, Brandi langsung naik taksi ke Bandara Juanda dan terbang ke Banjarbaru.Brandi sampai di rumahnya, berjarak 5 jam perjalanan dari bandara. Tak ada yang berubah dari rumah ibunya juga desanya ini meski telah 2 tahun lamanya dia tinggalkan karena menempuh pendidikan di Akademi Militer di Magelang.“Ibu ke mana yaa, rumah kok sepi,” batin Brandi sambil duduk di teras dan letakan tas ranselnya.Tiba-tiba sebuah motor masuk ke halamannya. Wajah Brandi langsung semringah. “Halo calon perwira penerbang, tepat dugaanku kamu hari ini datang!” kata seorang pria seumuran dengannya, sambil mencopot helmnya.“Panjul, panjang umur kamu! Tumben muncul ke sini” Brandi langsung sambut dan peluk sahabat de
“Ada yang harus aku urus, Bu. Aku pamit dulu.”Brandi yang telah memiliki janji temu dengan Bos Syamsudin lantas pamit pada ibunya tanpa berkata jujur.Seorang diri, Brandi menemui Bos Syamsudin yang kini tengah menatapnya tanpa kedip.Mereka saling adu pandangan tajam, Brandi dan auranya yang dingin karena hasil tempaan di Akmil nyatanya mampu membuat nyali Bos Syamsudin sedikit ciut. Meski dengan penampilannya yang sederhana, hanya mengenakan kaos dan jeans, juga rambut cepak… aura kesatria Brandi masih terlihat.“Kamu minta waktu sampai lulus Akmil?” Bos Syamsudin tertawa keras. “2 tahun, kamu kira itu waktu yang singkat?!” sungut bos Syamsudin sambil menatap kesal wajah Brandi.“Aku masih pendidikan Om, tak mungkin cari uang.” Brandi menyebutkan alasannya. “Aku belum ada gaji, karena belum dinas di kesatuan!”“Itu urusan kamu, aku hanya ingin uangku berikut bunganya kembali.” Om Syamsudin mendengus. “Kuberi waktu seminggu lagi dari sekarang, kalau kamu tak sanggup lunasi hutang ibumu, k
"Maaf…!” Dengan tertatih dibantu dua orang Brandi bangkit, tapi dia langsung terguling dan roboh pingsan di sisi tubuh Brandon Hasim Zailani.Brandon yang kaget mendorong perlahan tubuh Brandi yang masih menimpa lengannya, ada darah berceceran kecipratan ke tubuhnya.“Cepat bawa anak muda ini ke rumah sakit, Ali kejar penembak aku itu,” perintah Brandon pada ajudannya, sambil bangkit berdiri dan mengibas-kibaskan pakaiannya.Bersama beberapa anggota kepolisian, ajudan Brandon mengejar dua penembak tadi. Warga yang tadi berdesak-desakan berebut sembako, otomatis membubarkan diri ketakutan.Pengamanan pun diperketat! Aparat bersenjata ambil alih kendali dari Satpol PP yang semula jaga keamanan. Kegegeran ini sampai jadi viral ke mana-mana, sebab ada warga yang sempat memvideokannya dan mengunggahnya ke sosial media. Korban yang merupakan bukan sosok biasa membuat video tersebut cepat naik. Sementara itu, Brandi yang semula pingsan, baru sadar ketika sudah berada di rumah sakit dan hari sud
“Betah kerja di sini Kristi?” kata Chulbuy, setelah 1,5 bulan Kristi kerja di rumdinnya.“Betah banget pa Komandan, makan bisa sepuasnya, gaji juga tinggi, kerjaannya juga tak berat, aku juga kini bisa rawat badan, biar nggak lecek lagi kayak dulu!” aku Kristi sambil tertawa kecil.Mau tak mau Chulbuy menatap tubuh Kristi dan dia akui, perubahan makin menyolok saja. Tubuh Kristi makin bersih dan harum.Andai di Jakarta, yakin Chulbuy, Kristi ini tak kalah dari para artis sinetron, apalagi kalau di make over profesional .“Kulihat kamu nggak punya anting dan pakaian kamu juga…maaf, sudah saatnya masuk museum, beli yaa pakai uang itu,” kata Chulbuy sambil serahkan uang 15 juta dan bikin Kristi melotot saking kagetnya.Kristi tak ragu beli anting dan belanja baju hamil, juga baju-baju buat calon debaynya, di usia kehamilannya yang jalan 4 bulan, perutnya makin besar.Tapi penampilannya makin manis, hingga makin seringlah Chulbuy curi-curi pandang. “Benar juga kata si Paul, ni anak makin c
Warga pun lega, suami Kristi yang suka bikin resah tetangganya juga warga desa lainnya, selain juga ringan tangan pada istrinya kini tak berdaya di tangan si komandan tampan.“Bawa ke sel, kali ini kita kurung ni orang, biar kapok sekalian,” perintah Chulbuy pada kedua anak buahnya, yang tadi sempat ‘malu-maluin’ karena sempat mundur saat melihat si pria ini ngamuk pakai parang .“Terima kasih pa komandan, yang lama mengurungnya biar tak lagi ngulang kelakuannya, aku juga akan minta cerai!” cetus Krsti tanpa kasihan pada suaminya ini.Chulbuy senyum maklum, agaknya Kristi sudah habis kesabaran dengan suaminya ini.“Kamu segera obati luka-luka lebam di tubuh, nanti infeksi, mana lagi hamil!” sahut Chulbuy iba.Kristi ajak Chulbuy masuk ke rumahnya, kedua anak buahnya kini sudah kontak markas, agar di jemput mobil patroli untuk bawa suami Kristi yang masih pingsan tadi ke Mapolsek.“Nggak ada uang pa komandan, nanti di olesi pakai minyak tawon saja!” sahut Kristi lagi tanpa malu dan apa
Bahkan 1,5 bulan kemudian, ada 2 tahanan dari 10 tahanan dulu yang balik lagi ke Mapolsek, hingga bikin kaget 12 anak buahnya, juga Chulbuy…!Ternyata keduanya yang pernah jadi pencuri, karena terpaksa oleh keadaan ini mau kerja di Mapolsek ini sebagai…pelayan.“Soal gaji, terserah pa komandan saja. Kami sudah cape kerja serabutan Ndan,” kata mereka dengan suara memelas. Mau tak mau Chulbuy kasihan menerima keduanya.“Tugas pertama kalian, tuh rehab rumah dinasku, ada atapnya yang bocor, catnya kusam dan dindingnya banyak retak,” kata Chulbuy, yang tahu keduanya memang aslinya buruh bangunan.“Siapppp laksanakan,” kata kedua orang ini, mirip ke 12 anak buah Chulbuy saja. Dan setelah di beri uang untuk beli ini dan itu, keduanya langsung kerja hari itu juga.AKP Chulbuy dalam waktu hanya 1,5 bulan sudah bikin gebrakan yang menjadi buah bibir semua warga.Pelayanan buat warga makin baik, kejahatan menurun drastis dan tak ada lagi pungli!Dan seperti biasa, kalau ada aparat berprestasi, b
Sudah 3X Chulbuy bolak-balik menatap wajah ke 12 anak buahnya yang hari ini hadir komplet, yang paling tinggi pangkatnya adalah Pembantu Letnan Dua, yang paling rendah berpangkat Bripda.Cuaca terik yang hari ini sentuh angka 32 derajat celcius tak bikin Chulbuy stop jemur anak buahnya. Ia pun ikutan berjemur, walaupun baju seragamnya mulai basah keringat.Si Aipda ini bikin mata Chulbuy makin mendelik, perutnya tambun, sampai-sampai nafasnya yang ngap-ngapan terdengar jelas.Suruh ngejar maling, yang ada dia pingsan duluan, pikir Chulbuy menahan kejengkelan di hatinya.Yang lain juga sama, rata-rata berperut tambun, tak ada yang perutnya rata seperti dirinya.“Kalian ini benar-benar aparat blo’on semua, Mapolsek di biarkan kosong, tahanan tak kalian beri makan, kalau mereka mati, siapa yang tanggung jawab!” sentak Chulbuy geregetan.“Yang paling memalukan lagi, kalian sampai tega memeras mereka, di mana otak kalian, mereka ini petani miskin, kalian ini aparat yang di gaji rakyat, kali
Chulbuy sampai di Mapolsek Bitang jelang senja. Ia heran melihat Mapolseknya yang sepi-sepi saja, tak terlihat satupun anak buahnya bertugas di sini.Chulbuy yang masih berpakaian preman kini melihat-lihat ruangan di Mapolsek ini. Tetap tak terlihat satupun anggotanya, saat sampai ke sel, dia makin geleng-geleng kepala.Sel ini penuh dengan tahanan, sel berukuran hanya 4X5 meter ini di isi sampai 10 orang tahanan dan terlihat dempet-dempetan di dalam, mana pengap lagi udaranya.“Gila, kalau begini bisa mati dehadrasi para tahanan,” sungut Chulbuy jengkel.Chulbuy lalu cari kunci sel dan kini semua tahanan dia suruh duduk di depan sel, lalu di tanya satu-satu apa kasusnya.3 orang kasus kriminal jadi pencuri sembako karena anak istrinya kelaparan, 2 orang kasus penganiayaan dan sisanya yang 5 orang kasus judi.Rata-rata sudah hampir 3 mingguan di sel ini bahkan 3 pencuri dan 5 penjudi ini sudah hampir 2 bulanan di sel dan berkasnya belum selesai-selesai juga.Saat tahu mereka belum maka
Chulbuy ringan hati memberi uang tak sedikit pada bocil kurus itu, selain faktor kasian, juga dia ingin membagi-bagi uang haramnya pada orang yang membutuhkan.Kematian tragis Sita membuat dirinya seolah terbangun dari tidur, kalau selama ini perbuatannya sangat merugikan dan berimbas jahat pada semua orang, juga merengut nyawa orang-orang tak berdosa.“Habis tu uang miliaran juga tak masalah, tuh aku tak kelaparan juga, masih ada gaji yang halal!” batin Chulbuy hibur hatinya sendiri, lalu lanjutkan perjalanan.Walaupun rada kaget juga, karena tempat tugasnya sangat jauh dari Kota Manado yang sudah masuk Kabupaten Minahasa Tenggara, sebuah kabupaten paling jauh dari ibukota Sulawesi Utara ini, tapi Chulbuy tak mengeluh.Dia tetap menikmati perjalanan ini, menuju ke tempat tugasnya yang baru.Chulbuy tak tahu, Brandi ayah kandungnya begitu datang ke Batupecah, hari itu juga langsung ke Desa Dudur Raha dan bertemu Yusak, lalu bersama-sama ziarah ke makam ibunya.Dari Yusak inilah Brandi
Oktaviani kaget, pagi-pagi Chulbuy sudah nongol ke rumahnya dan bilang kangen dengan Jay dan Kelly, dua ponakannya.Iskandar yang mau berangkat kerja sampai menahan langkahnya dan menemani sebentar ‘adik iparnya’ ini, sebelum nantinya ngantor.“Padahal papa 3 harian akan ke sini lo Chul, masa sih kamu buru-buru mau pulang ke Jakarta?” tegur Oktaviani.“Aku belum siap kak Okta, ku mohon pengertian kaka, tapi aku bahagia kini, selain paman Yusak, kini akhirnya aku miliki keluarga dekat, kaka sekeluarga dan tante Mona, juga nanti aku silarurahim ke Om Ryan!” kata Chulbuy, sambil mencium tangan Okta, terharu akhirnya ia kini punya keluarga besar.Setelah mencium dan memeluk Jay serta tak bosan-bosannya pandangi si cantik dan montok Kelly di ranjang khususnya, Chulbuy pun permisi.“Kenapa nggak naik pesawat perusahaan saja Chul, agar cepat sampai, nanti aku telpon manajernya di bandara perintis,” saran Iskandar, saat tangannya di cium Chulbu untuk pamitan.Namun Chulbuy beralasan dia ke si
“Hmm…aneh kamu ini, sekian lama nyari papa, malah kamu sengaja menghindar, ada apa sih? Apa kamu masih ragu kalau papa Brandi adalah ayah kita?” sahut Okta kaget sekaligus heran, kenapa Chulbuy kini agak ‘lain’.Tapi sebenarnya makin bikin Chulbuy terharu, tak dia sangka kakaknya ini sudah sangat yakin mereka bersaudara.“Padahal siapa sih yang tak bangga punya orang tua seperti papa, pasti ada sebuah rahasia besar yang Chulbuy simpan,” batin Oktaviani di seberang telpon.“Chul…kok kamu diam..?” Okta malah kaget Chulbuy lama baru menjawab ucapannya tadi.“Iya, itu salah satunya, yang lain nggak apa-apa sih…hanya belum siap saja, intinya aku tak mau ketemuan beliau dulu, tolong ya kak?” Chulbuy sampai memohon pada kakaknya yang cantik jelita ini.“Hmmm baiklah, namun aku harap ini jangan berlarut-larut, kamu harus temui papa, untuk luruskan masalah ini, aku juga bahagia kalau kamu benaran adikku,” cetus Okta lagi lalu tutup telponnya.Ini bukan hoak kak, kamu dan aku memang bersaudara,
“Udah ah, ganti topik, eh tumben kamu nginap dimari, lagi cuti atau kamu malah pindah tugas ke sini?” Chika kini alihkan pembicaraan“Cuti…sekalian mau ziarah ke makam ibundaku!” sahut Chulbuy, dia sama sekali tak ingin ceritakan soal pribadinya.“Kamu…sekarang ngerokok dan doyan wine, dulu nggak! Ada masalah apa sih?” Chika menatap ke rokok Chulbul juga ke asbak, yang sudah berisi 6 puntung rokok ini.“Hanya sesekali saja, nggak doyan-doyan amat,” sahut Chulbuy lagi sambil matikan rokoknya.“Hmmm…wajahmu itu sulit bohong Chul, cerita kenapa sih, takut amat kalau aku bocorkan!” desak Chika.Chulbuy senyum saja, Chika pun akui, kalau kalem dan senyum begini, Chulbuy terlihat sangat berwibawa. “Entah siapa ayahnya, ni anak emank beda, punya kharisma kuat!” batin Chika.“Hanya soal keluarga, aku sudah tahu ayah kandungku, tapi mungkin belum saatnya bertemu.” Kata Chulbuy lagi.“Oh yaa…kenapa sih, temui napa, kan kamu sejak lama ingin bertemu ayah kandungmu itu Chul?” cetus Chika beri sara