BERSAMBUNG
Panjul langsung pilih 4 wanita cantik buat menemani mereka, Brandi tak menegur ulah sahabatnya ini.“Emank kamu sanggup langsung dua begitu Njul,” seloroh Brandi, tapi hatinya masih teringat mantan suami Audrey yang tadi dia lihat.“He-he-he…sesekali bersikap kayak orkay, dengan 2 wanita sekaligus, biar seru saja,” sahut Panjul enteng.Brandi yang awalnya duduk didampingi dua wanita cantik yang langsung pesan ini dan itu, hanya melihat kelakuan Panjul dan ke 4 LC ini, yang rame bernyanyi dan bergoyang heboh.Kadang-kadang keduanya tak sungkan menarik tangan Brandi agar ikutan berjoget dan tak ragu memeluk si tampan cool ini.Bahkan setelah 1 jam, Brandi hanya bisa senyum-senyum saja, saat Panjul kini asyik gerayangi keduanya dan malah resleting celananya sudah terbuka.Gila juga si Panjul ini, masa mau main di sini, pikir Brandi dan merokok saja dengan santai dan menikmati dua LC tadi bernyanyi bergantian di depannya.Brandi benar-benar terpaksa menonton ulah ‘edan’ Panjul yang mulai m
Hajaran yang Brandi berikan buat si botak tak di sangka berbuntut panjang. Dua hari kemudian, Brand kaget saat datang 3 polisi ke rumahnya dan langsung borgol kedua tangannya.“Anda di tahan karena telah lakukan penganiayaan berat terhadap pelapor bernama Anton, hingga kaki kanannya patah,” kata polisi yang menahannya itu.Brandi pun pasrah dan ogah melawan, saat di gelandang ke Mapolres Batupecah, andai masih ada AKP Aldot, pasti ia akan di bebaskan.Tapi ‘adiknya’ itu sudah pindah tugaskan alias di tarik lagi ke Mabes di Jakarta.“Buat apa aku minta tolong ke Aldot, aku tidak akan pernah akui Brandon ayah kandungku,” batin Brandi, yang masih kesal dengan kelakuan ayah kandungnya itu.Ela ibu angkatnya dan Ryan serta Mona kedua sepupunya tentu saja kaget bukan main, melihat Brandi di bawa mobil polisi. Mona bahkan menangis melihat Brandi di borgol polisi.“Tenang saja, aku tak apa-apa kok?” kata Brandi sambil lempar senyum lalu membelai rambut Mona dan memeluk erat Ryan, hingga ketiga
Sehingga sejak saat itu, Rapiha makin terkesan dan semakin religius gara-gara mendengar kalimat itu.Begitulah…selama di Lapas, Brandi makin sering bertukar pikiran dengan Rapiha dan perdalam ilmu agama bersama si bang lurah di lapas ini.Hati Brandi juga mulai terbuka dan diam-diam ia ingin bertemu langsung dengan Brandon sekeluar dari lapas ini kelak.Untuk bertanya apa alasan ayah kandungnya ini ‘sia-siakan’ ibunya saat koma di Paris dulu."Betul kata Bang Rapiha, aku perlu tahu apa alasan ayahku itu tak pernah temui ibuku saat koma dan hamil aku?" batin Brandi.Waktu terus berjalan dengan cepat, persahabatan Brandi dan Rapiha juga makin erat saja, pemuda ini banyak menimba ilmu berdasarkan pengalaman si mantan preman tobat ini.“Brandi, bila kamu kelak keluar dari Lapas tolong temui istri dan anakku, mungkin kini anakku sudah berumur 17 atau 18 tahunan. Mereka tinggal di Desa Dudur, arah ke gunung rumahnya. Sejak aku masuk sel, mereka tak pernah jenguk aku. Aku maklum, mereka misk
Brandi berangkat ke Desa Dudur 2 hari kemudian, dia ingin menemui Mak Balo dan anaknya yang bernama Elsa, istri dan anak dari mendiang bos preman Rapiha.Kali ini Brandi sengaja gunakan motor trail milik Panjul, untuk menuju ke desa itu, sebab desa Dudur yang di maksud agak jauh masuk hutan.Brandi sudah tahu letaknya setelah Panjul bilang dari desa Dudur menuju ke kampung istri dan anak Rapiha itu harus ke arah gunung lagi yang berjarak hampir 30 kilometeran.“Kalau musim hujan begini harus di tempuh naik trail minimal 5 jam bisa juga lebih, jalanan berlumpur broe. Tapi seandainya musim kemarau, paling lama 1,5 jam sampai,” kata Panjul yang awalnya ingin menemani.Tapi dia tak bisa kerjaannya yang mulai naik prosfeknya ini tak bisa di tinggalkan. Brandi pun tak masalah dan dia tetap on going ke sana sendiri.Si pengacara Undi SH pun juga beri peringatan, agar Brandi hati-hati, sebab kampung yang di tuju warganya masih banyak yang primitif."Siap-siap broe, selain warganya primitif, ga
Saking kesalnya, Brandi malah sengaja hadang tebasan mandau ini, lalu dengan kemarahan meluap dia jotos sekerasnya wajah dan perut salah satunya itu.Plakk…bukkkk…nggek…! tubuh orang ini langsung terjengkang ke tanah.Perut orang ini mulas tak terkira dan menggelepar kayak ayam kena sembelih, satu orang tersisa kini kaget bukan main, tapi kekagetan ini berubah jadi petaka baginya.Sebuah tendangan keras Brandi lesakan dan terdengar lagi bunyi tulang patah, tendangan yang mengarah ke kaki telak sekali.Kini ketiganya hanya bisa mengaduh kesakitan dan berteriak ampun-ampun, saat Brandi ambil satu golok mereka dan menempelkanya di leher salah satunya.Orang yang paling kencang teriak ingin menghabisinya.“Sekarang katakan, siapa yang menyuruh kalian dan kenapa kalian bermusuhan dengan Rapiha,” bentak Brandi, sedikit sayatan membuat orang ini makin ketakutan, apa ada darah keluar, tanda orang ini tak keal, hanya andalkan nyali besar.“Ampunnn omm…ampun, kami ini hanya taati perintah bos
“Brandi, orang yang kamu cari…kamilah orangnya!” kata si wanita setengah tua ini. Brandi pun kaget, tak menyangka dia malah tak sengaja mampir ke tempat tinggal orang yang ia cari-cari.“Aku Mak Balo dan ini anakku dan Kang Rapiha, namanya Erika,” tambah Mak Balo sambung kalimatnya barusan.“Ahhh…syukurlah, artinya perjalananku jauh-jauh ke sini tak sia-sia.” Sahut Brandi dengan wajah berbinar.Lalu Brandi-pun mulai bercerita awal mula kenapa kenal Rapiha di lapas, kemudian mereka bersahabat baik, sebelum akhirnya Rapiha meninggal dunia 1,5 bulanan yang lalu, karena sakit.Mak Balo hanya bisa menghela nafas panjang, mendengar mantan suaminya kini sudah meninggal dunia dalam keadaan mualaf lagi.“Suamiku itu memang salah seorang penjaga hutan ini, kehidupan kami mulai terusik saat dia mempelopori warga kampung di sini, agar jangan menjual lahan-lahannya, untuk pertambangan batubara,” mak Balo mulai bercerita, yang tak beda jauh dengan kisah 3 preman yang sudah Brandi hajar sebelumnya.M
“Mak tadi pagi-pagi turun ke kampung sebelah, beli sembako,” kata Erika, kali ini Brandi bisa melihat kecantikan alami gadis kampung ini, dengan pakaian yang sederhana sekali.Erika sebut jaraknya lumayan jauh, hampir setengah harian bolak-balik. "Tapi mak dan aku sudah biasa kok jalan kaki begitu jauh," kata Erika lagi, hingga Brandi pun kagum juga di buatnya.“Ohh begitu, ayo temani aku makan singkong harum ini,” ajak Brandi, Erika pun tanpa malu mengangguk. Erika pun beda dengan gadis kampung kebanyakan, dia terlihat supel dan tidak malu-malu. Ini membuat keduanya jadi cepat akrab dan seolah sahabat lama yang kembali bertemu.Erika juga tak lagi memandang curiga dengan Brandi.“Kamu sekolah di mana Erika?” tanya Brandi lagi, sambil menikmati singkong yang di beri cacapan cabe rawit dan asam jawa lalu di taburi garam dan bawang merah, rasanya sungguh nikmat bagi Brandi.“Dulu sekolah di balai adat Bang, sekolah paket, sudah tamat setingkat SMU setahun lalu!” sahut Erika, gadis canti
Begitu sampai dikebun milik Mak Balo, Brandi melihat ada 5 orang di sana, dua orang berpakaian seperti karyawan perusahaan tambang, tertulis jelas lambang perusahaan dengan nama PT Brolon.Dan 3 orang yang pegang mandau bertindak mengawal kedua orang pekerja itu, yang lakukan pemboran ilegal ini, untuk cek lahan batubara di sini, yang merupakan lahan milik Mak Balo.“Hehh mau apa kalian masuk ke kebun orang tanpa permisi, dan lakukan pemboran segala, siapa yang nyuruh kalian?” tegur Brandi baik-baik, dia sengaja tak mau lakukan konfrontasi.“Kamu sendiri siapa, jangan macam-macam dengan kami, atau mandau ku ini yang bicara,” bentak salah satu dari 3 orang ini dengan pandangan tajam dan wajah tak senang, seakan intimidasi Brandi.Agaknya orang ini memang terbiasa lakukan kekerasan, untuk selesaikan semua masalah. Sikapnya yang berangasan jadi bukti.Tapi jangankan takut, Brandi malah mendekati mereka, si anak kecil sepupu Erika tadi sudah ketakutan dan bersembunyi saja melihat apa yang
“Aku satu-satunya laki-laki Chulbuy, dua saudaraku cewek, aku anak bungsu!” aku Jhony bangga. Sehingga Chulbuy pun paham, kenapa si Jhony ini manja dan duitnya banyak.Bukan hanya Jhony, banyak lagi siswa-siswa lain yang duitnya banyak, dengan sukarela nyetor ke Chulbuy.Angkanya pun bervariasi, ada yang nyetor 100 ribu, 250 ribu, bahkan ada yang kayak si Jhony, nyetor hingga jutaan.Chulbuy beda dengan Torik Cs yang pasang tarif, Chulbuy hanya minta sukarela saja.Tapi mereka aman, tak ada yang berani bully mereka, kalau ada yang ngeyel dan tetap ganggu orang yang sudah nyetor, Chulbuy tak segan cari orang itu lalu menghajarnya.Dan kini makin di takutilah dirinya di sekolah tersebut, apalagi setelah dia duduk di kelas 9 atau kelas III SMP. Otomatis semua siswa baik kelas 7 dan 8 termasuk kelas 9 tak ada yang berani dengannya.Chulbuy tak sadar, tingkahnya tak ubahnya seorang preman, yang selalu minta upeti, kalau minta perlindungan dengannya.Tapi Chulbuy pegang janjinya, dia tak per
Ke 9 orang ini buru-buru cabut dompet masing-masing dan serahkan isinya ke Chulbuy.Yang tak mau menyerahkan atau hanya sebagian, kena tamparan keras di wajah oleh Chulbuy, sampai mata mereka berkunang-kunang, saking kerasnya tamparan tersebut.Chulbuy sudah berubah jadi ganas dan tanpa ampun. Ciutlah nyali ke 9 orang ini, ganasnya Chulbuy bikin mereka tak berkutik!Gegerlah sekolah ini, kedigjayaan Torik Cs siswa kelas 9, hari ini runtuh di tangan Chulbuy, si siswa kurus murid kelas 8-F dan selama ini dianggap sangat takut dan siswa cupu di sekolah mereka ini.Hebatnya lagi, itu dilakukan Chulbuy seorang diri, tidak main keroyok.Terkumpul lah uang dari ke 10 orang ini hampir 2,5 juta dan semuanya di rampas Chulbuy.Setelah itu, masih kurang puas, Chulbuy pun sempat-sempatnya menyepak perut mereka hingga makin terkaing-kainglah kelompok Torik ini.Benar-benar sebuah pelajaran yang amat keras dari si siswa cupu ini, yang berubah jadi ‘suhu’ mulai hari ini.Kabar ini menyebar kemana-man
Ibunya lagi-lagi tak bisa kirim duit, apalagi kini penyakt jantungnya sering kumat, sehingga tak segesit dulu menyadap karet, satu-satunya pekerjaan ibunya.Sehingga Chulbuy sering ‘mengharap’ belas kasihan sahabatnya ini, pas lagi hari ini dia tak punya ongkos ke sekolah.Torik Cs sudah menunggu-nunggunya di belakang sekolah setelah jam istirahat.Saat namanya di panggil Torik, wajah Chulbuy sudah muram dan murung. Tangannya mulai mengeras.Torik Cs yang masih anggap Chulbuy seperti dulu tertawa-tawa mengejek melihat kedatangan remaja tanggung ini.“Hei Chulbuy, kali ini tak ada alasan lagi, setor cepat uang sakumu,” bentak Torik, beberapa siswa lain langsung buru-buru pergi, apalagi saat ini genk Torik yang bulan depan akan lulus ini ngumpul hingga 9 0rang.Chulbuy yang sedang menahan luapan amarah diam saja, tapi saat dua orang anak buah Torik ingin rampas tas sekolahnya. Tiba-tiba dengan kekuatan penuh, hasil latihannya selama 9 bulanan ini, tangannya bergerak sangat cepat.Kedua
Beberapa tahun kemudian…!Kita tinggalkan dulu kebahagian Brandi yang kini bina keluarga baru dengan Lula Safitri, istri keduanya dan pasangan ini makin bahagia setelah 3 bulanan kemudian Lula hamil anak pertama mereka, hanya setahun setengah kosong hamil lagi anak kedua.Kita kembali ke Kabupaten Batupecah, di sebuah SMP negeri. Ada satu orang yang punya hubungan istimewa dengan Brandi dan pastinya klan Hasim Zailani.Penampilan remaja tanggung kurus ini biasa saja, bajunya pun kadang lusuh jarang di gosok. Dia bahkan salah satu siswa ‘miskin’ di sekolah ini.Kelebihannya hanya dua, wajah ganteng dan tinggi badan menjulang, hampir 175 cm, di usianya yang baru jalan 15 tahunan. Serta kulitnya yang agak putih kekuningan.Baru juga akan menuju kelas, dia sudah dipanggil 3 orang, yang terkenal sebagai premannya di SMP ini.“Hei Chulbuy, ke sini kau!” bentak salah satu siswa itu. Dengan langkah takut-takut Chulbuy mendekat.“Mana uang saku kamu, kemarin kamu nggak nyetor, apa mau ku hajar
Lula terdiam mendengar dalang pembunuh Fanny adalah Greta, sepulang dari rumah sakit, Brandi menceritakan hal ini, lebih kaget lagi saat tahu Greta kini di rawat di rumah sakit jiwa.“Tak disangka ya Bang, Greta sampai tega dan kejam menyuruh dua eksekutor bunuh ka Fanny yang sedang hamil tua dan hampir saja juga bunuh Abang juga!” kata Lula geleng-geleng kepala, ingat kejadian di jalan tol, ketika dia dan Brandi di kuntit kedua pembunuh itu.“Yahh…mau gimana lagi, sudah takdir Tuhan. Tak terasa juga, bulan depan sudah haul yang pertama bayi kami dan Fanny,” sahut Brandi lirih.“Bang…selesaikan dulu hati Abang dengan Fanny…baru Abang lanjutkan niat untuk…?” Lula sengaja tahan kalimatnya.“Setelah haul yang pertama Fanny dan bayi kami, Abang akan melamar kamu!” kata Brandi tak ada keraguan lagi sambil menatap Lula, sekaligus lanjutkan kalimat terpotong Lula tadi.Lula menatap wajah Brandi, melihat kesungguhan di mata itu, tanpa ragu Lula mengangguk.Karena Lula pun tak mau munafik, seja
“Boleh Om lihat ibu kamu nggak di rumah sakit?” tanya Brandi sambil menatap wajah Radin, yang malah mengingatkannya dengan wajahnya saat kecil, agak mirip dirinya.“Tapi Om, jualan Radin belum habis, kan ini bikinan kak Sonya, dulu ibu yang ngajarin, modalnya banyak loh, hampir 100 ribuan!” sahut Radin polos.“Om yang borong semua jualan kamu, yuks kita ke rumah sakit, ikut mobil Om,” ajak Brandi lagi, kali ini Radin mengangguk, lucunya jaket denim Brandi masih tetap berada di bahunya.“Kamu suka jaket itu Radin?” tanya Brandi, sambi menatap ke bahu ke anak kecil ini.“Suka, eeeh maaf, ini Om jaketnya?” sahut Radin buru-buru kembalikan ke Radin yang sedang pegang setiran, kali ini dia duduk di depan dan Lula sengaja duduk di jok tengah, karena Radin jadi penunjuk jalan.“Nggak usah, simpan saja buat kamu, kan kamu bilang suka, Om masih punya banyak kok!” sahut Brandi lagi dan Radin langsung taruh lagi jaket besar ini di bahunya karena dia masih bocil.Sifat spontan dan polos Radin biki
Lula kaget sekali, namun dia membiarkan saja ulah Brandi yang kini mendekati ke 7 orang ini, justru yang dia khawatirkan adalah ke 7 orang tersebut...!Setelah berjarak hanya 3 meteran, Brandi berhenti dan menatap mereka satu persatu, tentu saja dahinya langsung bergerenyit melihat pemuda yang ‘naksir’ Lula juga ikut dalam rombongan pemuda, jadi pemimpinya pula.Padahal kemarin dia sempat salut dengan pemuda ini, tapi kini langsung pupus, apalagi gaya si pemuda hari ini berubah jadi songong.“Hei kamu orang kota, berani sekali ke sini tanpa lapor dengan kami, penguasa kampung ini,” bentak pemuda ini, sekaligus mengeluarkan sifat aslinya.Lula yang ada di dalam mobil Brandi pun sampai heran, kenapa pria yang naksir dengannya jadi begini sok jagoan.Padahal saat pedekati dengannya, pemuda yang bernama Billy ini sopan sekali dengannya, ternyata Lula kecele.“Oh begitu ya, jadi harus lapor dulu? Nah, aku terlanjur masuk ke kampung di sini, artinya aku hari ini sekalian saja lapor!” sahut B
“Aneh banget si Lula, masa uang pemberianku tak di pakai untuk membantu orang tuanya sendiri?” batin Brandi bingung sendiri dengan sikap Lula ini.Begitu ada kesempatan, Brandi yang penasaran pun ajak Lula bicara berduaan di teras depan. Bibi Mira dan dua adik kemenakannya masih di dalam rumah.“Lula….kenapa kamu tidak ambil uang pemberianku, malah…adikmu berhutang di sebuah warung, untuk beli lauk makan malam kita?” tanya Brandi penasaran.Lula terdiam sesaat, seakan mencari jawaban yang pas!“Bang…jangan marah yaa…jujur aku tak enak pakai uang pemberian Abang itu, terlalu besar dan…bikin aku seolah di beli saja!” sahut Lula.Brandi langsung kaget, tak menyangka Lula akan segitunya berpikir, lama-lama Brandi tersenyum dan tertawa kecil.“Kenapa sampai ada pikiran aku akan beli kamu?” tanya Brandi lagi.“Sekaya-kayanya seseorang, tak masuk akal Bang beri duit segitu besarnya, 30 miliar bukan angka main-main. Pasti ada ada udang di balik batu!” cetus Lula serius, hingga bikin Brandi mak
“Kenapa aku jadi cemen begini, selama janur kuning belum melengkung, artinya masih ada kesempatan,” gumam Brandi.Lalu dengan semangat yang tiba-tiba muncul, Brandi lanjutkan perjalanan menuju ke rumah Lula Safitri, hampir saja dia tadi akan balik lagi ke Jakarta.Baru saja sampai di sebuah tikungan yang menuju rumah Lula, pria muda yang bonceng Lula terlihat sudah pulang dan sempat berselisihan dengan mobil SUV mewah Brandi.Pria ini malah mengangguk hormat saat Brandi sengaja buka kaca mobilnya.“Pemuda yang baik dan sopan, juga lumayan ganteng!” batin Brandi memuji ‘cowok’ yang diyakininya sedang pedekati dengan Lula.Lula yang masih di halaman rumahnya tentu saja heran melihat mobil Brandi dan kini turun dari kendaraan ini.“Abang…tumben ke sini?” tanya Lula sambil sambut Abang angkatnya.“Aku hanya khawatir kalau-kalau kondisi ibu kamu makin memburuk, bagaimana sekarang kesehatannya?” Brandi sengaja berbasa-basi, sekaligus bikin alasan yang masuk akal.“Alhamdulillah makin baik Ba