BERSAMBUNG
“Brandi, orang yang kamu cari…kamilah orangnya!” kata si wanita setengah tua ini. Brandi pun kaget, tak menyangka dia malah tak sengaja mampir ke tempat tinggal orang yang ia cari-cari.“Aku Mak Balo dan ini anakku dan Kang Rapiha, namanya Erika,” tambah Mak Balo sambung kalimatnya barusan.“Ahhh…syukurlah, artinya perjalananku jauh-jauh ke sini tak sia-sia.” Sahut Brandi dengan wajah berbinar.Lalu Brandi-pun mulai bercerita awal mula kenapa kenal Rapiha di lapas, kemudian mereka bersahabat baik, sebelum akhirnya Rapiha meninggal dunia 1,5 bulanan yang lalu, karena sakit.Mak Balo hanya bisa menghela nafas panjang, mendengar mantan suaminya kini sudah meninggal dunia dalam keadaan mualaf lagi.“Suamiku itu memang salah seorang penjaga hutan ini, kehidupan kami mulai terusik saat dia mempelopori warga kampung di sini, agar jangan menjual lahan-lahannya, untuk pertambangan batubara,” mak Balo mulai bercerita, yang tak beda jauh dengan kisah 3 preman yang sudah Brandi hajar sebelumnya.M
“Mak tadi pagi-pagi turun ke kampung sebelah, beli sembako,” kata Erika, kali ini Brandi bisa melihat kecantikan alami gadis kampung ini, dengan pakaian yang sederhana sekali.Erika sebut jaraknya lumayan jauh, hampir setengah harian bolak-balik. "Tapi mak dan aku sudah biasa kok jalan kaki begitu jauh," kata Erika lagi, hingga Brandi pun kagum juga di buatnya.“Ohh begitu, ayo temani aku makan singkong harum ini,” ajak Brandi, Erika pun tanpa malu mengangguk. Erika pun beda dengan gadis kampung kebanyakan, dia terlihat supel dan tidak malu-malu. Ini membuat keduanya jadi cepat akrab dan seolah sahabat lama yang kembali bertemu.Erika juga tak lagi memandang curiga dengan Brandi.“Kamu sekolah di mana Erika?” tanya Brandi lagi, sambil menikmati singkong yang di beri cacapan cabe rawit dan asam jawa lalu di taburi garam dan bawang merah, rasanya sungguh nikmat bagi Brandi.“Dulu sekolah di balai adat Bang, sekolah paket, sudah tamat setingkat SMU setahun lalu!” sahut Erika, gadis canti
Begitu sampai dikebun milik Mak Balo, Brandi melihat ada 5 orang di sana, dua orang berpakaian seperti karyawan perusahaan tambang, tertulis jelas lambang perusahaan dengan nama PT Brolon.Dan 3 orang yang pegang mandau bertindak mengawal kedua orang pekerja itu, yang lakukan pemboran ilegal ini, untuk cek lahan batubara di sini, yang merupakan lahan milik Mak Balo.“Hehh mau apa kalian masuk ke kebun orang tanpa permisi, dan lakukan pemboran segala, siapa yang nyuruh kalian?” tegur Brandi baik-baik, dia sengaja tak mau lakukan konfrontasi.“Kamu sendiri siapa, jangan macam-macam dengan kami, atau mandau ku ini yang bicara,” bentak salah satu dari 3 orang ini dengan pandangan tajam dan wajah tak senang, seakan intimidasi Brandi.Agaknya orang ini memang terbiasa lakukan kekerasan, untuk selesaikan semua masalah. Sikapnya yang berangasan jadi bukti.Tapi jangankan takut, Brandi malah mendekati mereka, si anak kecil sepupu Erika tadi sudah ketakutan dan bersembunyi saja melihat apa yang
Saking kerasnya tendangan Brandi, ada tulang rusuk yang patah, orang ini langsung pingsan seketika, ini sekaligus mengurangi penderitaannya.Brandi lalu mendekati orang yang masih terkaing-kaing kesakitan karena kakinya patah dan melongsor di tanah yang becek, hingga tubuh dan pakaiannya belepotan lumpur.Brandi lalu injak dadanya orang ini dan menekannya sengaja keras, sehingga dia berteriak-teriak minta ampun.“Ikam kada usah sok jagau, padahi wan bos ikam ngitu, aku Brandi akan mencari-carinya, (kamu jangan berlagak jago, bilang dengan bos kamu itu, saya akan mencarinya)” ada salam dari Rapiha,” bentak Brandi sengaja gunakan bahasa lokal suku Banjar.Hingga orang ini makin ketakutan dan tidak menyangka kalau Brandi pintar gunakan bahasa lokal ini.Nyalinya terbang seketika. “Ampunnn dangsanakkk….(saudara),” kata orang ini dengan suara menghiba, hilang gaya sok jagoannya.Begitulah gaya orang sok jago ini, saat bertemu yang lebih jago, mereka tak sungkan meminta ampun, tapi saat bert
Brandi tak perlu lagi tanya panjang lebar, dia langsung cabut dan tembakan kedua pistolnya ke kaki 5 orang sekaligus, akibatnya 5 orang berteriak ke sakitan dan tergeletak di tanah.Sisa ke 15 orang serentak serbu dirinya, Brandi tak beri ampun, sebagai mantan pemburu yang hebat saat berada di hutan di Prancis dulu, dua pistolnya menyalak nyaring dan kembali ke 15 orang ini ambruk tanpa ampun ke tanah.Brandi memang tak ingin beri ampun, tapi dia juga tak berniat membunuh, hanya ingin lumpuhkan para preman ini.Mereka boleh kebal bacok, tapi tak satupun ada yang kebal peluru. 3 orang yang berada di markas terlihat kabur sejauh-jauhnya dari markas ini.Tapi Brandi yang memang ingin beri pelajaran, lalu tembak ke 3 orang ini dan langsung terpelanting ke tanah mengaduh-ngaduh ke sakitan.Aksi koboy Brandi kontan bikin geger kampung Raha ini, 23 orang preman kampung semuanya tertembak dan hebatnya tak ada yang kena badan, tapi paha dan kaki.Ini benar-benar luar biasa, tembakan jitu dalam
“Jadi mulai kini kalian harus bersatu, jangan lagi berjuang sendiri-sendiri. Lahan di sini milik kalian, jangan mau diambil orang lain. Apalagi ada yang berkhianat dengan diam-diam berkolusi dengan kelompok preman itu!” Brandi memandang ratusan warga Kampung Raha.Semuanya langsung berteriak setuju untuk bangkitkan semangat.Hari ini Brandi memang sengaja ingin menyatukan warga di sini, yang selama bertahun-tahun di cekam ketakutan dan jadi budak kelompok preman yang berkolaborasi dengan perusahaan batubara.Lahan mereka di rampas semena-mena oleh si Kepala Kampung yang bernama Hudik atas perintah pimpinan perusahaan, dan kini tentu tak berani lagi injakan kaki di kampung ini, setelah 23 anak buahnya di hajar Brandi.Apalagi Brandi sudah tebar ancaman, tak segan tembak mereka kalau berani muncul lagi di Kampung Raha ini.Dulu mereka sempat berani karena ada Rapiha yang dengan gagah berani pimpin mereka lawan kelompok preman tersebut.Tapi semenjak Rapiha di tangkap dan hukum seumur hid
“Bang…udah tegang!” bisik Erika dengan suara mendesah, hingga harum mulutnya yang tadi sudah sikat gigi menerpa hidung Brandi. Pemuda ini pun mulai cenat-cenut atas bawah, barabe nih kalau begini, batinnya.“Jangan dipancing, aku paling nggak tahan,” sahut Brandi setengah bercanda, tapi bukannya berhenti, tangan Erika sudah menggenggam benda lunak yang mulai keras maksimal ini.Brandi tegang sesaat, tapi setelahnya Erika yang berbalik kaget, saat Brandi mulai menciumi bibirnya dan melumat, hingga berbunyi kericupan.Erika tak ragu melepaskan kaosnya dan juga behanya, hingga Brandi makin ‘kesetanan’ dan terus melumat bukit kembar yang putih bersih ini.Walaupun tubuh Erika tak pakai parfum, tapi badannya berbau khas, hingga Brandi makin bernafsu menelusuri tubuh gadis desa berambut panjang ini.Erika kaget saat kepala Brandi mulai tenggelam di kedua pahanya. Brandi jadi ingat aroma khas milik Yeni, bau milik Erika mirip sekali.Bedanya, kalau milik Yeni berumput tebal, milik Erika bers
Hari 3 Brandi yang ke asyikan dengan Erika baru nyadar, kalau dia harus keperusahaan tersebut. Selama itu pula, anehnya mak Balo sama sekali tidak menegur ulah keduannya, padahl bunyi desahan Erika terdengar jelas dari kamarnya.Namun hari ini ada kehebohan, saat ada rombongan dari perusahan yang datang ke ke kampung sini. Ada 3 buah mobil 4X4 yang datang ke kampung Raha ini. “Ada apa..?” tanya Brandi, saat Yusac datang menemuinya di rumah Erika ini, Brandi saat itu baru saja mandi, usai lagi-lagi bercinta dengan Erika.Pemuda ini benar-benar mabuk sekali dengan tubuh dan bau harum khas milik Erika. Sehingga Brandi lupa dengan tujuan awalnya.“Ada rombongan perusahaan dari batubara Om, pimpinannya yang datang!” kata Yusac, sambil senyum lihat Erika terlihat keluar kamar dengan jalan dikit aneh, bahkan ada cap-cap merah di leher..“Apakah mereka bawa centeng?” tanya Brandi kaget sekaligus mulai tak enak hati, Yusac langsung menggeleng.“Paman Alas minta Om ke sana segera!” sahut Yusac
Seorang anak lelaki kecil kurus hanya bisa memunguti jualannya yang berhamburan di tanah, jualan gorengannya baru saja di hamburkan anak-anak nakal yang suka membully-nya.Anehnya, tidak ada tangisan ataupun keluhan dari bibirnya yang merah bak perempuan ini. Hanya matanya tajam menatap anak-anak nakal yang menjauh sambil terus olok-olok dirinya.“Dasar anak yatim piatu, nggak sekolah lagi, dekill pulaaaa…!” olok anak-anak nakal yang usianya di atas dirinya, sambil joget-joget.Semua jualannya yang baru laku beberapa potong terpaksa dia masukan ke kantong kresek. Dia pun berlalu dan tak menggubris olok-olokan itu, jalannya tetap ditegap-tegapkan.Makin di tertawakan saja kelakuannya.Namun anak kecil berusia 6 tahun ini tak peduli, dia tetap jalan menyusuri jalan kampung dan akhirnya tiba di rumah gubuk reot-nya.“Di bully lagi ya Din? Makanya bibi bilang jangan lewat sana, cari jalan lain yang aman, kan sayang jadinya jualan rugi,” tegur bibi-nya sambil menatap wajah anaknya ini.“Bi…
“J-jadi…sebenarnya…papaku dan paman Park Hyung?”“Iya Widya…kalian ini keturunan aku di masa lalu dengan Park Hymin, nenek buyutmu!” sahut Hagu sambil menahan senyum, geli sendiri…kini sang cucut justru jadi istrinya di dunia masa depan.“Ihh…artinya aku ini cucut buyut nenek Park Hymin dan Abang donk?” ceplos Widya menahan tawa, lucu sekali baginya.Aneh bagi-nya, masa Abang angkat sekaligus suaminya saat ini adalah kakek buyutnya sendiri, tapi di masa lalu...? Sulit dipercaya, batin Widya. “Jangan tertawa sayang, asal kamu tahu, wajahmu itu 100 persen pek keteplek wajah nenek buyutmu, Park Hymin!”Widya Min Hoo atau kini Widya Hasim Zailani kontan berhenti tertawa.“Hadeuhh sayang, coba cerita yang jelas, biar aku nggak makin puyeng!” ceplos Widy, kini wajahnya berubah serius.Akhirnya Hagu pun ceritakan semua pengalamannya, yang di awali dengan kedatangan roh Datuk Hasm Zailani yang mengajaknya ke alam masalalu, untuk menolong anaknya, Dean Hasim Zailani.Kemudian terjadilah skanda
“Iya sayang, inilah papa kamu itu, ayoo beri salam buat papa!” sahut Widya kalem. Melihat sikap Widya ini, Hagu makin terkejut dua kali.Terkejut pertama, Winnie si bocil cantik ini adalah anaknya, terkejut kedua, sikap Widya pek keteplek Park Hymin di masalalu, yang memang kalem dan selalu senyum!Padahal Widya yang dia kenal selama ini adalah gadis lincah dan bersemangat, tapi kini Widya berubah 180 derajat!Tanpa sadar Hagu berjongkok dan menatap lekat-lekat wajah Winnie, yang di tatap bukannya takut malah mendekati dirinya.“Papa…kenapa sih baru sekarang muncul, huhh seballll!” cetus Winnie, sikapnya yang marah dan merajuk membuat Hagu menahan tawa, lucu dan kelakuannya persis sama seperti Widya dahulu.Sifat manja dan suak merajuk yang bikin Hagu selalu kangen dan kini menurun ke Winnie.Hagu langsung mendekap erat anaknya ini dan si anak pun sama, pelukan ini luluhkan kemarahannya.“Mulai saat ini kita tak akan berpisah lagi sayang,” Hagu lalu gendong dan menciumi pipi montok Win
Berbekal alamat dari Park Hyung, Hagu menuju ke rumah Park Min Hoo, rasa kangen dengan Widya membuat Hagu tak mau menunda .Rumah saudaranya ini ternyata sangat jauh dari Kota Seoul, berada di Pulau Jeju. Pulau yang dikenal sebagai "Hawaii-nya Korea Selatan,".“Kakek kami Dean Hasim Zailani bilang sangat suka pulau itu, makanya beliau betah berada di sana dan ogah pindah dari pulau itu hingga meninggal dalam usia muda,” cerita Park Hyung kisahkan kehidupan sang kakek itu.Destinasi wisata-nya memiliki keindahan alam dan budaya yang unik. Letaknya di selatan Semenanjung Korea.Pemandangan yang menakjubkan mulai dari gunung berapi, pantai berpasir hitam, hingga air terjun yang mempesona terdapat di pulau ini.Tapi bukan itu yang bikin Hagu terpesona, tiba-tiba dia teringat kisah manisnya selama 3 bulanan dengan Park Hymin di pulau ini.Begitu mendarat di bandara Pulau Jeju dengan private jetnya, dalam perjalanan menuju ke rumah Park Min Hoo, sepanjang jalan terbayang semua kenangan di ma
“Apes aku, gara-gara Bang Prem dan Ange,” batin Hagu yang terpaksa menahan hati kena semprit Tante Ria.Untung saja, melihat wajah teduh Park Hyung, Hagu bisa menahan hati, sehingga tak buru-buru pamit.Begitu Tante Ria masuk meninggalkan Hagu dan Park Hyung berduaan, barulah secara perlahan Hagu sampaikan maksudnya.Park Hyung lantas berbisik.“Nanti malam aku akan temui kamu di hotel, nggak enak kedengaran ibunya si Ange, kalau Om sih tak masalah Prem dan Ange menikah. Tapi tante kamu itu beda…ada masalalu yang belum kelar dengan…Balang, papanya si Prem!” bisik Park Hyung.Hagu tersenyum menganngguk, soal ini dia sudah tahu, kakek Chulbuy sudah ceritakan padanya kalau Balang dan Tante Ria dahulu pernah ada pertalian asmara yang gagal!Yang bikin Hagu tersenyum, kakek Chulbuy dengan nada bercanda juga pernah bilang, sempat suka dengan Tante Ria saat muda, tapi kalah bersaing dengan Balang.“Tante Ria itu saat muda mirip sekali dengan artis Ariel Tatum, bodynya woww…dari semua sepupu
Dan inilah yang bikin Hagu kaget, Datuk minta Hagu saat ini juga balik ke dunia masa depan saat ini juga. Padahal, dirinya lagi anget-angetnya bersama Park Hymin, kemana-mana selalu bersama.“Saat ini tugasmu selesai, kamu harus balik, jangan di tunda. Tugas lain masih menunggu!”“Tapi aku belum pamit dengan Park Hymin?” Hagu masih ngotot, namun saat melihat wajah Datuk, Hagu kalah wibawa.“Nggak usah…nanti aku sampaikan!”Akhirnya Hagu pun tak berani lagi ngotot, apalagi saat Datuk bilang kalau terlambat, maka Hagu akan terjebak selamanya di masa lalu.Mendengar kalimat ini, Hagu keder juga. Sebab dia aslinya belum sanggup berada selamanya di masa lalu.Datuk lalu mengusap wajah Hagu dan pemuda ini berasa mengantuk dan tidak ingat apa-apa lagi.“Bangun…ini sudah siang, molor saja kerjaan kamu itu Hagu.”Hagu langsung buka matanya dan kaget wajah Cynthia neneknya sudah berada di sisinya. Perasaan awalnya dia bersama Prem, tapi pas kembali malah berada di rumah kakek dan neneknya.“Su
Hagu…tak ragu mengiyakan, api nafsu yang berkobar sudah terlanjur tak bisa di tahan lagi dan butuh penyaluran saat ini juga.Hagu mau-mau saja bersumpah dan di bimbing Park Hymin.Park Hymin yang kini bahagia dan sudah berstatus ‘istri’ Hagu, kini tak ragu melepaskan pakaiannya di depan suami keduanya ini.“Sekarang…aku adalah milikmu suamiku, lakukanlah sesukamu,” bisik Park Hymin, dan si bangor ini bak kucing garong melihat ikan segar, langsung menyerbu tubuh putih dan mulus ini.Bercumbu di alam terbuka beralaskan pasir putih hangat menimbulkan sensasi aneh bagi Hagu.Hagu lupa, ini bukanlah alam masa depan di mana dia tinggal, tapi alam masa lalu yang rentang waktunya puluhan tahun.Tapi Park Hymin beda lagi, bertemu pria tampan dari alam masa depan, justru bikin dirinya mabuk kepayang sejak awal melihat Hagu.Saat bersama roh Datuk Hasim Zailani, Park Hymin tak sungkan-sungkan lagi bertanya siapa Hagu ini.Awalnya wanita jelita ini kaget bukan main saat tahu kalau Hagu bukan beras
Mata Hagu terus menatap Dean.“Benaran jadi mirip dengan kakek buyut? Kata kakek Chulbuy, kakek buyut saat kecil supel. Tapi berubah jadi pendiam saat tahu kalau Bahar Irwansyah, suami kedua nenek buyut bukan ayah kandung kakek buyutku…!” pikir Hagu dan senyum sendiri melihat kelakuan Dean yang tak kaku pada siapapun.Sepanjang jalan, Dean selalu menyapa warga dan dengan bersemangat acungkan genggam, tanda merdeka.Hagu kadang menahan tawa melihat kelakuan Dean begitu. "Benar-benar anak aneh, tak beda jauh dengan ayah kandungnya," batin Hagu.Akhirnya setelah satu bulanan, mereka sampai juga di desa di mana Park Hymin berada, kedatangan keduanya di sambut si cantik ini.“Pacar paman kakek cantik sekali, jangan di lepas ya paman kakek, kapan lagi dapat wanita secantik ini..!” ceplos Dean lugu, hingga Hagu melotot, tapi Park Hymin malah tertawa dan membelai kepala Dean."Huss...kamu jangan ngomong sembarangan, anak kecil mau tau ajee urusan orang dewasa," tegur Hagu, pura-pura marah, pad
Hagu terus berlari dan tidak peduli berondongan senjata pasukan Jepang, dia merasa seolah Datuk juga berlari bersamanya.Dia juga tak takut nyasar, karena suara Datuk selalu membimbingnya, Hagu juga tak menyadari sudah berlari hampir satu malaman tanpa merasa lelah, padahal sambil pondong tubuh Dean dan kini sudah sangat jauh meninggalkan markas Jepang ini.Begitu tiba di ujung sebuah desa dan hari sudah pagi, Hagu terheran-heran melihat semua warga desa sedang berpesta pora. Orang tua, anak-anak, pria dan wanita tumpah ruah ke jalanan.“Ada apa ini?” tanya Hagu pada seorang warga desa.“Jepang kalah perang, sekarang kita merdeka dari jajahan mereka, saatnya kita pesta dan rayakan kemenangan ini sobat!” kata warga ini dengan wajah sumringah.“Oh syukurlah..!” batin Hagu lalu menurunkan si anak kecil ini yang ternyata sepanjang malam ketiduran dalam pondongannya.Kini mereka berjalan berdua sambil gandengan tangan, persis seperti ayah dan anak saja, sambil melihat kemeriahan pesta ini.