BERSAMBUNG
Saking kesalnya, Brandi malah sengaja hadang tebasan mandau ini, lalu dengan kemarahan meluap dia jotos sekerasnya wajah dan perut salah satunya itu.Plakk…bukkkk…nggek…! tubuh orang ini langsung terjengkang ke tanah.Perut orang ini mulas tak terkira dan menggelepar kayak ayam kena sembelih, satu orang tersisa kini kaget bukan main, tapi kekagetan ini berubah jadi petaka baginya.Sebuah tendangan keras Brandi lesakan dan terdengar lagi bunyi tulang patah, tendangan yang mengarah ke kaki telak sekali.Kini ketiganya hanya bisa mengaduh kesakitan dan berteriak ampun-ampun, saat Brandi ambil satu golok mereka dan menempelkanya di leher salah satunya.Orang yang paling kencang teriak ingin menghabisinya.“Sekarang katakan, siapa yang menyuruh kalian dan kenapa kalian bermusuhan dengan Rapiha,” bentak Brandi, sedikit sayatan membuat orang ini makin ketakutan, apa ada darah keluar, tanda orang ini tak keal, hanya andalkan nyali besar.“Ampunnn omm…ampun, kami ini hanya taati perintah bos
“Brandi, orang yang kamu cari…kamilah orangnya!” kata si wanita setengah tua ini. Brandi pun kaget, tak menyangka dia malah tak sengaja mampir ke tempat tinggal orang yang ia cari-cari.“Aku Mak Balo dan ini anakku dan Kang Rapiha, namanya Erika,” tambah Mak Balo sambung kalimatnya barusan.“Ahhh…syukurlah, artinya perjalananku jauh-jauh ke sini tak sia-sia.” Sahut Brandi dengan wajah berbinar.Lalu Brandi-pun mulai bercerita awal mula kenapa kenal Rapiha di lapas, kemudian mereka bersahabat baik, sebelum akhirnya Rapiha meninggal dunia 1,5 bulanan yang lalu, karena sakit.Mak Balo hanya bisa menghela nafas panjang, mendengar mantan suaminya kini sudah meninggal dunia dalam keadaan mualaf lagi.“Suamiku itu memang salah seorang penjaga hutan ini, kehidupan kami mulai terusik saat dia mempelopori warga kampung di sini, agar jangan menjual lahan-lahannya, untuk pertambangan batubara,” mak Balo mulai bercerita, yang tak beda jauh dengan kisah 3 preman yang sudah Brandi hajar sebelumnya.M
“Mak tadi pagi-pagi turun ke kampung sebelah, beli sembako,” kata Erika, kali ini Brandi bisa melihat kecantikan alami gadis kampung ini, dengan pakaian yang sederhana sekali.Erika sebut jaraknya lumayan jauh, hampir setengah harian bolak-balik. "Tapi mak dan aku sudah biasa kok jalan kaki begitu jauh," kata Erika lagi, hingga Brandi pun kagum juga di buatnya.“Ohh begitu, ayo temani aku makan singkong harum ini,” ajak Brandi, Erika pun tanpa malu mengangguk. Erika pun beda dengan gadis kampung kebanyakan, dia terlihat supel dan tidak malu-malu. Ini membuat keduanya jadi cepat akrab dan seolah sahabat lama yang kembali bertemu.Erika juga tak lagi memandang curiga dengan Brandi.“Kamu sekolah di mana Erika?” tanya Brandi lagi, sambil menikmati singkong yang di beri cacapan cabe rawit dan asam jawa lalu di taburi garam dan bawang merah, rasanya sungguh nikmat bagi Brandi.“Dulu sekolah di balai adat Bang, sekolah paket, sudah tamat setingkat SMU setahun lalu!” sahut Erika, gadis canti
Begitu sampai dikebun milik Mak Balo, Brandi melihat ada 5 orang di sana, dua orang berpakaian seperti karyawan perusahaan tambang, tertulis jelas lambang perusahaan dengan nama PT Brolon.Dan 3 orang yang pegang mandau bertindak mengawal kedua orang pekerja itu, yang lakukan pemboran ilegal ini, untuk cek lahan batubara di sini, yang merupakan lahan milik Mak Balo.“Hehh mau apa kalian masuk ke kebun orang tanpa permisi, dan lakukan pemboran segala, siapa yang nyuruh kalian?” tegur Brandi baik-baik, dia sengaja tak mau lakukan konfrontasi.“Kamu sendiri siapa, jangan macam-macam dengan kami, atau mandau ku ini yang bicara,” bentak salah satu dari 3 orang ini dengan pandangan tajam dan wajah tak senang, seakan intimidasi Brandi.Agaknya orang ini memang terbiasa lakukan kekerasan, untuk selesaikan semua masalah. Sikapnya yang berangasan jadi bukti.Tapi jangankan takut, Brandi malah mendekati mereka, si anak kecil sepupu Erika tadi sudah ketakutan dan bersembunyi saja melihat apa yang
Saking kerasnya tendangan Brandi, ada tulang rusuk yang patah, orang ini langsung pingsan seketika, ini sekaligus mengurangi penderitaannya.Brandi lalu mendekati orang yang masih terkaing-kaing kesakitan karena kakinya patah dan melongsor di tanah yang becek, hingga tubuh dan pakaiannya belepotan lumpur.Brandi lalu injak dadanya orang ini dan menekannya sengaja keras, sehingga dia berteriak-teriak minta ampun.“Ikam kada usah sok jagau, padahi wan bos ikam ngitu, aku Brandi akan mencari-carinya, (kamu jangan berlagak jago, bilang dengan bos kamu itu, saya akan mencarinya)” ada salam dari Rapiha,” bentak Brandi sengaja gunakan bahasa lokal suku Banjar.Hingga orang ini makin ketakutan dan tidak menyangka kalau Brandi pintar gunakan bahasa lokal ini.Nyalinya terbang seketika. “Ampunnn dangsanakkk….(saudara),” kata orang ini dengan suara menghiba, hilang gaya sok jagoannya.Begitulah gaya orang sok jago ini, saat bertemu yang lebih jago, mereka tak sungkan meminta ampun, tapi saat bert
Brandi tak perlu lagi tanya panjang lebar, dia langsung cabut dan tembakan kedua pistolnya ke kaki 5 orang sekaligus, akibatnya 5 orang berteriak ke sakitan dan tergeletak di tanah.Sisa ke 15 orang serentak serbu dirinya, Brandi tak beri ampun, sebagai mantan pemburu yang hebat saat berada di hutan di Prancis dulu, dua pistolnya menyalak nyaring dan kembali ke 15 orang ini ambruk tanpa ampun ke tanah.Brandi memang tak ingin beri ampun, tapi dia juga tak berniat membunuh, hanya ingin lumpuhkan para preman ini.Mereka boleh kebal bacok, tapi tak satupun ada yang kebal peluru. 3 orang yang berada di markas terlihat kabur sejauh-jauhnya dari markas ini.Tapi Brandi yang memang ingin beri pelajaran, lalu tembak ke 3 orang ini dan langsung terpelanting ke tanah mengaduh-ngaduh ke sakitan.Aksi koboy Brandi kontan bikin geger kampung Raha ini, 23 orang preman kampung semuanya tertembak dan hebatnya tak ada yang kena badan, tapi paha dan kaki.Ini benar-benar luar biasa, tembakan jitu dalam
“Jadi mulai kini kalian harus bersatu, jangan lagi berjuang sendiri-sendiri. Lahan di sini milik kalian, jangan mau diambil orang lain. Apalagi ada yang berkhianat dengan diam-diam berkolusi dengan kelompok preman itu!” Brandi memandang ratusan warga Kampung Raha.Semuanya langsung berteriak setuju untuk bangkitkan semangat.Hari ini Brandi memang sengaja ingin menyatukan warga di sini, yang selama bertahun-tahun di cekam ketakutan dan jadi budak kelompok preman yang berkolaborasi dengan perusahaan batubara.Lahan mereka di rampas semena-mena oleh si Kepala Kampung yang bernama Hudik atas perintah pimpinan perusahaan, dan kini tentu tak berani lagi injakan kaki di kampung ini, setelah 23 anak buahnya di hajar Brandi.Apalagi Brandi sudah tebar ancaman, tak segan tembak mereka kalau berani muncul lagi di Kampung Raha ini.Dulu mereka sempat berani karena ada Rapiha yang dengan gagah berani pimpin mereka lawan kelompok preman tersebut.Tapi semenjak Rapiha di tangkap dan hukum seumur hid
“Bang…udah tegang!” bisik Erika dengan suara mendesah, hingga harum mulutnya yang tadi sudah sikat gigi menerpa hidung Brandi. Pemuda ini pun mulai cenat-cenut atas bawah, barabe nih kalau begini, batinnya.“Jangan dipancing, aku paling nggak tahan,” sahut Brandi setengah bercanda, tapi bukannya berhenti, tangan Erika sudah menggenggam benda lunak yang mulai keras maksimal ini.Brandi tegang sesaat, tapi setelahnya Erika yang berbalik kaget, saat Brandi mulai menciumi bibirnya dan melumat, hingga berbunyi kericupan.Erika tak ragu melepaskan kaosnya dan juga behanya, hingga Brandi makin ‘kesetanan’ dan terus melumat bukit kembar yang putih bersih ini.Walaupun tubuh Erika tak pakai parfum, tapi badannya berbau khas, hingga Brandi makin bernafsu menelusuri tubuh gadis desa berambut panjang ini.Erika kaget saat kepala Brandi mulai tenggelam di kedua pahanya. Brandi jadi ingat aroma khas milik Yeni, bau milik Erika mirip sekali.Bedanya, kalau milik Yeni berumput tebal, milik Erika bers
Plakk…plakkk…plakk…!Walaupun tak terlalu keras, tapi pukulan di perut yang di lakukan Chulbuy dengan tongkat komando, membuat wajah para polisi obesitas ini merah padam, malu bukan main.Apalagi Mapoltabes ini terletak di sisi jalan raya yang padat, sehingga jadi pusat perhatian semua orang yang lalu lalang. Saat tiba di depan Aiptu Sulistyo dan kebetulan yang paling terakhir kena giliran, Chulbuy menatap wajah si polisi ini.“Hmm…perut kamu ini kebanyakan makan uang haram kan? Entah berapa miliar kamu kumpulkan dari uang-uang sogokan itu. Pangkat Aiptu bergaji jenderal kamu ini,” sindir Chulbuy dan plakk, sengaja agak keras menepuk perut si Aiptu ini, hingga wajahnya langsung meringis.Aiptu Sulistyo benar-benar di permalukan Chulbuy yang masih mangkel, karena dulu kena kadalin pria yang kini jadi anak buahnya.Chulbuy lalu berputar di barisan belakang dan dia kaget! Terlihat seorang polwan berpangkat Aipda yang belum terlalu tua, badan terlihat sangat kurus, pucat lagi, kayak ora
“Jadi Kapoltabes di Banjarbaru Om…?” Chulbuy agak kaget. “Iya Chul, besok kamu harus terbang ke sana, untuk sertijab dengan pejabat sebelumnya,” kata Komjen Joko, yang kini jabat Wakapolri.Saat Komjen Joko jelaskan ini dan itu, mata buaya Chubuy malah terfokus pada seorang polwan cantik berpangkat Bripda, yang jadi asisten sang Wakapolri ini.Komjen Joko mendehem, hingga Chulbuy gelagapan dan si polwan ini menahan tawanya.“Itu kemenakanku, sepupu misanmu sendiri, macam-macam ku ketuk palamu,” sungut Komjen Joko, yang tahu track record keponakannya ini.Chulbuy tertawa berderai dan dia pun tak sungkan menyapa sepupu misannya ini.“Hati-hati dengan si playboy ini Rika, mau shopping atau jalan kemanapun, bahkan mobil atau rumah enteng dia belikan. Tapi kamu nggak bakalan jadi nyonyahnya,” kata Komjen Joko peringatkan Bripda Rika, yang kembali tertawa berderai perlihatkan giginya yang putih rata.“Tenang Om, aku dah tahu sepak terjangnya,” sahut Bripda Rika terkekeh. Chulbuy, kembali k
Dahi Chulbuy berkerut, saat melihat seorang pria tampan berbaju militer mendatangi Kanika dan…memeluknya.Keduanya kini mendekatinya. “Komisaris Chul ini suamiku, Kolonel Pakor,” Kanika tak sungkan kenalkan suaminya, yang tingginya hampir sama dengan Chulbuy.Tak kalah tampannya di bandingkan Chulbuy.Kolonel Pakor dengan ramah menyalami Chulbuy, sehingga otomatis hasratnya padam seketika, tak ada minat lagi ajak Kanika aneh-aneh.Chulbuy ingat pesan paman Darlan di Batupecah, jangan sesekali gauli bini orang, atau ilmu kebalnya runtuh dan dia akan tewas mengenaskan.Setelah pasangan ini berlalu, Chulbuy menepuk jidatnya sambil tertawa sendiri. "Hampir saja, ruwah kajian ilmu kebalku, duehh nafsu-nafsuuu...!" gumam Chulbuy.Setelah beri laporan ke atasannya, Chulbuy hari itu juga terbang ke Bangkok.Tak ingin berlama-lama, walaupun Sawika sempat menelponnya apakah butuh kehangatannya lagi. Namun dengan alasan capek tawaran ‘enak’ ini di tolaknya, dia langsung carter private jet dan te
“Aku ikut!” kata Chulbuy saat Kanika bergegas keluar kafe ini untuk kembali ke markas sektor Pulau Kasino, di mana saat ini dilaporkan anak buah Kanika,Chino Hamuk kabur bersama anak buahnya, yang serbu markas polisi sektor itu.“Jangan bunyikan serine, siapa tahu komplotan itu masih berada di sana, juga agar tak bikin kaget warga di Pulau ini!” kata Chulbuy dan Kanika mengangguk dan tak jadi ambil lampu strobo yang bisa di copot di kap mobil, kini mereka tancap gas menuju ke tempat tadi.Belum 5 menitan tancap gas, tiba-tiba mereka berselisihan dengan dua buah mobil yang larinya sangat kencang.“Kanika sini aku yang bawa, kayaknya itu mobil para komplotan Chino Hamuk,” kata Chulbuy.Kanika langsung mengangguk dan mereka pun bertukar posisi dalam kondisi mobil masih jalan, walaupun perlahan.“Maaf..!” kata Kanika saat tak sengaja duduk di pangkuan Chulbuy, sampai tercium bau harum lembut tubuh si Letkol Polisi ini.Sesaat Chulbuy terlena juga dengan bau parfum ini, apalagi tubuh Kanik
Proses pemindahan uang kemenangan Chulbuy yang sangat besar butuh waktu lumayan lama, saking banyaknya kemenangannya ini.Bahkan keduanya masih sempat ngopi di ruangan khusus, sambil menunggu proses ini, di sinilah Huang Lie cerita, kalau dia mengetahui Chulbuy seorang polisi, karena penasaran."Kok tuan bisa begitu tenang main judinya, andai kartu yang terakhir datang beda, kebayang banyaknya tuan kalah? Juga uangku pasti habis!" kata Huang bertanya, karena penasaran."Sebenarnya kenapa aku tenang?Jujur uang yang aku pakai buat main judi itu uang tak halal juga, makanya aku main tanpa beban. Kalau itu uang negara atau uang pribadi, mungkin sama saja kayak anda, pasti guguplah, aku nggak munafik," cetus Chulbuy, hingga Huang Lie tertawa dan langsung jempol. "Hebat, cerdik dan anda layak di sebut dewa judi," puji Huang lagi.Setelah proses transfer beres, mereka pun langsung ke kantor polisi sektor susul Letkol Kanika.Di markas polisi sektor Pulau Kasino…!“Anda berdua harusnya jang
Huang Lie yang duduk di sisi Chulbuy ikutan tegang, bahkan Sawika pucat pasi, melihat Chulbuy yang terlihat berubah wajahnya.Benar-benar pemandangan yang sangat bikin spot jantung berdetak kencang. Bahkan ratusan penonton yang tentu saja paham main judi poker kini sampai tak ada yang berani bersuara, saking tegangnya.Andai ada yang batuk, pasti se antero ruangan kasino yang luas ini akan terdengar jelas.Wajah Chino Hamuk terlihat makin ceria melihat Chulbuy yang berubah wajahnya. Senyum kemenangan makin nampak dari raut wajahnya.Tapi alis Chino Hamuk kini terangkat, saat melihat raut muka Chulbuy kini kembali berubah, senyum tipis tersungging di bibirnya, bahkan kini Chulbul mengisap cerutunya dengan gaya santai.“Anda memang penjudi hebat tuan Chino Hamuk, tak mudah di gertak, tapi…kartu aku adalah…!”Dengan cepat bak main sulap, Chulbuy tarik kartu bawahnya dan memperlihatkan ke semua orang, apa kartu di bawah itu.Lantas, setelahnya dengan santai meletakaannya di atas meja dan
Inilah trik jitu Chulbuy, yang sengaja permainkan emosi para penjudi lain, terutama Chino Hamuk, Huang Lie pun sampai geleng-geleng kepala melihat hebatnya Chulbuy bermain judi.Taktik Chulbuy berhasil, setelah permainan di lanjutkan, lama-lama 3 orang terpaksa keluar dengan wajah keruh, karena keok besar.‘Teror’ mental yang Chulbuy lakukan benar-benar bikin ke 3 penjudi, yang terdiri dari 2 wanita dan satu orang bule ini out, dengan kekalahan tak sedikit.Kini tersisa Chulbuy, Huang Lie, Chino Hamuk dan satu pria berwajah Asia lainnya, yang Chulbuy duga pasti ‘rekan’ Chino Hamuk.Permainan lanjut, ke 4 orang ini silih berganti menang, tapi lama-lama terlihat, kalau Chulbuy dan Chino Hamuk yang paling unggul, bahkan si pria Asia ini siap-siap out, karena modalnya hampir habis, termasuk…Huang Lie.Huang Lie memang kerap mengalah, seakan beri jalan agar Chulbuy unggul, begitu juga dengan si wajah Asia, yang juga berlaku begitu buat Chino Hamuk.Kartu kembali di bagi untuk ke sekian kali
Penjudi lain tak paham apa yang diomongkan Chino Hamuk, tapi Huang Lie sepertinya paham, terlihat kekagetan di wajahnya, tahu Chulbuy seorang polisi!Tapi si mata sipit ini tentu saja tak ingin bertanya, dia seolah sibuk ‘menyusun’ koin—koin miliknya.“Tentu saja, dari mana lagi aku dapat uang kalau bukan uang sogokan itu. Siapa tahu peruntunganku ada di sini dan uang itu nambah berkali-kali lipat. Nggak perlu jadi penyulundup narkoboy agar tajir melintir, lalu sewa centeng-centeng tolol untuk habisi orang yang pernah di sogok!” sahut Chulbuy kalem sambil senyum kecil, hingga mata Chino Hamuk makin mendelik, mendekati melotot.Sindiran Chulbuy tentu saja sangat telak. Tapi Chino Hamuk kini pasang wajah cuek bebek.“Tuan-tuan dan nyonyah, kita siap bermain. Kartu akan segera di kocok dan di bagi!” si pembagi kartu remi mulai kocok kartunya dan menaruhkan di sebuah tempat khusus.Lalu mulai membagi satu kartu yang di telungkupkan pada ke 7 orang ini, lalu kartu kedua sengaja di buka, dua
Chulbuy seolah menemukan Nova dan Kristin dalam diri Sawika, si gadis Thai ini benar-benar pasangan yang sepadan dalam bercinta.Mau gaya apa saja, ho oh terus si Sawika ini.“Gilaa kamu tuan Mike, i like it…!” lenguh Sawika keenakan saat Chulbuy gunakan jurus gendongnya, juga jurus-jurus ‘mabuk’ lainnya hingga Sawika bilang, baru kali ini menemukan partner yang hebat.Mereka terus bercinta hingga tengah malam dan berlanjut terus hingga 3 hari kemudian.Mereka bahkan malas keluar kamar hotel mewah ini, apalagi Sawika sudah pindah ke kamar Chulbuy, tidak lagi di kamar terpisah.“Sayangnya aku pake pengaman tuan Mike, kalau nggak pasti cakep banget blasteran anak kita yaah,” canda Sawika, setelah untuk ke sekian kalinya mereka kembali memadu ciinta.Chulbuy…hanya tertawa saja, teringat ia ucapan ayahnya, yang juga semacam Undang-undang mutlak bagi keturunan Hasim Zailani, yakni tak boleh lari dari tanggung jawab.“Berani berbuat, beranii tanggung jawab, apapun resikonya,” kata Brandi, ya